Thursday, March 11, 2010

Ikhlaskan tukang ayam itu pergi

Ini bukan cerita saya tapi tentang teman saya. Sebuah cerita klise yang dialami banyak orang. Sebuah cerita general yang dengan mudahnya akan kita sepelekan tapi bagi orang yang mengalaminya kisah itu nyata. Ya, teman saya harus putus cinta dengan lelaki yang dulunya sangat mencintai dirinya.

Efek samping long distance relationship pada lelaki yang memang tidak setia dan akhirnya menduakannya dengan perempuan lain.

Orang ketiga yang egois dan hanya peduli kebahagiaan sendiri. Menginvasi ke hati yang tidak setia. 2 berbahagia, 1 terluka.

Nasehat klise yang sering dilontarkan adalah "lupakan orang itu, kelak kamu akan menemukan yang lebih baik." Mudah dikatakan tapi tidak mudah dipraktekan.

Hati adalah organ yang paling aneh, paling tidak mudah diprediksi, paling tidak mudah disetir. Hati mempunyai kemandirian untuk menentukan kapan dia akan sembuh, dengan cara apa dia akan sembuh.

Hanya satu obat generik untuk hati yang terluka (halah bahasanya...!) ikhlas. Itu saja. Ikhlaskan yang pergi untuk pergi, ikhlaskan diri untuk menerima keadaan yang tidak enak ini, ikhlas untuk membuat planning masa depan baru minus si tukang ayam.

Mudah-mudahan teman saya bisa segera pulih luka hatinya.

New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Thursday, March 04, 2010

P A R E

Pare...
kalau jadi kota namanya pare-pare... (hush sembarangan)
sayuran pahit yang disukai oleh orang indonesia
katanya enak, tak ada bandingnya
bisa sekedar direbus maupun dioseng
buat saya representasi pare adalah pahit
dan rayuan untuk memakannya selalu saya tolak
maaf ya pare, saya tidak tahan dengan pahit
tapi bukan hanya pare kok yang saya tolak
bunga pepaya
daun pepaya
saya juga ogah

Pare oh pare si pahit di lidah
punya nama keren bitter ground
atau african cucumber
atau balsam pear

saya akan mengingat namamu baik-baik
supaya tidak terjebak memakannya jika ia menyelundup dalam menu asing

Rambut Ibu Pejabat

Sadar ga, kalau dari dulu sampai sekarang rambut disasak tinggi tetap menjadi pilihan sebagian besar ibu pejabat. Catet bahwa arti Ibu Pejabat bisa ditujukan untuk wanita yang menjabat posisi tinggi di pemerintahan atau istri pejabat tinggi. Saya suka becanda dengan sahabat saya kalau melihat ibu2 yang sasakan, semakin tinggi sasaknya semakin tinggi posisinya. Padahal sekarang kan mode rambut lepek2 semua, tapi tidak membuat mereka berpindah model. Dan hairspray pun tetap laku saja, padahal udah diklaim ga go green, penghancur ozon. Tapi mereka ga peduli tuh, yg penting sasak tetap berkibar menjulang tinggi.

Long weekend kemarin saat di Bandung, saya iseng jalan-jalan, beneran jalan kaki dan sampai melintas di jalan veteran. Waktu lewat sebuah salon saya tertarik untuk jajan kupat tahu petis yang mangkal di depannya. Walaupun hari Sabtu dan sudah sore pula, pelanggan salon masih banyak. Yang pertama keluar seorang ibu-ibu yang tidak muda lagi, kalau ga mau dibilang manula, dengan rambut tertata rapi di blow dalam gaya tahun 80-an, ga disasak sih tapi tetap mekar. Hmm... setia sama satu model. Berikutnya keluar lagi seorang ibu dengan tata rambut mirip. Kening saya mulai berkerut, bukan nahan marah, tapi nahan ketawa. Daaaan... keluar ibu2 lainnya, juga dengan tata rambut sama. OMG, speechless... langsung nunduk dan pura-pura minum. Hiahahahahaha... ini penata rambutnya yang kuno atau mereka memang sepakat ditata dengan gaya yang sama. Sebagai informasi ibu2 itu sebaya umurnya semua. Ampunn Maaak... aye jangan dijewer...!!!

