Wednesday, June 20, 2007

Self Esteem

Oprah show bagiku bukan hanya sekedar acara TV, tapi sekaligus bisa menjadi acara untuk mengevaluasi diri dan menjadi inspirasi. Walaupun tidak semua episodenya bisa dijadikan teladan, hanya episode-episode yang membahas tentang dirimu yang sangat inspiring. Acaranya sendiri perempuan banget, dia berhasil mengemasnya dengan sangat spesial seperti bincang-bincang antar teman saja. Hari ini acaranya adalah anak-anak yang sejak usia muda mengalami gangguan self esteem. Keadaan ini ternyata sangat dipengaruhi oleh luka batin dari ibunya.

Kompleks rendah diri ini pernah menjadi bebanku di masa remaja dan dewasa muda. Membuatku tidak berani untuk membuka diriku pada lawan jenisku dan membuatku merasa sangat, sangat jelek dan gemuk. Setelah melihat acaranya Oprah hari ini baru aku paham akar masalah kompleks rendah diriku adalah ibuku. Sejak aku bisa mengingat masih terbayang sampai sekarang upaya-upaya ibuku agar tetap langsing, walaupun bukan upaya berlebihan, tetapi diserap lain oleh diriku. Ibuku selalu mengulangi dengan bangga pujian yang diterimanya atas kelangsingan tubuhnya dan aku melihat cara makan ibuku yang sangat sedikit.

Kalau dipikir-pikir mungkin juga ibuku adalah penderita anoreksia yang tidak begitu parah. Sering sekali ibuku tiba-tiba merasa pusing atau tidak enak badan dan akhirnya skip makan dan membungkus dirinya dengan selimut di tempat tidur, atau muntah sehabis makan, sangat membatasi makanannya dan meminum berbagai macam jamu dan vitamin. Dengan nafsu makanku yang sehat, aku sering merasa sebal dengan kelakuan ibuku yang tidak menghabiskan makanan di dalam piringnya. Mungkin ini akar masalah kenapa aku sampai saat ini tidak begitu senang makan nasi dan lebih memilih camilan, roti atau kentang sebagai makanan utamaku, karena makanan utama apalagi nasi adalah pengalaman yang tidak menyenangkan.
Dan beruntung aku punya kepribadian maupun tekad yang kuat dan dalam satu hal cukup tidak peduli dengan pendapat orang terhadap diriku. Walaupun aku cukup ketat melakukan otokritik baik dalam penampilan dan performaku. Aku menyebutnya sebagai upaya-upaya mencintai diriku sendiri. Benar kulitku sawo matang, tetapi mulus dan bersih, dan yang penting aku mendapat anugrah kulit yang cepat sembuh dari berbagai luka. Rambutku hitam dan tebal dan cukup sehat. Dan yang baru kusadari akhir-akhir ini adalah mataku yang baru kusadari adalah daya tarik utamaku. Mataku sangat ekspresif, aku tidak pernah bisa menyembunyikan perasaan di dalam mataku, dan ada kemampuan lain yang kukembangkan adalah membuat sorot mata yang polos saat aku berbohong. Yah tahun demi tahun berlalu dan aku mencoba lebih menyukai diriku secara fisik dan upaya-upaya pengembangan inner beauty ku. Perlahan-lahan aku mulai tahu bahwa aku bisa menjadi orang yang cukup berkualitas, cukup dengan mengandalkan diriku saja. Perjalanan yang panjang, berpuluh-puluh tahun dan dengan pengorbanan yang tidak sedikit.

Aktor Korea? Lumayan Juga...

Korea ternyata menyimpan banyak aktor yang cute. Aku baru nyadar sekarang. Walaupun film Korea sudah booming lebih dari 4 tahun yang lalu di Indonesia, tapi aku nyaris tidak pernah nonton. Serial Korea yang diputar kan selalu yang menguras air mata, dan lambat sekali alurnya, mendayu-dayu deh. Kalau dibandingkan dengan serial Jepang yang gokil, jelas aku lebih suka Jepang dong.

