Sunday, August 31, 2008

Penjara sang Sophacholic

Huh dunia sedang berwarna abu-abu. Membuat mood ku jadi abu-abu. Situasi seperti ini bisa dipulihkan dengan shopping. Tapi mau shopping dimana di tempat seperti ini? Yang ada hanya jengkel saja.

Tapi…mungkin nanti sore aku bisa beli majalah saja. Tempo atau Gatra masih lumayan untuk dibaca. Paling tidak ada intrik politik yang bisa disimak. Mungkin Nova juga kalau ada yang baru. Hahaha, jatuh banget pilihan bacaan di pulau ini. Bagaimana lagi, toko buku yang ada hanya menyediakan bacaan-bacaan seperti itu saja. Gramedia saja tidak buka cabang di sini. Paling dekat harus ke Menado.

Sebenarnya sih bisa saja untuk ke Menado setiap bulan, seandainya jadwal pesawat cocok dengan waktu weekend. Padahal kalau ada jadwal rutin pesawat hari Sabtu ke Menado dan hari minggu ke Ternate, mungkin aku tidak akan mengomel seperti ini. Belum lagi tidak ada ticket box di bandara, walhasil saat memerlukan tiket pesawat kita harus pesan di travel agent nya di Ternate. Beneran berabe deh.

Lalalala, shopacholic dipenjara dalam sebuah pulau karena dinyatakan bersalah suka menghamburkan uang di mall. Walhasil di dalam penjara ini shopacholic bisa sedikit menabung gajinya untuk dihamburkan saat diberi kesempatan beradaptasi di masyarakat sebenarnya. Shopacholic tidak mungkin bisa menghilangkan kegemarannya belanja, karena belanja adalah ketrampilan dasar yang diajarkan oleh neneknya di usia balita. Dan akhirnya dijadikan terapi psikologis saat bete karena shopping selalu memberikan efek menyenangkan.

Bayangkan saat-saat menggetarkan memasuki sebuah toko baru dan terpukau dengan gemerlap barang didalamnya. Fase awal adalah scanning seluruh toko dengan mata dan setelah itu mulai mendekati barang2 yang menarik untuk dilihat dengan detil, kalau baju diraba kehalusannya, diperiksa jahitannya dan dicoba untuk melihat bagaimana jatuhnya. Kalau sepatu tentunya ditilik luar dan dalam dan dicoba apakah nyaman atau tidak. Heueheuheuheu.... ngences deh.

Merupakan suatu kesenangan tersendiri untuk memasuki toko-toko di negri jauh. Berbelanja dengan kepuasan total, yang penting jangan pikirkan kurs-nya, yang akan menyabot kesenangan berbelanja. Karena itu sejak dari Indonesia sudah memastikan akan menghabiskan berapa di sana, dan tukarlah uangnya ke mata uang asing itu dan terlarang untuk menambah jatah.

Walaupun memang sensasi berbelanja di negara lain itu berbeda, tapi belanja di bandara Changi adalah sensasi tersendiri. Maklum dah, selama ini aku belum pernah secara resmi pergi ke Singapore, padahal deket banget. Yang ada hanya transit saja di sana. Kesempatan terakhir untuk menghabiskan dollarku. Karena pantang juga bagiku untuk menukarkan sisa mata uang asing kembali ke rupiah, whahahahahaha...

Saturday, August 30, 2008

Yotsubato! Manga Scan


Aku sudah membeli komik terjemahannya yang diterbitkan Gramedia. Tapi sayangnya baru sampai jilid 6 saja. Padahal di luar sudah terbit sampai jilid 8. Walhasil aku googling untuk mencari tahu apakah ada yang meng-upload mangascan nya. Ternyata ada... wahahaha... arigato, hontoni arigato for the person who upload the mangascan.

Maaf gramedia, terpaksa mendahului, juga buat Kiyohiko Azuma sensei, don't worry, I will buy the indonesian translated of Yotsubato Manga, once it published. Tetapi karena aku tidak sabaran, boleh juga dong mendownload manga scan nyahhh.. Maaf link mangascannya ga ditampilkan disini, jaga-jaga supaya jangan ditutup thread itu.

Ngomong-ngomong manga scan aku hanya tertarik untuk download karyanya Adachi Mitsuru sensei dan Yotsuba ini. Karya Adachi Mitsuru sendiri sudah lama menjadi favoritku. Sekarang ditambah dengan Yotsuba. Nodame Cantabile dan Piano no Mori juga favoritku, tapi aku lebih sabar menunggu terbitan gramedianya saja.

Hampir tidak ditemukan komentar yang tidak suka dengan Yotsubato. Such a pure Joy dan garis expresi wajah yang superb membuat Yotsubato jadi manga yang bisa dinikmati semua kalangan. Selalu memberikan efek senyum setelah membacanya. Kiyohiko Azuma sensei berhasil membuat manga yang layak dipoejiken.