Pendapat saya para ibu pejabat akan berhenti pake sasak jika yg menempati posisi itu sudah generasi saya yg cinta rambut lurus nan lepek... Atau mungkin selera itu akan diwariskan ke generasi berikutnya... ga nahaaaannnn....

Monday, March 01, 2010

Uang yang aku beri kemarin kemana?

"Udah ya, mau medical check up dulu" teman saya pun pamit

"Memang mau kerja dimana?" balas saya

"Lembaga Anu, katanya gw diterima tapi harus medical check up dulu"

"Gimana laki lo? Bukannya dulu dia ngelarang karena lo bakalan travel ke kabupaten A dan B?"

"Tau tuh, dia monggo aja"

Teman saya ini menikah dengan orang di kota ini. Tahun lalu dia bekerja di sebuah proyek negara donor di Jakarta sementara sang suami ada di kota ini. Tetapi kontrak di jakarta selesai, dan dia diperpanjang kontrak baru asal bersedia ditempatkan di NTT. Berhubung sang suami ada di sini diapun memutuskan tidak memperpanjang kontrak dan mendampingi suami saja.

Kebetulan saya kenal dengan Team Leader lembaga Anu, dan pernah ditanyai apa ada teman yg bisa direkomendasikan untuk LO. Makanya waktu tahu teman saya lagi nganggur saya usulkan posisi itu padanya. Tapi rupanya sebelum kembali dia sudah mencari-cari pekerjaan di kota ini, dan diterima di Lembaga Anu itu. Sayangnya saat itu sang suami kurang sreg dan menanyakan apakah dia tidak akan capek karena ada traveling ke kabupaten2, dan akhirnya teman saya memutuskan tak jadi mengambil posisi yang ditawarkan dan kembali ke kota ini jobless. Waktu itu saya kompori dia tentang enaknya pegang uang sendiri, dia hanya tertawa saja. Tetapi tampaknya ada perkembangan lain yang membuat teman saya itu re-apply lagi untuk posisi dimaksud. Dasar rejeki jatuh ke tangan dia juga posisinya.

Walaupun sudah pamit, kunjungan dia masih diperpanjang beberapa saat, gara-gara dia teringat nasihat saya.

"Bener lo bilang mbak. Enakan punya penghasilan sendiri"
"hah... kenapa?" tanya saya penasaran
"Iya sih laki gua ngasih uang, tapi ga bebas. Sakit hati pas minta lagi dan ditanya~"lho uang yang kemarin dikasih kemana"~ padahal kan lo tahu sendiri mahalnya belanja disini..."

Sayapun ngakak jaya.

"Biasa neng, ga cuma lo yg ngalamin ditanya kayak gitu. Nyokap gw juga digituin sama bokap kalau minta tambahan, maklum dah gaji pegawai negri. Bukan cuma lo aja, ga usah sakit hatilah. Yang penting lo kerja, jadi punya gaji"

"Iya, malahan gw dinasehatin supaya belanjanya jangan berlebihan. Besok-besok kalau gw belanja gw kasih lengkap bon-bonnya sama dia" tambah teman saya

"Soalnya lo kan tinggal sama mertua, ga ada pengeluaran makan dan rumah kan? Makanya dia pikir lo ga perlu banyak pengeluaran"

"Iya bener. Ya udah gw cabut dulu...daag..." teman saya akhirnya cabut juga

Setelah itu saya bertatapan mata dengan teman sekantor (cewek juga) dan sama-sama ngomong,

"hari gini, ga kerja? please deh...." huahahahaha, tawa kami berduapun pecah.

Soalnya kami berdua adalah tipe independen, jadi kerja dan punya penghasilan sendiri itu mutlak.