Friday, October 29, 2010

Free spirit

Orang-orang yang iseng sering menanyakan apa saya udah punya temen curhat, udah dapat bule, udah dapat pacar, disuit-suitin klo pasang foto dengan teman cowok. Phew... kadang geli, kadang ngakak, kadang frustasi nanggapin orang-orang itu. Akhirnya berintropeksi diri. Sebagai manusia saya punya tampang ga jelek-jelek amat, sifat juga ga jelek-jelek banget, otak lumayan encer. Sebenarnya ada banyak pria yang suka sama saya. Kekurangannya hanya satu, kalau ada cowok yang suka sama saya, saya biasanya ga tertarik dengan mereka. Kalau ada yang saya suka, merekanya ga tertarik dengan saya. Ada juga yang perasaannya sama, tapi mereka ga available lagi, dan saya sih bukan cewek yang doyan ngerebut pacar / suami orang. Mending saya lupakan aja rasa suka saya dan pergi.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah nyaris tergoda dengan pria yang sudah punya istri, tapi hati kecil saya mengatakan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan istrinya. Tapi seandainya dia seriuspun pada saya, rasanya saya akan tetap menjauh, kasihan dengan anak-anaknya. Dan ga enak aja bahagia diatas luka orang. Saat itu saya mampu untuk pergi dari orang yang lumayan saya suka. Tapi kenapa kini saya mengulangi lagi kejadian itu. Walaupun orang ini memang belum resmi menikah, tapi toh sudah bisa dianggap pasangan yang sudah menikah karena mereka sudah hidup bersama.

Apalagi dengan gap umur yang jauh diantara saya dan dia, seharusnya saya tidak lagi berharap yang nggak-nggak dong. Tapi tetap aja beda perasaannya kalau saya boleh ge-er. Karena walaupun dia sering menyapa teman saya yang lain tapi sepertinya hanya pada saya aja dia sering mendekat untuk tahu apa yang sedang saya lakukan. Dan sepertinya hanya pada saya juga dia sering menyapa khusus. Dan saya suka itu. Saya ga merasa bersalah kok, menyukai orang kan ga bisa dilarang pake logika.

Seperti hari ini, dia sepertinya sengaja datang ke lantai 7 hanya untuk ketemu saya??? wuahahaha... kegeeran banget deh. Ceritanya gini, biasanya jam 3 saya akan langsung ke tempat seminar, tapi karena hari ini libur maka saya putuskan untuk mengerjakan tugas aja di lantai 7. Saya tahu banget dia ada satu kelas, dan seharusnya dia tidak ada di lantai 7, atau dia udah turun ke lantai 1. Tapi waktu keluar dari lift di lantai 7 dan jalan ke satu dari 2 pintu masuk, tiba-tiba saya melihat bayangan seseorang memakai helm sepeda di kaca depan saya, karena saya yakin ga bakalan ketemu dia, otak saya jadi mikir kenapa tiba-tiba mahluk itu ada dibelakang saya ya? dan tumben dia memegang kedua bahu saya sambil nyapa. Walaupun dia langsung mendahului saya jalan ke cubiclenya, hanya untuk nelpon doang udah itu pergi lagi. Ni orang sengaja ya nongol ke lantai 7 buat ketemu saya. Soale kemarin-kemarin memang saya beneran menghindari dia, pulang agak siangan, atau ngumpet di ruangan fellows lain yang memang kosong.  Kangen ya sama saya? wuahahaha...

Minggu ini saya lagi keracunan dengan suaranya Jan Geun Suk yang ... sumpeh ga bisa dijelaskan dengan kata-kata. Padahal anaknya masih muda banget tapi akting dan tampangnya superb. Huahahaha... makanya saya bisa sedikit melupakan orang itu. Beneran dihibur banget deh sama suaranya Geun Suk. Saya jadi inget kelompok 183 something dari Taiwan yang pernah bikin saya klepek-klepek juga dengan album OST untuk serial mereka. Bahkan lagu mereka menjadi OST saat saya jalan ke London, yang pasti tidak akan bisa terlupakan. Dan OST He is beautiful akan selalu menjadi theme song dia. Yakin banget dah saya akan selalu teringat pada dia dan kota ini setiap kali saya mendengar suaranya Geun Suk.

Jadinya pengen jalan-jalan ke korea nih. Ntar kalau selesai sekolah sebelum balik ke Indo,saya mau jalan-jalan dulu ah.

Thursday, October 28, 2010

A must watching drama

Ada serial baru Jang Geun Suk judulnya "Mary stayed out all night". Menjanjikan karena lead actressnya Moon Geun Yoong (the painter of the wind), dan ada wajah cakep Kim Jae Wook (1st coffee prince). Geun Suk rambutnya panjang disini, tapi malah gaya seperti ini yang bikin wajahnya jadi OK.

Dia akan nyanyi lagi. Bikin kompilasi album dong Geun Suk! Saya beneran ngefans sama suaranya, bukan hanya lagu tapi juga ketawanya. Lee Hong Ki yang main juga di You're beautiful ternyata menyanyikan lagu-lagu yang bisa bikin merinding, tapi suaranya terlalu tipis untuk selera saya. Padahal lagu-lagunya FT Island asli bagus. Kalau saya denger lagunya FT Islands duluan mungkin bakal suka juga. Tapi ngedenger Geun Suk nyanyi... ahahaha... tetep kalah deh.

Balik ke serial ini, walaupun menjanjikan banget, tapi kayaknya chemistry Geun Suk dengan MGY masih kalah kadarnya dengan chemistry Geun Suk - Park Shin Ye. Hehehe... mereka beneran ga canggung di atas panggung. Dasar fans, udah deh jangan terlalu ikut campur urusan pribadinya.

Tuesday, October 26, 2010

Kekuatan suara



Suara adalah sebuah alat unik yang bisa menarik perhatian lawan jenis. Buat saya suara laki-laki itu mesti sedikit husky atau ngebass. Klepek-klepek deh dengernya. Salah satu yang membuat Bae Yong Joon, Gong Yoo, dan sekarang Jang Geun Suk menarik adalah suaranya. Jang Geun Suk ini kekuatannya ada pada suaranya, kalau karisma sih pemenangnya Yoon-sama.

Suara Jang Geun Suk ini husky bin seksi. Langsung dong saya pesan CDnya di amazon... huahahaha... gini nih kalau gampang terobsesi. Padahal saya bisa ngedownload lagunya dengan gratis... sialan. Gpp demi idola, biar dia nyanyi terus....hihihihi. Lagunya juga pas banget dengan selera saya. Bakal sering saya putar deh, hanya untuk denger suara orang ini.

(foto dari hasil google)

Monday, October 25, 2010

A.N.Jell

Semalam menghabiskan banyak waktu di youtube dengerin soundtrack nya You're beautiful. Dan akhirnya pesan CD soundtracknya ke amazon. Huh, coba di Indonesia, udah dapat ada download-an gratisannya. Tapi gpp, demi suara serak-serak basah Jang Geun Suk, saya rela kok. Gila memang serial ini nekad bikin konser untu band yang hanya digunakan di film aja. Jadi penonton konsernya itu memang beneran, bukan sekedar figuran. Dan mereka mempersembahkan konser terakhir dengan riang.

