Wednesday, August 31, 2011

Mudah-mudahan kebagian tiketnya

SMtown akan concert di NY tanggal 23 Oct. Seneng buanget...! Sekarang tinggal pasang mata dan telinga untuk beli tiketnya... Tiket SMtown bisa sold out dalam 15 menit soalnya. Gila! Tapi karena diadakannya hari minggu, bukan saat libur pula, berharap kompetisi untuk beli tiketnya agak kendor. Hiahahaha... Tujuan utama nonton adalah TVXQ2... mudah-mudahan lensa zoom mid nya ga kena sensor. Dan mudah-mudahan dapat tiket di lokasi yang deket panggung. Sekarang tinggal nabung untuk tiket pesawat dan akomodasi. Krn NY mahalnya minta ampun. Tapi sepertinya harus berkorban lebih sedikit untuk booking hotel di lokasi yang dekat dengan tempat concertnya. Karena sendirian dan pasti selesainya malam banget. Ga berani ngambil hotel jauh-jauh. Untuk penghematan ke NYnya hari Sabtu aja, nginep 2 malam, balik hari senin, bolos kuliah senin (cuma satu kelas ini...kyaa!).

Kesempatan ini mesti diperjuangkan habis-habisan, karena kecil kemungkinan SMtown menggelar concert di Indonesia. Palingan juga diadakan di Singapore. Mumpung di sini, hajar... Seize the day!!

Sunday, August 28, 2011

I don't know

CD single TVXQ2, Superstar sampai minggu lalu, hanya isi 2 lagu baru plus 1 DVD. Walaupun catchy "Superstar" masih kalah dengan "I don't Know". Mungkin karena "I don't know" lebih ke jazz. Juga banyak bagian solo buat Changmin dan Yunho.

Dibanding "Superstar" yang ringan dan riang, "I don't know" memberikan aura sexy. Apalagi kalau nonton MV-nya. Tatapan mata Changmin dan Yunho so intense, dengan jacket kulit hitam dan hair style yang perfect membuat mata saya tidak bisa bergeser dari layar.

Mereka telah bermetamorfosa menjadi artis yang dewasa, dengan tehnik vocal yang jauh lebih baik, dance yang sempurna ditambah ekspresi mendalam dan passion yang muncul dari dalam diri mereka, membuat saya rela merogoh kantong untuk membeli album original mereka.

Sampai saat ini hanya Sarah Brightman yang CDnya saya beli tanpa perlu mendengarkan dulu lagunya seperti apa. Termasuk album-album lama Sarah Brightman. Bahkan koleksi Andrea Boccelli aja ga selengkap Sarah Brightman. Dan sekarang TVXQ menjadi salah satu artis yang albumnya akan saya koleksi tanpa perlu pertimbangan.

Walaupun ga langsung suka dengan semua lagu di album Why, tapi setelah didengarkan berkali-kali, sekarang saya jadi semakin bingung milih lagu mana yang paling favorit, soalnya jadi suka semua lagunya. Album kedua TVXQ baru akan release tanggal 28 September. Tapi dari sekarang sudah penasaran, dan ngebet pengen pre-order. Sayang uang stipend belum nongol dan minggu ini saya masih konsentrasi dengan beli textbook. Jadi pengen cepet hari Rabu untuk pre-order CD barunya.

Friday, August 26, 2011

Ingin yang itu, dapat yang ini

Dulu saya ga nganggap dengan serial korea, karena drama yang masuk ke TV selain di dub juga genre yang diambil kalau ga sageuk, kebanyakan ambil melo-drama full mewek. Herannya bapak saya malah kecanduan nonton serial melo drama itu. Tapi sejak suksesnya serial My Girl, Coffee Prince yang bergenre rom-com, saya mulai deh explore drama-drama korea. Ternyata lumayan banyak yang menarik.

Sejak pindah ke US dengan internet super duper cepat, saya langganan salah satu situs yang mensuplai drama korea untuk di download. Walaupun banyak yang gratisan tapi harus nonton online, kalau lagi banyak yang streaming, nontonnya jadi ga ok karena tersendat-sendat. Kalau didownload dulu sih aman, bisa nonton dengan lancar kapan saja. Sampai saya beli external harddisk khusus buat nyimpan hasil drama hasil download.

Saya  sebenarnya ngincer satu drama baru rom-com Choi Ji Wo, tapi belum keluar di tempat saya ngedownload. Eh yang nongol malah serial jadul Jewel in the palace, berhubung serial ini lumayan bagus, ya sud saya download deh. Lagian saya ga lengkap nontonnya dulu, maklumlah hasil beli di Ra** plz... Pengennya yang itu dapatnya yang ini...

Wednesday, August 24, 2011

Gaul

Saya tidak pernah mengalami masalah untuk bergaul. Tapi sebenarnya saya tidak mudah menerima orang menjadi teman apalagi sahabat. Berhubung kebanyakan orang Indonesia lebih senang membicarakan diri sendiri dan saya punya kapasitas mendengarkan lebih banyak daripada orang lain, banyak kenalan yang mengira diri mereka sudah menjadi sahabat saya.