Serial korea pertama yang mulai menarik hatiku adalah Full House dan Princess Hour. Tetapi belum cukup membuatku mengkoleksinya hanya menontonnya saat ditayangkan di televisi, itupun kalau ada waktu. Perubahan terjadi pada saat satu stasiun TV berencana menayangkan My Girl. Sebelum diputar cukup gencar promosinya sampai bikin penasaran, dan sebelum ditayangkan eee... originalnya muncul. Wow, aku beli deh dan tidak mengecewakan aku terpikat dengan Korean wave.

Lee Da Hae, pemeran utamanya adalah aktris yang punya bakat lumayan, aktingnya memikat, total sekali. Kemampuannya bahkan sampai menenggelamkan kemampuan lawan mainnya yaitu Lee Dong Wook maupun Lee Jun Ki. Padahal Lee Jun Ki ternyata salah satu aktor yang cukup diperhitungkan di Korea. Untungnya tampang Dong Wook maupun Jun Ki ini oke jadinya masih bisa menjadi pemikat tambahan serial ini.

Dari My Girl aku jadi ingin nonton lagi serial Lee Da Hae yang lain, tanpa tahu ternyata nona satu ini tidak begitu produktif sebagai artis. Untungnya waktunya tepat, saat aku searching DVD bajakan, ternyata serial terbarunya sedang keluar judulnya lucu Hello! Miss atau Hello! Baby. Di serial ini lawan main Lee Da Hae adalah Lee Ji Hoon. (heran banyak banget sih artisnya yang bermarga Lee). Waktu nonton fokusku pada acting LDH dong, dan underestimate terhadap kemampuan acting LJH. Acting LJH memang bagus sih karena bisa memerankan cowok yang lurus, polos, baik hati walaupun sedikit keras kepala dengan natural. Kalau dilihat dari kemampuan, imbang deh dengan acting LDH. Sampai2 gw mikir, LDH beneran hebat karena bisa membuat lawan mainnya main sangat natural. Ternyata aku salah besar, karena setelah di searching LJH lah aktor yang lebih senior dari LDH, wow... ga heran deh kalau kemampuannya sehebat itu. Dan tambah lama tambah suka dengan wajah chubby dan senyum manisnya Ji hoon... dia mirip Teddy Bear. To cuddle up to when you blue. Dan suaranya juga enak, waahhh... aku mesti berburu CDnya nih.

Jun Ki, aktor yang main di My Girl juga aku suka. Dia tidak tampan tapi cantik, apalagi dengan matanya yang sipit seperti mata kucing bikin wajahnya sangat oriental, eksotis deh. Aku mau cari film dimana dia jadi peran utama.

Sedangkan untuk Dong Wook ada film barunya yang sudah keluar, dimana dia berperan jadi detektif. Filmnya emang ada unsur komedinya tetapi sangat realistis karena banyak dishooting di jalanan kota Seoul dan di kantor polisinya. Menjadikan cerita film ini seperti nyata, kupikir lumayan bahkan untuk standar Hollywood.

Aah... jadi beneran suka sama serial oriental nih. Hollywood tambah jauh aja deh, hihihi, ternyata standar cakep bisa berubah ya.

Tuesday, June 19, 2007

My MP3 songs

Musik bisa menjadi identitas bagi manusia. Musik sering mewarnai perjalanan hidup manusia. Berbagai kenangan dalam hidup bahkan bisa berkorelasi dengan lagu tertentu. Termasuk aku tentunya, beberapa babak dalam hidupku sering punya theme song tersendiri yang sesuia.

Berbagai gadget berkaitan dengan musik, mulai dari walkman sampai MP3 player, mungkin sekarang sudah banyak yang format MP4. Awalnya radio tape biasa, kemudian didesign sedemikian mungkin supaya bisa ditenteng dan disebut walkman. Era komputer mengubah formatnya menjadi CD player dan MD player, bedanya yang satu pakai CD yang lainnya pakai mini disk. Terus seiring waktu mulailah muncul MP3 player, yang sangat terkenal adalah ipod. Dan dari semua gadget aku paling senang dengan MP3 player, dan sangat ingin untuk punya ipod. Tapi aku sudah cukup puas dengan MP3 playerku sekarang. Simple, tapi berisi lagu-lagu yang sangat kusukai.