Seneng banget karena kepribadian JGS sebenarnya sangat riang dan pemeran Jeremy ternyata ngetop banget (FT Island), mungkin sebagian penonton yang datang ke konser itu adalah fans-nya Jeremy (saya lupa nama pemeranya). Juga pemeran Shin Woo penyanyi beneran lho. ke 4 orang itu memang keren banget untuk jadi band.

JGS memang menunjukkan kepemimpinan bahkan diluar film itu. Dia selalu jadi lead, walaupun sangat rendah hati. Nyengirnya itu yang ga nahan, konyol -lucu-cute. Dan setelah keluar dari peran sebagai JGS tampangnya ternyata cuma sedikit mirip Matsu Jun. Dia belum berhasil mengalahkan keartistikan tampang Matsu Jun yang cantiknya itu edgy. Matsu Jun jadi Tsukasa Domyoji cuma mengubah karakter aja, kalau tampang cakepnya itu udah kuat dari sononya, matanya dan mulutnya yg lebar, hidung mancung tipis, beneran belum ada yang menandingi. Kalau berperan gothic jadi judes banget, tapi berperan imut jadi cute banget. Ahh... pengen segera weekend, pengen ngebandingin kedua orang itu dalam film yang sama.

Sebenarnya di Jepang banyak tampang edgy seperti MatsuJun ditambah dengan hair cut yang dipotong menyudut. Bikin saya ngences dan ga bosan melihat tampang mereka. Beda banget dengan tampang manusia biasa...hahahaha... artistik banget.

Sunday, October 24, 2010

Makna seorang "Ibu"

Gara-gara nonton film-nya Pink Floyd dan baca surat dari nyokap, weekend ini jadi terjebak melakukan refleksi diri. Membedah isi hati dan mempertanyakan pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan. Mungkin juga karena sedang sedih atas hilangnya sebuah ilusi, tapi ga mau wasting time dengan menangisinya.

Surat dari nyokap ga jauh-jauh dari keluhan tentang sakitnya. Tentang diantar sama teman dan tetangga ke rumah sakit. Berusaha memancing perasaan bersalah saya? Tapi jadi kebal. Selalu dan selalu membuat saya harus bertanggung jawab dan harus memperhatikan dirinya, sedangkan dia sendiri hampir tidak pernah ingin tahu tentang segala hal yang menarik untuk saya. Mungkin karena saya memang mahluk mutan, jadi sama sekali tidak bisa dimengerti.

Ibu seharusnya menjadi tempat mengadu untuk anak-anaknya, menjadi tempat perlindungan saat si anak sedang merasa sakit, ibu adalah rahim alias kasih sayang. Jika 2 orang yang jiwanya pernah terluka oleh orang tua mereka menikah dan memiliki anak, tetapi masing-masing egois dengan perasaannya dan tidak berusaha tapi menginginkan keluarga yang harmonis, hasilnya adalah anak yang tidak tahu bagaimana memberi dan menerima cinta, anak yang berpetualang dari satu pelukan perempuan ke pelukan perempuan lain, anak yang menutup rapat-rapat jiwanya. Anak yang dilahirkan dari pasangan ini tidak ada yang bisa tumbuh dewasa jiwanya dalam usia berapapun.

Manusia bisa memilih kapan mau membentuk keluarga dan memiliki anak, tapi seorang anak tidak pernah bisa memilih kapan, dimana, oleh siapa dia ingin dilahirkan. Pada saat seseorang memutuskan untuk menjadi orang tua, tanggung jawab memelihara anak adalah kewajiban utama. Menjadi orang tua berarti melindungi anak dari berbagai macam ancaman luar. Tidak ada lagi alasan capek, lelah, atau masalah mertua. Kewajiban utama ada pada kesejahteraan anak.

Tetapi dalam masyarakat hipokrit Indonesia yang ditonjolkan oleh para pemuka agama hanyalah penampilan luar dari menjaga anak. Kesehatan seorang anak bukan hanya fisik tetapi meluputi kesehatan batin juga. Jiwa anak itu sangat rapuh, dan sekali tersakiti lukanya akan dibawa sampai akhir hayat. Jika orang tua pernah melukai jiwa seorang anak, bagaimana mungkin anak akan bisa dekat dengan orang tua.

Ahli agama selalu mendengung-dengungkan, jangan melupakan ibu yang bersusah payah mengandung kita selama sembilan bulan dan bertarung mempertahankan nyawa saat melahirkan. Bener banget pak ulama, tapi bagaimana seorang anak bisa membalas kasih sayang, jika sejak muda usianya sudah mendengar curhatan ibunda tentang kesulitan keuangan yang dihadapinya, tentang kekecewaan terhadap suami dan mertua, kekecewaannya pada kakak-kakak dan ibunya, kebahagiaannya saat kuliah dan semua pertemanannya, tentang kelegaan dia karena hanya perlu memikirkan satu anak saja yang terlibat kesulitan tapi tidak anak lainnya? Dan pada saat anak yang tidak pernah memberinya masalah itu hanya menginginkan SATU pelukan untuk menghilangkan ketakutannya tapi malah mendapatkan cemoohan dan pertanyaan kenapa harus takut dengan orang gila itu? Anak itu juga tahu kalau ketakutannya tidak beralasan, dia hanya menginginkan pelukan sekejap yang hangat, cukup satu pelukan singkat saja, yang tidak rela diberikan oleh orang yang berposisi ibu.

Dalam hidup anak itu, nyaris menjadi tempat bertanya untuk semua masalah itu, dan anak itu muak. Karena tidak pernah sekalipun orang berposisi ibu menanyakan apakah si anak punya masalah, kenapa si anak tampak sedih. Tidak ada. Dan salahkah si anak kalau merasa menjadi yatim piatu setelah kematian neneknya? Pernah pak Ulama membayangkan kehidupan seperti itu? Apakah orang tua bebas dari kesalahan?

Saya membaca surat ibu dan melihat kalimat, kemana lagi harus curhat kalau bukan pada saya. Ok, terimakasih banyak karena posisi saya tidak lebih dari hewan peliharaan yang bisa ngomong, boneka yang hidup, yang wajib mendengarkan tapi tidak wajib untuk didengarkan. Dan saya sudah lama berhenti berusaha untuk mencari solusi dari ibu saya, karena ibu saya sama sekali tidak ingin mendengarkan keluhan orang lain termasuk anaknya sendiri.

Terimakasih untuk menjadi ibu yang begitu tergantung pada anaknya. Terimakasih untuk semua perasaan bersalah yang harus saya tanggung karena tetangga dan teman yang justru mengantar ibu saya ke rumah sakit. terimakasih...terimakasih...

Friday, October 22, 2010

Weekend

Dia mengundang saya ke pesta welcoming home kekasihnya, walaupun bukan hanya saya saja yang diundang tapi juga teman lain. Rumahnya agak jauh dari tempat saya dan dengan transportasi Atlanta yang sangat menyebalkan ini, susah untuk saya datang ke rumahnya. Apalagi lokasinya bukan di tempat saya biasa main. Dan aneh aja untuk datang melihat dia bersama kekasihnya? Saya belum siap. Benar-benar tidak siap.