Weekend ala Jomblo

Weekend itu sebenarnya menyenangkan, karena bisa bebas bangun jam berapa saja. Berbeda dengan hari biasa yang pagi harinya sudah dipenuhi rasa bersalah akibat tidur kemalaman dan bangun terlambat.

Menikmati weekend ala jomblo bisa dengan beberapa cara. Kalau di Jakarta aku menghabiskan waktu dengan menikmati mal dan toko buku atau luluran dan creambath, dengan catatan kalau masih ada budget. Kecuali sedang banyak cucian, maka aku akan bangun pagi dan mencuci.

Tapi sejak aku bekerja lagi di bush area, maka hari libur terisi dengan golek2an dan nonton film di laptopku - kalau lagi beneran malas, malah hanya makan snack yang ada saja di kamar kost-ku. Saat tidak malas maka aku akan ke kantor dan menikmati internet, hahaha, lumayan koneksinya lebih cepat karena tidak ada saingan pengguna internet.

Beda jika aku sedang cuti, di kamar lamaku yang adem dan luas weekend bisa kuhabiskan dengan membaca ulang buku2 favoritku yang ada di koleksi lama. Nah, siang sedikit kalo berminat tinggal merayu adikku untuk mengantar toko buku dan mencari makanan yang jarang aku temukan di tempat kerjaku. Atau belanja ke supermarket dan masak-masakan.

Sesekali jika sedang ke tempat temanku maka weekend biasanya bisa melakukan aktifitas2 lain2. Nonton ke bioskop, berenang, hang out di cafe.

Aah... hidup menjomblo tidak selamanya sepi lho. Memang sih jomblo itu membuat orang tetap memelihara kemalasannya.. Aaahhh... dasar himono onna.

Tuesday, August 26, 2008

Kerja? ... KERJA!

Chris J McCandless alias Alexander Supertramp pernah mengatakan bahwa karir adalah temuan baru di abad 20 ~ Into the wild by Jon Krakauer. Pemikiran yang sungguh-sungguh benar dan bisa mengoyak tatanan masyarakat mapan. Individu dewasa dituntut menjadi produktif dan menghasilkan lembaran-lembaran uang untuk memutar sistem kemapanan di masyarakat. Masyarakat madani? Entahlah aku sendiri tidak paham definisinya.

Bagiku bekerja adalah aktualisasi diri. Pengakuan terhadap diri ini sebagai individu yang punya arti di masyarakat. Ada pencapaian-pencapaian yang tidak bisa dinilai hanya dari rupiah yang kita hasilkan. Walaupun aku juga tidak sanggup untuk bekerja 9 to 5 dan melakukan hal-hal rutin, tapi aku juga tidak sanggup untuk bekerja sepenuhnya tanpa karir, seperti dilakukan oleh sekelompok kecil teman-temanku di klub alternatif yang turut kudirikan.

Pada akhirnya aku punya mimpi-mimpi dan ambisi yang masih berkait dengan pencapaian dalam keuangan dan dalam kenyamanan yang bisa aku nikmati. Sedangkan temanku mengatakan dia melacurkan diri saat memutuskan mengambil kerja temporer di salah satu instansi pemerintahan. Ah, inilah kami, salah satu bagian dari generasi yang ditempa oleh alam liar dan masyarakat adat yang menguasainya.

Jadi tidak ada yang salah dari pilihan kerja kita. Tergantung dimana passion kita dalam menetapkan pencapaiannya. Gajikah? Sekedar menjadi produktif saja? Membantu mengubah mereka yang termarjinalkan? Pencapaian individu? menumpuk kekayaan yang tidak akan habis dimakan 7 turunan? Penemuan baru? hanya diri ini yang bisa menjawabnya.

Friday, August 01, 2008

Branded??

Hari Jum'at kan? Jadi mood untuk pakai baju tidak formal, khu khu khu khu, centil mode:on. Ok, berhubung punya persediaan jeans branded sale and kaos branded juga, tinggal tambah mantel aja. Ngaca dulu dikit.... Keren kok. khu..khu...khu....

Emang beda dipakenya. Memang sih sesama jeans, tapi yg ini nempel di pinggul seperti second skin. Padahal potongannya itu pas pinggul lho, kok bisa2nya ga mlorot saat dipakai duduk, beda bangeud sama jeans yg ga branded, dgn kainnya yang kaku dan tidak mau mengikuti kontur tubuh.

Ga menjerat "anu" lg (kadang2 ada celana panjang yang bertingkah seperti thong) jadi ga usah diplorot2in untuk mencegah lecet.

Untung aja dapat info sale ini dari temenku. Sayang kenapa waktu itu ga beli 2 aja, kapan lagi ya ada diskonan?