Kalau dibedah isi MP3 ku, aku jamin bisa bikin bengong orang. Sebenarnya aku adalah pecinta balada. Jadi sebagian besar laguku pasti bercorak balada, bisa juga opera, jazz dan pop. Sedangkan dari penyanyinya dari berbagai negara dan bahasa: taiwan dengan 183club, Sarah Brightman, Celine Dion, Josh Groban, the Corrs, beberapa lagu jepang, spanyol, itali, korea, hahahaha... Indonesia hanya diwakili oleh Melly dan Kahitna. Ada sekitar 250 lagu yang aku implant disana. Sangat berguna kalau lagi insomnia, di perjalanan atau kalau sedang ingin konsentrasi bekerja di kantor. Aku akan sangat mudah berkonsentrasi jika tidak banyak input masuk ke dalam telingaku, artinya aku hanya perlu memasang MP3 ku sekenceng-kencengnya sehingga tidak ada percakapan di sekitarku bisa masuk kedalam telingaku... setengah tuli jadinya.

Sekarang ini aku ingin sekali mencari CD penyanyi korea sekaligus aktor Lee Ji Hoon, karena baik suara maupun lagunya sangat menyenangkan untuk didengarkan, karena suaranya yang ceria bisa mengubah mood jelekku menjadi lebih baik... Susahnya mencari CD itu. Hiks...!

Monday, June 18, 2007

IMAGINE

Imagine, lagu lawas Beatles akan menjadi soundtrack untuk biografiku. Kalau aku mengingat lagi perjalanan hidupku sampai saat ini banyak sekali yang diwarnai dengan semangat utopi. Aku termasuk anak perempuan yang tidak pernah membayangkan untuk menikah dan punya anak. Fantasiku saat kecil adalah menjadi herroine di medan pertempuran yang bisa menyelamatkan banyak jiwa. Peace alias damai adalah kata favoritku. Dan tidak hanya sekali aku mengatakan bercita-cita bekerja di PBB dalam semangat perdamaian. Naif bukan?

Entah dari mana issue Peace masuk ke otakku, Greenpeace kukenal sejak aku SMP dengan boat Rainbow warrior nya adalah salah satu pahlawan lingkungan favoritku. Bukan artis atau aktor. Sedangkan Mount Everest adalah salah satu gunung yang mempunyai magic yang kuat untukku.

Jadi aku rasa tidak salah kalau sekarang ini aku berkarya di lembaga-lembaga non profit, tak perlu menanyakan motivasiku lagi bukan?

Wednesday, June 13, 2007

Mutiara kenangan

Duapuluh tahun lebih telah berlalu sejak aku mengenal cowok ini. Jatuh cinta di kali pertama aku memandangnya. Dia ada tepat ada di hadapanku mengibar-ngibarkan bendera dalam salah satu latihan kesenian di sekolahku. Sementara aku yang tidak berbakat seni sedikitpun tapi sangat tertarik dengan seni hanya berniat menonton beberapa kawanku yang ikut serta dalam latihan itu. Kenangan 20 tahun itu tidak pernah memudar seiring waktu.

Dua tahun masa remajaku kulewatkan dengan hanya memandang dirinya. Hanya memandang dan tak pernah berani menyatakan isi hatiku saat itu. Keadaan ini pernah kusesali, tapi seiring kedewasaanku, kenangan ini menjadi satu-satunya harta cintaku yang layak untuk kusimpan dan kukenang. Cinta tidak selalu seiring dengan jodoh, betapapun aku berharap bisa menghabiskan hidupku dengannya tetapi takdir seperti itu tidak tertulis untukku.