Minggu depan akan menjadi terlalu aneh untuk saya ketemu dia. Mungkin lebih baik merencanakan sebaik mungkin agar saya ga ketemu dia di lantai 7. Atau kalaupun saya ada di lantai 7 sebaiknya diatur supaya dia tidak perlu menyapa saya. Sedih... ini akhir dari sebuah perasaan yang tidak bisa berkembang.

Belajar-belajar-belajar....! Itu ajalah yang sebaiknya saya lakukan. Tugas yang numpuk itu memang tidak bisa disepelekan, dan ingat sang monster dan nemesis yang bernama ujian akhir udah semakin dekat. Lebih baik tidak berpikir yang nggak-nggak deh.

Thursday, October 21, 2010

Kisah hari ini

Sumpah saya ngantuk banget hari ini. Bosan dan ga tahu apa yang harus dilakukan. Saya hanya ingin minggu ini segera selesai. Walaupun ada beberapa assigment yang seharusnya saya kerjakan. Jadi saya memaksakan diri untuk tetap tinggal di sekolah, walaupun hati ngebet ngajak pulang. Tapi kalau pulang peluang belajar saya akan drop sampai ketitik nol, karena saya hanya akan membuka internet dan tidak melakukan apa-apa dan tidur.

Hari ini entah apa yang merasuki saya, sehingga keluar semua sarkasme saya. Mungkin kopi, mungkin seperti biasa kalau sedang ingin melupakan hal yang tidak enak, saya menjadi sangat nekad, melakukan tindakan-tindakan impulsif. Dan hari ini saya tidak menemukan lelaki itu. Karena hampir tidak ada tempat yang sepi dari student (termasuk perpustakaan yang sudah terlalu penuh orang itu) akhirnya saya kembali meja saya di kantor jurusan. Ah bodo amat dengan lelaki itu, dia ada atau tidak seharusnya tidak ada pengaruh lagi untuk saya. Dia menyapa atau tidak juga seharusnya ga pengaruh lagi, karena saya tahu dia sudah punya kekasih.

Dan saya bersenang-senang dengan sesama student international lain yg kebetulan semuanya laki-laki (unavailable tapi, hahaha), tapi dengan mereka hubungan saya malah enak banget, setara, cuek, saling menghargai, ga ada intrik atau saling gosip. Dan karena hati saya tidak terlibat, jadi sayanya nyantai. Dan lelaki itu tidak hadir sampai saat waktu makan siang. Sedikit bertanya-tanya kemana dia, tapi saya ga peduli lagi. Namanya juga student terserah dia mau kemana dong.

Bahkan sampai sore dia tidak hadir ke lantai 7. Malah lega jadinya. Saya merasa jadi orang aneh, dan bertanya pada diri sendiri "Udah? Segitu aja perasaannya?" Akhirnya saya belajar epidemiologi walaupun ngantuk bukan kepalang. Tetapi dia ternyata muncul di sore hari lewat jam 5. Karena saya pakai earphone dan mendengarkan penjelasan dari CD, dan yang jelas dari luar hanya akan keliatan punggung saya doang, maka saya pikir saya ga akan tahu kapan dia akan pulang. Biasanya sih dia pulang jam 6-7 malam. Dan saya akan tahu karena dia selalu ribut menutup lockernya. Tapi dengan kuping disumpal, ga bakalan tahu apa-apa.

Teman saya udah pergi karena mereka ada lab, student tahun kedua juga udah pada balik, dan saya meneruskan catatan kuliah, saya tahu seorang teman saya ada disana dan kemungkinan dia bakalan pulang malam, saya belum memastikan mau balik jam berapa dengan dia, ntar aja kalau udah selesai saya ajak dia pulang. Lagi tenang-tenangnya nyatet, saya dengar dia menyapa saya dan masuk ke ruangan. Kebiasaan banget sih, ngajak ngobrol kalau ga ada orang lain hadir, dan deketin saya. Dia malah nanya apa rencana makan malam saya. Hiii... pertanyaan aneh, saya bilang aja belum tahu, malah tadinya mau bilang ga akan makan, karena siang saya baru ditraktir makan makanan china di Cox Hall. Tapi memang rasa penasaran saya itu seperti kucing, pengen tahu aja dia mau ngapain nanya gitu. Dan memang benar dia ngajak saya datang ke acara dinner yang dimasak ibu-ibu refugee di Atlanta. Selain saya dia ngajak temen laki-laki satu beasiswa dengan saya. Penasaran dengan acaranya, kegiatan refugee disini memang menjadi sasaran kegiatan volunteer Emory, saya cuma nanya jam berapa dan dimana, dan dia bilang dia bawa mobil jadi bisa datang kesana bareng. Ok lah kalau begitu. Dan kenapa dia selalu penasaran dengan apa yang saya lakukan dan berdiri disamping saya untuk tahu apa yang saya lakukan... cowok aneh.

Daan... dia langsung cerita tentang pacarnya, huahahaha... to the point nih? Untung saya udah dapat bocoran hari Sabtu kemarin, klo nggak, beuuu... bisa sedikit shock juga deh. Jadi malah nyantai aja, dan ngobrol dengan lancar. Saya malah tahu kalau dia ternyata mau ngelanjutin ke kedokteran. Hiyaa... bukannya terbalik tuh atau kenapa ga ambil dual degree aja, tapi pertanyaan itu saya simpan aja di dalam hati. Dia ingin seperti salah satu dosen saya, menjadi peneliti dan mengajar sekalian praktek. Banyak banget maunya. Kembali saya mengenali sifat-sifatnya yang sama dengan saya. Baunya sama dengan saya, itu yang saya tahu. Dan saya yakin dia ingin kuliah di kedokteran semata-mata karena tertarik dengan ilmunya dan juga jalan ngebantu orang dengan cara yang mudah, mirip dengan saya saat masuk kuliah dulu.

Singkat kata kami makan malam, dan dia sebenarnya mesti jemput pacarnya yang baru balik dari Washington DC di stasiun. Karena itu saya makan cepat banget, ogah jadi penyebab terlambat, eh malah dianya yang nyantai-nyantai, diomelin pacar baru tahu rasa deh. Kami akhirnya balik sekitar jam 8 dari lokasi makan, dan saya nanya apa ga telat jemput pacarnya. Dia bilang mau nelpon, daaan... pacarnya ngomel deh, karena mungkin udah tiba di stasiun, wuakakaka..rasain! Dia malah bilang, kadang-kadang cewek suka aneh. Saya dengan tenangnya ngomong, You late... dan dia cuma bilang I know. Pacarnya udah nunggu di pinggir jalan, makanya ngamuk karena dia terlambat. Dan kami berkenalan, sebenarnya saya yang ambil inisiatif, dan pacarnya sebenarnya tertarik dengan Sierra Leone negara tempat teman saya berasal. Dia memang cari mati ya ngajak saya makan, sebenarnya kan ga perlu, cukup ngajak teman saya aja. Saya sih kebayang aja pacarnya juga pasti ga enak dengan kehadiran saya yang ga diundang ini. Karena paling ga enak kalau ada di sekitar pasangan yang sedang bertengkar, saya minta di drop di toko buku di depan North Decatur aja. Daripada saya didrop belakangan, ogaaah.

Dia sendiri malah nanya acara kami saat weekend mau ngapain? Saya cuma bilang belajar lah... dan dia malah mau ngundang kita ke rumahnya. Weks... tidaaak... kalau lo baik-baik aja dengan pacar lo, mungkin saya dengan senang hati menerimanya, tapi tidak saat ini. Sebelum ngundang orang, mending lo ngomong dulu dengan pacarmu itu, dia baru balik dari luar kota, terlambat dijemput, dan ujug-ujug kamu bikin rencana mau ngundang orang saat weekend. Masih mending tuh kalau di rumah ga dipunggungin, kenapa sih cowok suka bego kayak gitu? Cewek tu paling ga suka kalau cowoknya mendadak ngundang orang tanpa bilang dulu ke orang rumah. Untung besok saya emang rencana mau bolos seminar, karena dia bilang mau ngomongin rencananya besok. Feeling so good, ga boleh meremehkan suara hati lho.

Dia hanya mengundang kami berdua, masih beralasan, karena dia yang bayarin kita. Dia ngajak saya, ini yang paling bias alasannya. Pertama dia ngajak saya sore banget, dan sebenarnya dia ga ngajak saya, saya juga ga bakalan tahu event ini. Dia juga ngundang teman saya diam-diam. Dan teman saya bilang ke ceweknya bahwa mereka dia sering jalan bareng. Ga aneh sih kalau dia tertarik dengan teman saya karena sang kekasih toh sudah bilang sangat senang dengan Sierra Leone. Tapi sebenarnya ga ada alasan sama sekali untuk ngajak saya. Kedua, bisa aja dia ngajak teman afrika saya yang lain, yang sore itu juga kerja lembur, dan temen saya itu juga gedebukan hatinya karena disapa dan diajak senyum. Tiga, ga ada perlunya ngundang saya kerumahnya mendadak begitu. Karena saya bukan objek untuk dikasihani kok.

Ngedenger dia menjelaskan tentang saya di depan pacarnya membuat saya ngeri, ga ada perlunya deh ngejelasin seperti itu. Kedengarannya seperti sedang mencari alasan aja untuk ngajak saya. Biarkan aja ceweknya nanya baru ngejelasin. Karena kalaupun dia ada rasa tertarik pada saya, diantara kami toh tidak ada sesuatu. Aah... entahlah, yang jelas kalau dia ngundang saya, maka saya ga punya alasan untuk nolak. Tapi kalau besok ga ketemu dan dia tidak mencari tahu no hp saya untuk menelpon saya, juga ga jadi masalah. Lebih lega mungkin.

Wednesday, October 20, 2010

Penonton sejati

Dalam dunia yang saling berpasangan ini, saya mendapatkan peran sebagai penonton saja. Melihat orang saling menemukan orang yang mereka suka, atau mereka yang bisa berpasangan dengan orang yang tidak mereka suka. Saya sendiri tidak akan mampu untuk  hidup dengan orang yang tidak saya suka. Bisa jadi perempuan neurosis deh.

Rasa yang saya miliki selama 2 bulan untuk dia terpaksa saya tarik kembali dan dibuang jauh-jauh ke tempat sampah. Ga ada lagi itu getaran di dada untuk kehadirannya. Dia ada atau tidak, dia datang atau tidak seharusnya tidak lagi berpengaruh pada irama jantung saya atau irama hidup saya. Kayak ga ada pelajaran yang harus diulang tiap hari aja. Ngapain coba menghabiskan waktu untuk memikirkan orang yang tidak berkenan kita pikirkan. Selesai dan kali ini saya mencari penghiburan di serial You are Beautiful, tentang Go Mi Nam dan Hwang Tae Kyung yang rada koclak ceritanya. Lagunya bagus dan enak didengar juga.

Rupanya sampai detik ini saya hanya layak sebagai penonton saja. Dan karena kisah dalam kehidupan nyata tidak enak untuk ditonton jadi lebih baik  menonton kisah rekaan saja....

Sebenarnya saya ingin bisa mencintai tanpa membutuhkan balasan, tapi saya takut tidak bisa mengekang hati ini nantinya. Saya takut akan hancur karenanya, memang kelihatannya jadi cinta ekonomikal banget ada permintaan ada barang. Ada balasan, ada cinta. Tampaknya sangat tidak mungkin untuk meneruskan perasaan ini. Walaupun ada rasa sayang kenapa tidak berusaha mati-matian, tapi ada gap usia yang lebar, ada batas waktu yang pendek, ada perbedaan ras dan agama yang terasa sangat berat untuk diperjuangkan, dan yang utama adalah kekasihnya.

Dan akan kemana saya menuju setelah 2 tahun ini terlewati? mungkin menyusuri pojok-pojok dunia yang masih jarang disinggahi manusia. Mungkin...

Monday, October 18, 2010

freedom dan peace

Setelah sekian lama berada dalam pengaruh si "hati" yang bego itu, sang "logika" dalam diri saya akhirnya menjadi pemenangnya. Dulu udah dapat pelajarannya sih, jadi ga mau terperosok kedalam situasi yang menyebalkan itu untuk keduakalinya. Keledai aja ga jatuh ke lubang yang sama 2 kali, masa' kalah sama keledai?

Walaupun saya yakin perasaan dia pada saya berbeda dengan pada teman-teman lain, yakin banget. Tapi mengutip kata-kata bijak seorang teman, yg begini bunyinya...
Don't let someone become a priority in your life, when you are just an option in their life
 
Saya bahkan bukan option baginya, karena dia sudah memilih. Tapi dasar laki-laki, beberapa waktu-yang-rasanya-sudah-lama-berlalu dia tanpa alasan yang jelas mengatakan statusnya juga single. Hei rasanya single itu termasuk tidak punya pasangan tetap lho. Kalau udah punya pacar tetap apalagi udah serumah, ga layak tahu bilang statusmu single. Ahahaha... gapapa lah, aku yakin ada debar didadamu untuk diriku di satu saat. Tapi kemudian kamu berusaha untuk tidak terlibat dengan perasaan itu.
Dan hari ini, saya merasakan kebebasan perasaan, karena dia tidak lagi menjadi tujuan saya datang ke lantai 7. Karena kebiasaan buruk saya saat sedang suka dengan seseorang, mood saya suka tergantung dengan kehadiran orang itu. Jika orang yang saya suka ada di sekitar saya, mood saya riang gembira. Jika orang yang saya suka ga keliatan batang hidungnya tanpa alasan yang jelas, mood saya jadi gampang rusak. Dan hari ini, saya ga peduli dengan dia...konsentrasi untuk belajar aja tanpa harus tergantung kehadiran seseorang. Saya ke lantai 7 hanya untuk ngeprint doang. Dan bahkan saat tahu dia nongol setelah saya ada di ruangan itu, sama sekali ga ada keinginan untuk ngeliat dia. Beneran rada cuek. Saya malah jadi bisa perhatian sama teman-teman. Sebodolah sama dia. Toh pada dasarnya dia juga tidak suka dengan perhatian saya kan?
Dan saat ketenangan batin itu tercapai dengan bayaran kesendirian, saya toh tidak perlu menangis, dan ga ada keinginan untuk menangis. Begitu saja... datar... nihil...ada dari tiada dan tiada dari ada. Tapi harus saya akui dia memang laki-laki yang baik, yang tidak memanfaatkan situasi sama sekali dan setia pada kekasihnya. Hmm... lelaki berkualitas, ga salah kalau saya suka padanya, walaupun dia bukan untuk saya.
Tuhan, apakah soulmate saya ada di dunia ini atau harus saya temukan di keabadian? Nanya boleh dong Tuhan, tolong saya diberi jawabannya Tuhan, kalau bisa dalam belaian morpheus malam ini.