Aku begitu setianya pada perasaanku sehingga baru sepuluh tahun kemudian aku bisa tertarik pada laki-laki lain. Entah untuk apa kesetiaan itu, yang jelas diriku benar-benar tidak bisa berpaling ke hati yang lain. Kulewatkan masa mudaku tanpa berpikir serius untuk berumahtangga.

Kini di tahun ke 20 setelah aku tidak pernah melihatnya lagi, aku tetap merasakan bahwa cintaku padanya adalah yang paling tulus dan nyata. Masih kuingat debaran di hatiku hatiku setiap kali aku menatap dirinya, betapa rajinnya aku untuk selalu sekolah, perasaan tidak tenang di kelas jika belum melihat dirinya di pagi hari atau melihatnya kembali seusai sekolah selesai. Dan anehnya, kesempatan itu selalu ada, tak peduli kelas kami berjauhan, tak peduli jadwal belajar kami berlainan. Walaupun sangat ingin mendengarkan pernyataan cintanya, tapi aku sudah merasa cukup bahagia dengan hanya menatap dirinya saja.

Aku masih bisa merasakan semilir angin di halaman sekolahku pada satu waktu kami pernah bersama-sama menunggu di pinggir jalan, tak ada siapapun disana. Aku menunggu jemputanku dan dia entah menunggu apa, karena aku tahu puluhan angkot ke arah rumahnya telah lewat. Tidak ada yang bergerak saling mendekati atau saling menyapa, kami hanya mematung, dan waktu seakan tidak bergerak, tercetak abadi di sana. Sampai akhirnya waktu kembali berdetak setelah salah satu temannya yang satu jurusan memaksanya untuk naik salah satu angkot itu, dan jemputanku pun tiba.

Berkali-kali aku sering nyaris bertabrakan dengan dirinya di pagi hari di tempat yang sama. Kami seakan punya perjanjian akan sampai di titik itu di waktu yang sama. Dia juga seakan tahu bahwa aku tidak akan pulang jika belum melihat wajahnya sejenak. Satu peristiwa yang tidak pernah kulupa, saat itu aku berjalan sendirian di koridor, kakiku melangkah ke muka tetapi wajahku berpaling ke arah lain mencari bayangannya di sebrang sana, saat akhirnya mukaku berpaling lurus ke muka, aku berhadapan dengan dada seseorang, kutengadahkan wajahku dan bergumam minta maaf, dan kudapati orang itu adalah dia. Dia tersenyum, aku tergugu, dan akhirnya hanya bisa nyengir dan berlalu.

Konyol dan lucu, tidak ada keberanian mengungkapkan perasaanku yang membuncah padanya laki-laki tinggi, berkulit hitam, langsing dan kurus, dengan tatapan mata yang tajam, dan jemari yang kuat tapi bisa dengan lembut mengoleskan cat ke atas kanvas. Sosok itulah yang selalu aku cintai, tidak perlu balasan, yang kuperlukan hanya menumpahkan perasaanku sekali-sekali untuk membuat diriku tetap normal. Satu-satunya laki-laki yang kucintai dengan tulus, mungkinkah ini yang disebut cinta sejatiku?

Kini dia entah dimana, walaupun ada rasa penasaran untuk tahu seperti apa dirinya kini, atau apakah perasaanku tak bertepuk sebelah tangan. Tapi aku sangat sadar kemungkinan besar dia sekarang sudah berkeluarga dan sosoknya yang dulu mungkinsudah berubah, bukan sosok yang aku cinta. Karena itu kenanganku akan dirinya di waktu lalu cukup aku simpan dalam satu kotak di sudut hatiku, mungkin membukanya sekali-sekali disaat kekecewaanku terhadap cinta dan laki-laki sedang memuncak. Kenangan itu ibarat untaian mutiara yang berharga. Untaian mutiara milikku pribadi dan tak ada yang bisa mengambilnya dari diriku sampai kapanpun, milikku yang tak ternilai.

Kenangan tentang BBW 20 tahun yang lalu, hanya kenangan yang milikku seorang.