Saturday, October 16, 2010

Luka hati

Bahasa Indonesia punya istilah seperti disayat sembilu saat orang patah hati. Padahal tidak ada luka fisik tetapi kenapa ada rasa sakit di dalam jantung saat tahu kita akan kehilangan orang yang kita suka? Dan rasa sakit itu nyata terasa. Dan kenapa mata ini seperti magnet saat melihat orang yang kita suka. Tidak bisa melepas pandang darinya dan terus terpaku pada dirinya.

Saat ini saya sadar akan kebodohan saya, sadar akan kebegoan diri ini. Cinta itu seperti rumput, mudah tumbuh hanya dengan sepercik air, tapi begitus sukar untuk dibasmi. Orang yang gemar berkebun akan merasakan betapa sukarnya membasmi rumput. Kadang pada saat sudah sangat tidak memungkinkan lagi ditangani secara manual jalan terakhir adalah membasminya dengan herbisida. Bagi saya herbisida itu adalah tahu dengan pasti bahwa seseorang yang saya suka sudah memiliki pasangan. Habis cerita, saya tidak akan berharap lagi dan cinta saya perlahan-lahan akan mati. Proses matinya kadang lambat, kadang cepat, tergantung jenis herbisidanya.

Sekarang biarkan saya menuliskan kebodohan saya untuk terakhir kali, dan setelah itu saya akan menghapus namanya dari dalam kehidupan saya. Minggu lalu sebelum liburan fall, sebenarnya saya sudah memutuskan untuk menyerah saja, karena mood dia yang turun naik, kadang baik, kadang cuek. Ditambah dengan pertengkaran saya dengan seorang teman, dan saya membuat resolusi untuk menjauhi lantai 7. Tapi setelah libur 2 hari, harapan saya bangkit kembali di hari Rabu. Dengan mood depresi karena nilai ujian yang tidak bagus, saya masuk kelas pagi. Saya tahu untuk hari rabu dia akan masuk pagi, jam 8, sementara saya 30 menit setelahnya. Tidak ada keinginan saya untuk melihat dia, karena itu saya juga tidak peduli. Selesai kelas jam 10, sayapun pergi ke perpustakaan dan ngendon disana untuk belajar sambil menunggu saat makan siang untuk ikut satu presentasi dan setelahnya saya masuk kelas lain. Sampai jam makan siang saya lega karena berhasil menjalani resolusi itu.

Sehabis kelas kedua, mau tidak mau, suka tidak suka saya harus naik ke lantai 7 karena ada urusan administrasi yang harus saya selesaikan. Dan saya harus menghubungi staff yang cubiclenya ada disebelah cubicle dia. Bagusnya saat saya masuk ke lantai 7, seorang humprey fellow menyapa saya dan dalam saat yang bersamaan saya melakukan scan ruangan dan tahu dia duduk di meja dimana ada student lain yang juga sedang melakukan pekerjaannya. Saya menunduk dengan cepat dan berpura-pura sangat terlibat dengan percakapan student humprey itu. Saya dan student humprey berpisah begitu saya melewati mejanya dan langsung menuju ke meja staff yang harus saya temui.

Selesai urusan saya tidak masuk ke ruangan yang disediakan untuk kami, walaupun sempat mengobrol dengan seorang student tahun kedua sebentar dan saya langsung keluar lagi dari ruangan di lantai 7, tapi berhubung saya menunggu lab, sayapun duduk di sofa yang disediakan diluar ruangan lantai 7. Tersembunyi dari pandangan semua orang yang keluar dari pintu utama maupun dari WC. Tidak lama saya duduk disitu, sayapun mendengar suaranya berbincang dengan student lain. Ah... suara itu, begitu khas. Saya berusaha tidak membuat suara, sampai beberapa saat kemudian mereka berpisah dan dia pergi entah kemana, masuk ke ruangan lagi atau turun dengan lift... entah, dan saya tidak mencari tahu.

Saya pun tetap duduk disitu berusaha belajar, tapi setiap kali ada orang yang datang melewati saya, jantung terkaget-kaget, berharap dia yang muncul sekaligus berharap bukan dia yang muncul. Sejam kemudian kekhawatiran saya terbukti, seseorang muncul tiba-tiba dan menyapa saya. Sambil berusaha untuk tenang saya pun tersenyum padanya, dan diluar kebiasaan jika ketemu di lantai 7, dimana hampir selalu saya yang menyapa dia, (dia mendekati saya seperti dimalam itu) dekat banget dan jelas banget sengaja ngajak ngobrol. Membuat saya ke ge-er an bahwa dia sengaja berjalan memutar untuk mencari saya, walaupun setengah kemungkinan lain bahwa itu benar-benar kebetulan belaka. Tapi saya yakin dia tahu jadwal saya seperti saya juga tahu secara umum jadwal dirinya.

Kelas dia akan dimulai jam 5, dan biasanya dia akan melalui pintu utama untuk menghindari saya(?). Karena lab akan dimulai jam 5 satu lantai dibawah saya, 15 menit sebelum jam 5 saya masih duduk disitu dengan teman sekelas. Dan saat pintu terbuka, teman sayapun menyapanya. Dan saat dia ada dibelakang teman saya dia memandang saya sambil mengedipkan sebelah matanya, dan saya membalasnya dengan lambaian tangan. Saat ada teman saya dia mengambil jarak, tapi kenapa saat teman saya tidak bisa melihatnya dia sengaja me-recognize saya.

Hari kamis, saya kembali tidak ke ruangan saya tapi bekerja di meja panjang di dekat dapur. Dan menjelang jam makan siang dia berjalan melewati meja saya. Karena saya ada dipojok, tentu dia tidak tahu saya ada disitu. Tapi dari caranya berjalan, saya merasa dia sebenarnya mencari di tempat kemarin. Karena biasanya hari kamis saya akan ada di lantai 7.  Walaupun tujuan utamanya adalah menghubungi student lain yang ada di cubicle belakang.

Saya tahu saat dia membuat U turn dia melihat saya ada di pojok meja. Dan setelah urusannya selesai dan dia pergi ke dapur, kembali dia menyapa saya dengan ramah. Bahkan beneran penasaran dengan apa yang saya lakukan, sampai dia sengaja deketin saya banget. Dan ngeliat buku saya. Kembali hati saya terlambung, dan saya yakin ekspresi saya sebodoh ekspresi sapi yang mau disembelih. Saya bahkan tahu kalau dia akan ujian malam itu. Saya hanya bisa mengatakan good luck. Jam 1 kelas hari Kamis saya mulai. Dan selesai kelas saya kembali ke lantai 7 untuk membuat tugas kelas dengan bantuan seorang teman. Dan dia 2 kali bolak-balik ke belakang, sementara saya menunduk abis berakting beneran terfokus pada tugas. Tapi karena range pandangan saya 135 derajat, maka saya tahu banget kalau dia memandang ke arah saya. Karena dia ada ujian dan sangat fokus dengan pelajarannya, sayapun tidak menyapanya.

Hari Jum'at saya tahu dia tidak akan datang pagi karena sangat menghabiskan energi kalau ujian dilakukan dimalam hari dan pasti besoknya malas banget untuk kesekolah kecuali memang ada tugas. Tapi saya tahu kalau jam 3 dia harus ada di kampus, tapi belum tentu ketemu. Pas dihari jum'at ada acara makan-makan gratis lewas convos on the tap. Saya sudah janjian dengan seorang teman untuk ikut acara itu dulu baru kemudian bekerja di lantai 7. Kami antri sesegera mungkin karena banyak orang pasti antri, jadi harus dipastikan sudah di depan meja pada jam 5pm.

Kegiatan dia sendiri berlangsung sampai jam 5, tapi the 4 gods tidak muncul sampai jam 5.30. Sementara saya udah nongkrong sambil ngunyah dan ngobrol. Daaaannn.... dia berdiri di dekat tong bir tepat dalam garis lurus ada di hadapan saya. Jarak, 10 meter lebih. Geblek, dia menyediakan dirinya untuk saya pandang... sialan-sialan-sialan. Dan setiap kali ngobrol dengan orang dia selalu menghadap saya. Jam 6 dia ngambil makanan dan duduk dengan anak-anak peace corps, miring dihadapan saya, jarak 3 meter. Hey... kamu tidak menyapa saya, tapi menyediakan diri ada dimuka saya. sama sekali tidak memunggungi saya. kalau pake penggaris akan bisa ditarik garis tegak lurus. Gimana gw kagak geer. Tapi sebelah hati saya mengatakan dia tidak ingin kedekatannya dengan saya diketahui oleh orang banyak.

Dan malamnya saya mendengar dari kawan saya kalau pacar/kekasih dia kerja di CDC. OK...selesai semua dan hati saya tersayat. Kecurigaan saya, mimpi saya sudah memberikan petunjuk yang jelas. Semua membuktikan bahwa saya hanyalah perempuan bodoh yang mudah dimanipulasi perasaan.

Hari senin lusa, saya tidak akan ke lantai 7, ga ada urusan, biarin aja.  Saya udah ge-er iya bener, tapi apakah saya beneran salah membaca bahasa tubuhnya? nggak tahu dan nggak mau tau. Sudah cukup pengetahuan yang ada membimbing kesadaran saya.

Shopping season akan kembali kepada hidup saya. Dan terimakasih untuk sambungan internet, karena saya bisa nonton kembali drama korea, dan menangisi kisah cinta rekaan, tapi tidak terbodohi.

Minggu depan dan seterusnya tidak tahu cerita nyata apa yang akan saya hadapi. Mungkin menyakitkan, mungkin membuat galau, mungkin juga melambungkan hati ini. Entah....

Monday, October 11, 2010

Menjinakan hati

Libur 2 hari, tak disangka-sangka bisa menjadi ajang menjinakan hati. Supaya ga terlalu terobsesi dengan seseorang. Dan lumayan bisa sedikit mengurangi beban di hati. Menyadari artinya nol, dari tiada menjadi tiada.

Mendisiplinkan hati supaya tidak bertanya kenapa? atau memulai kalimat kalau aja. Ga mudah untuk melepaskan sesuatu yang rasanya kita miliki walaupun pada kenyataannya tidak kita miliki. Mulai lagi deh pertanyaan ala sufi bodoh. Kenyataan kan mana ada sufi yang bodoh seperti diri saya, yang sok mengajukan pertanyaan sufistik.

Dunia, hanya permainan belaka.

Friday, October 08, 2010

Patah hati, nilai ujian hancur dan bertengkar

Hahaha... bukan minggu yang menyenangkan. Akhirnya saya bisa menerima kalau saya ditolak. Nggak lagi mau berusaha, selesai, titik, period. Hanya orang bego yang tidak bisa membaca tanda-tanda yang begitu jelas kalau dia sebal ngomong sama saya. Dan dia tampak sekali menghindari diri saya. Jadi sudah, ga perlu bersusah payah. Ga perlu menanyakan pada diri sendiri "gimana kalau", karena if statement hanya ada di program SAS. Bego lo...tabok kanan-kiri.

Yang paling parah sekarang adalah nilai ujian epi saya yang hancur dan kacau balau. Mati gua. Ini adalah prioritas utama untuk diselesaikan. Karena nilai class mate lain udah jelas pada tinggi-tinggi. Dan grade yang saya miliki jelas bakal mati mampus kalau tidak bisa mencapai nilai sempurna. Uuuuuh kerja keras.

Saya juga bertengkar dengan seorang student international. Habis dianya juga sih yang nyebelin, udah jelas saya malas ngomong ama dia, eeh... dia memojokan saya karena ga mau bantu dia. Suka-suka gua dong mau bantu siapa. Lagian caranya itu yang nyebelin... maksa banget. Emang dia ga tahu kalau saya ga suka dipaksa sama sekali. Dan ga bisa bertoleransi dengan paksaan sama sekali. Sekali lo memaksa, maka saya akan lari 180 derajat dari arah yang dia minta. Beuu... lagian ga tepat waktu banget ngajak bertengkarnya. Pas saya lagi bete dan butuh hiburan malah dinasehatin kayak orang idiot. Go to hell...cari aja orang lain yang mau bantu lo...jangan ke gw mulu.

Ahh... minggu yang tidak menyenangkan sama sekali. Dan rasanya saya pengen kabur aja. Kenapa sih saya ga pernah bisa cepat beradaptasi dengan ilmu kuliah. Padahal udah belajar habis-habisan. Benci banget sama diri sendiri jadinya. Apakah level saya memang ga bisa kuliah exact?

huwawawawawa....

Tuesday, October 05, 2010

Lupakan dan lanjutkan hidup

Berapa tahun saya habiskan sebelum datangnya pencerahan itu? 7-8 tahun, ga kurang dari itu. Lama banget ya? Sekarang saya sudah harus maju ke depan. Lupakan masa lalu dan beneran mulai dari lembaran yang putih bersih. Lucunya perenungan ini muncul dari mimpi saya semalam.

Dalam waktu 1.5 tahun setelah peristiwa penolakan yang menyakitkan hati itu saya mulai dapat menjalin hubungan kembali dengan lawan jenis. Karena saat itu ada seseorang yang masuk ke dalam kehidupan saya dan menemani saya, mendengarkan cerita saya dan memberikan sengatan komentar untuk pandangan saya. Saat itu saya menyatakan bahwa laki-laki yang menolak saya lah yang bersalah, dan pria baru itu mengatakan bahwa lelaki pertama itu tidak bersalah. Saya tidak bisa menerima pendapat dari lelaki kedua dan menutup diskusi kami.

Dalam mimpi aneh tadi malam saya melihat tidak ada gunanya untuk menyimpan dendam itu. Semua sudah ada di masa lalu, dan membersihkan isi hati saya dari rasa dendam. Bahkan di pagi hari saya berniat mengirimkan email pada lelaki pertama untuk memberitahu dia bahwa saya sudah tidak marah lagi. Tapi saya membatalkannya.... hehehe... rugi tahu memberitahu lelaki itu kalau saya sudah memaafkan dia. Tapi kini saya sudah bebas dari dirinya. Benar-benar bebas.

Dalam beberapa waktu belakangan ini saya juga diombang ambingkan oleh perasaan tidak menentu yang akhirnya saya sortir saja menjadi masalah hati yang tidak layak dipertimbangkan. Pergilah cinta, saya tidak akan membelenggumu. Dan dua tahun akan dijalani dengan bertambahnya teman baru dan sepinya hati dari cinta. Ga apa-apa, udah biasa sepi. Karena saya bosan menunggu karena saya bosan untuk selalu ditolak, jadi lebih baik tidak perlu memberikan hati itu pada lelaki. Simpan saja dan berikan untuk kemanusiaan.

Tapi saya tidak malu karena pernah ngotot dan maksa meraih hati itu. Paling tidak saya sudah berusaha, kalau tidak berhasil ya sudah (tanpa ambisi banget ya gw ini). Karena saya tidak mengerti dengan diri saya sendiri jadi bagaimana saya bisa membuat orang lain mengerti dengan diri saya. Karena saya tidak mau lagi ngotot dan akhirnya mendapatkan pelajaran pahit kembali. Ga lah... saya kapokan sih orangnya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan saya, sebenarnya masih diperlukankah eksistensi saya di dunia ini? Atau mungkin harus dibalik agar sisa waktu saya di dunia ini bisa diisi dengan amalan yang baik? Ah tahukah kamu manusia bodoh bahwa waktu adalah anugrah dan hadiah yang diberikanNya untu bisa digunakan sebaik-baiknya untuk bekal di alam keabadian. Ayo tingkatkan ibadah, jangan menuruti omongan setan (Tan... ngakulah kan kamu yang menggodaku dengan berbagai ilusi dan imajinasi yang nggak jelas. Ayo ngaku!).

Hmmh... cape untuk berjuang. Apa sih artinya ngejar ilmu mati-matian seperti ini? apa artinya ngejar karir? tahu ah... mau istirahat dulu ya...bubye dunia, bubye cinta.

Friday, October 01, 2010

damainya malam

Ada paradoks dalam diri saya dalam berkonsentrasi. Jika saya sudah tenggelam dalam konsentrasi yang dalam, maka tidak ada suatu halpun yang bisa mengganggu saya. Saya ada di dalam sebuah gelembung yang memisahkan saya dari dunia nyata. Tapi untuk menciptakan gelembung itu tidak mudah, orang yang lalu lalang, percakapan, kehadiran orang yang tidak saya suka, orang yang batuk-batuk / berdeham adalah hal-hal yang mengganggu dalam menciptakan ruangan untuk berkonsentrasi. Alasannya karena ada radar yang tidak terlihat di telinga saya yang setiap kali menangkap suara langsung mengirimkan datanya keotak dan otak saya langsung memproses semua suara itu. Sehingga kalau banyak orang yang berbicara, walaupun saya sedang menulis atau membaca tapi sangat mudah untuk saya mengikuti semua percakapan orang yang ada di sekeliling saya dan menyimpan semua informasi itu dalam otak.

Kadang hal tersebut menjadi advantage buat saya, ketajaman telinga saya bahkan bisa diandalkan untuk mengidentifikasi orang hanya dengan mendengar suaranya saja tanpa saya perlu melihatnya. Isi library suara di otak saya sangat beragam termasuk untuk mengenali berbagai suara lain selain suara manusia. Makanya biarpun saya diam disatu ruangan, biasanya tidak pernah kehilangan informasi. Membuat saya sering menjadi sumber informasi bagi orang lain.Tetapi kalau saya sudah berada dalam gelembung konsentrasi, saat seseorang menyapa saya akan membuat saya kaget dan jantung bisa berdebar kencang.

Sehingga dalam hal saya juga menyukai ruangan yang tidak ada orang, keadaan itu tercipta lewat jam bubar kantor. Hampir disemua pekerjaan saya sering melakukan kerja lembur dimalam hari. Ada ketenangan disana, dimana saya bisa rileks menciptakan gelembung konsentrasi tanpa perlu memasang musik sebagai white noise. Dan ada hal yang lebih parah lagi, saya bisa makin tenang hanya dengan kehadiran orang yang saya sukai di lokasi yang sama. Ingat ini orang yang saya suka (tapi bukan berarti orang itu juga menyukai saya).

Di sekolah ini saya diberi space untuk locker dan meja kerja di ruangan jurusan, sebagai komplemen beasiswa. Ga mungkin kan hal itu terjadi di Indonesia, tapi di sini student maupun professor bisa berada di lantai yang sama. Dan ada student yang kerja part time sebagai RA atau TA yang juga mendapat space di ruangan jurusan.

Sudah dua kali dengan tadi malam saya bekerja sampai larut di ruang jurusan, kalau dihitung dengan kerja di Lab komputer bisa dibilang 4 kali. Sebelumnya saya lebih senang menghabiskan waktu di perpustakaan, tapi disana banyak student lalu lalang, walaupun ga ada yang ngobrol, membuat saya kurang nyaman.

Semalam saya juga kerja sampai larut. Memang sudah saya jadwalkan untuk itu sejak jauh-jauh hari. Ada tugas dari mata kuliah Global Health yang menuntut kami untuk melakukan data search di internet. Sangat tidak mungkin untuk melakukan data search tanpa konsentrasi penuh, sehingga saya memang mengkhususkan jadwal semalam tidak boleh terganggu. Dan semalam membawa cerita lain untuk hati saya.

Saat ini saya sedang suka dengan seorang lelaki, dan seperti biasa kisah hati saya tidak pernah melewati jalan tol. Karena ketidakmampuan saya untuk menyatakan perasaan suka, gengsi yang tinggi dan rasa takut untuk ditolak membuat saya seringkali menjauhi orang yang saya suka dan bukannya mencoba menaklukan hati orang yang saya suka. Dan walaupun kemampuan saya dalam membaca bahasa tubuh seseorang dengan akurat, penilaian saya menjadi sangat tidak bermakna jika saya punya perasaan suka pada orang itu.

Walaupun hati saya menterjemahkan bahasa tubuh lelaki itu bahwa dia juga menyukai saya, tapi saya tidak bisa teryakinkan karena dia tidak pernah menyatakan secara langsung. Dia suka pada saya sih sebenarnya tidak usah diragukan, tapi suka sebagai apa? Sebagai teman atau melibatkan rasa antara lelaki dan perempuan? Keraguan saya untuk menyatakan rasa suka secara terbuka karena usia diantara kami terpaut jauh sekali.

Kalau untuk masalah pekerjaan kayaknya sih kami kompatibel banget, termasuk dengan kegemaran pada data dan matematika. Dia sendiri ada di jurusan epidemiologi, dimana dia bisa mengambil lebih banyak mata kuliah yang berkaitan dengan epidemiologi. Sementara data dan survey bagi saya masih menjadi rahasia alam yang harus dicari kuncinya. Tetapi karena pada dasarnya saya senang dengan matematika maka ilmu-ilmu epi menjadi sangat menyenangkan untuk dieksplorasi. Dan idealisme kami sepertinya ada dilevel yang sama, pertanyaan dan pencarian jati diri sebagai manusia terbaca dari tulisan di blognya. Dia sebagai lulusan tehnik kimia sebenarnya punya kesempatan untuk mendaki karir yang baik di dunia industri, tetapi malah terjun ke epidemiologi. Saya sebagai lulusan kedokteran sendiri juga memiliki peluang yang sama untuk terjun di dunia medis dan menjadi glamor, tetapi saya lebih tertarik untuk menggauli ilmu publik health yang sering kali harus bekerja di daerah terpencil yang jauh dari keglamoran kota. Apa yang kami cari di dunia ini? Kegelisahan dan kegundahan yang sama saya rasakan terpancar dari dirinya. Dengan lelaki ini saya jadi bisa bicara di tataran idealis.

Ketertarikan saya pada dirinya terjadi tanpa disengaja. Karena pada awalnya saya hanya melihat seorang dewasa muda Amerika yang pernah melakukan pekerjaan di Afrika untuk beberapa tahun yang melanjutkan ke pendidikan master. Layaknya orang US mereka tampak arogan dan tidak mudah didekati. Dan walaupun di masa orientasi ada beberapa kesempatan untuk berbicara dengannya karena dia salah satu volunteer di tahun kedua yang membantu pelaksanaan orientasi, biasanya saya memilih untuk bicara dengan temannya atau dengan student internasional lainnya. Pembicaraan pertama kami terjadi saat dia mengorganisir tour kecil ke tempat-tempat makan di lokasi kampus. Saat itu saya memang tidak membawa bekal dan hari itu kami harus makan sendiri. Awalnya saya ada dibelakang dia dan hanya ngekor aja seperti bebek. Dalam perjalanan pulang ke ruang kuliah, saya bertanya apakah perlu membeli textbook sebelum kuliah dimulai. Dan pertanyaan itu membawa percakapan kami ke latar belakang dari mana kami berasal, saat itu suasana hati saya netral karena kami tidak bercakap berdua saja, tapi bertiga dengan student Kanada.

Pertemuan kedua terjadi tidak disengaja adalah saat tes kemampuan bahasa Inggris. Saya sebenarnya mendaftar untuk dites oleh instrukturnya, tetapi karena suatu hal akhirnya saya terjadwalkan di tes oleh dia. Karena sebelumnya saya tidak ingat siapa namanya, maka saat salah satu volunteer mengatakan menjadwalkan saya untuk diwawancara oleh dia, saya ga ngeh siapa orangnya. Dan saat masuk ke ruangan baik dia maupun saya sama-sama terperangah. Saya terperangah karena melihat dia yang sepertinya surprise. Pertanyaan yang diberikan membuat saya memberikan jawaban yang terbuka tentang opini saya terutama untuk pekerjaan, dan saya tidak tahu pertanyaan mana yang ada dilist wawancara atau sekedar respon dirinya karena benar-benar tertarik dengan pembicaraan kami. Saya merasakan saat itu dia tertarik pada diri saya, tapi saya belum terlibat dengan rasa lain. Rasa lain itu timbul karena di hari-hari selanjutnya dia selalu menyapa saya. Sedangkan teman-temannya sesama volunteer lain tidak selalu melakukan hal yang sama.

Yah, saya sudah terlalu jauh ngelantur. Dalam sebulan terakhir ini kami selalu diinterupsi atau terganggu dengan jadwal yang tidak sama diantara kami, sehingga hanya selintas-selintas saja kami bercakap. Dan bahkan beberapa kali saling cuek dengan kehadiran yang lain. Termasuk minggu lalu dan minggu ini dia sepertinya ingin membatasi hubungan diantara kami, membuat saya menjauhi dirinya dan merasa down. Saya tidak tahu harus memberikan perhatian atau melupakan dia (lihat aja entry blog ini 2 minggu kebelakang). Yang lebih menyakitkan karena tampangnya yang murung setiap kali saya melihatnya, tidak ada senyum diwajahnya. Dingin. Dan saya hanya bisa menyatakan "dari nol kembali ke nol, dari ga punya rasa kembali ga punya rasa" mantra yang saya kunyah-kunyah setiap kali merasa down.

Saya melihatnya beberapa kali kemarin dan sama sekali ga berani menyapanya. Jam 6 saat dia pulang, saya akhirnya menanyakan satu hal pada dia, dia menjawabnya tapi tampangnya sama sekali tidak ramah. Hih... dan karena saya memang sudah menjadwalkan data search, sepulangnya dia , sayapun tenggelam dalam konsentrasi penuh dengan laptop saya. Orang-orang sudah pulang, kantor damai dan sepi. Hanya ada kehadiran beberapa orang saja yang melakukan aktivitas masing-masing dengan tenang. Jam sudah menunjukkan 8.30 malam, saya masih terus melakukan data search. Berharap semua data bisa didapatkan secepatnya dan bisa segera pulang. Tapi tiba-tiba ada seseorang masuk dan menyalakan komputer, saya kaget juga karena suara itu dari arah mejanya, tapi ini sudah terlalu malam pikir saya. Ah sudahlah, nanti pulang juga saya akan bisa tahu siapa yang datang ke meja itu. Posisi saya memang agak tersembunyi dari luar. Tapi karena saya harus mengambil tip-x dari locker yang cukup menimbulkan suara, seseorang dari luar menyapa saya dan memang dia yang datang. Tumben ramah, bahkan masuk kedalam ruangan saya untuk menanyakan apa yang saya lakukan. Dan saya pun iseng nanya apa dia tidur disini. Konyol.

Dia pun kembali kemejanya, bahkan memasang musik. Saya jadi tahu jenis musik yang dia suka. Satu jam kemudian saya berhasil mendapatkan 80% data dan memutuskan untuk pulang, ga mau terlalu malam, lagian udah pengen pee dari sore. Waktu pulang dia malah nanya kok saya cepet pulang, sambil ketawa saya tunjukin jam dan bilang ini ga bisa dibilang cepet. Dia ketawa sambil melet.

Satu hal yang saya sadari, ternyata kami merasa nyaman saat tidak terlalu banyak orang yang mendistraksi perhatian kami. Dan tampaknya satu hal yang saya yakin adalah kami tertarik satu sama lain walaupun dengan kemungkinan level yang berbeda. Saya suka padanya sebagai lawan jenis, dia mungkin suka sama saya sebagai kolega yang punya banyak pandangan yang cocok.

Ah, sudahlah, tidak perlu banyak pikir, nikmati aja. Malampun terasa sangat damai.