Saya tidak mudah untuk membuka pribadi saya pada kenalan. Hanya pada mereka yang saya anggap teman dekat saya lebih terbuka. Bahkan teman-teman dekat saya itu sering menawarkan telinga mereka pada saya, saking jarangnya saya curhat.

Ada satu teman sekelas yang asli Amrik, yang kenalnya gara-gara kita satu grup diskusi di semester pertama. Tapi kemudian kita ngobrol banyak karena dia dapat kesempatan magang di Indonesia. Kebetulan dia magang di NGO tempat saya kerja beberapa tahun yang lalu. Jadilah keluar semua trik dan tips. Saya cuma bilang kenal dengan orang yang berada di posisi project managernya. Tapi ga pernah kontak lagi dengan dia. Hari ini kami ketemu, komentarnya "Everybody knows you..." hehehe... tentunya!

Dan hari ini saya dapat undangan untuk buka bersama dari mhs PhD asal Indonesia. Dia study theology. Saya sih udah kebayang yang datang adalah orang taat ibadah semua. Awalnya malas, karena saya cuma kenal dengan teman saya doang. Tapi setelah mikir, ga ada salahnya bersosialisasi dengan teman sekampung. Hitung-hitung buka persepsi. Sepertinya besok saya akan hadir di acara bukber itu.

Saya, entah kenapa, sering kali kaya dengan informasi alias resourceful. Dan ternyata jadi menjadi salah satu kelebihan saya yang dikenali advisor. Beliau sampai mengenalkan ke fellows baru dan menyarankan dia untuk nanya ke saya kalau butuh informasi. Hihihihi... jadi geli sendiri. Dan begitu saya ngoceh, fellows baru itu sampai bilang, bener ya komentar advisork, kamu ternyata banyak tahu. Halah...

Kelompok agak gila semester lalu, hari ini ngumpul bersama.... kami biasa sharing info. Terutama dengan fellows dari Pakistan karena saya dan dia ngambil konsentrasi yang sama, akhirnya kita sering sharing info, walaupun kelas yang kami ambil berlainan. Saya lebih memilih ngambil kelas sulit di tahun lalu. Tahun ini kelas yang saya ambil katannya sih ga sesulit kelas-kelas semester sebelumnya, tapi butuh waktu, karena harus banyak baca. Gapapalah, hajar bleh. Yang penting saya sudah memenuhi sebagian besar kelas yang harus diambil supaya lulus..

Yeah... masa bersenang-senang sudah habis, sekarang harus berjuang lagi. 

Friday, August 19, 2011

Not a full moon

Malam ini, hati saya memberikan signal aneh. Berdesir tidak karuan. Bolehkah saya berkhayal si mata biru tengah memikirkan saya? Ahhh... rasa yang saya tekan habis-habisan ke bawah sadar melakukan pemberontakan hari ini.

Hai hati, belum kapok untuk terluka lagi kah? Kenapa tidak mau menurut?

Tanggal 9 masih lama ya? Hari itu mungkin saya bisa melihat wajahnya tanpa harus mencuri-curi lihat.

Sabarlah. Menantikan sesuatu yang khusus juga satu proses yang indah. Ahh, kenapa perasaan saya  seperti ABG yang baru jatuh cinta saja?

Tapi kalau direnungkan ini juga salah satu hadiah dariNya, bisa merasakan debar-debar di hati lagi. Indah.

Kalaupun dia bukan untuk saya, rasanya akan tetap menjadi satu kenangan yang indah.






Nyaman dengan diri sendiri

Saya tumbuh dengan kompleks rendah diri, istilah jaman baheulanya minder wardeg (maaphh... ga tau spellingnya bener ato salah). Ditambah dengan kelakuan tomboy, dan kantong kempes, saya tidak pernah dandan atau memakai baju yang sedang trend untuk anak perempuan. Modalnya cuma t-shirt+jeans atau kemeja+jeans. Pergaulan sih luas, teman dekat ada, tapi saya terbiasa menyimpan semua perasaan sendiri saja ga pernah curhat atau sharing dengan teman perempuan. Sementara dengan teman laki-laki, karena kelakuan saya yang ga ada femininnya sama sekali, menjadikan saya ga sensitif terhadap lawan jenis. Kalaupun suka dengan salah satu dari mereka, paling nulis di buku harian. Menyampaikan rasa suka sama sekali bukan sifat saya, karena ga tahan kalau sampai ditolak, dan saya merasa tidak ada yang akan tertarik dengan saya.

Baru setelah saya kerja dan punya penghasilan sendiri, saya bisa membeli pakaian yang saya suka dan pelan-pelan mulai melakukan perawatan diri. Gunting rambut di salon yang lumayan, walaupun tetap ga percaya diri atau suka dengan diri sendiri.

Padahal ada beberapa yang suka dengan saya, tapi entah kenapa saya tetap tidak merasa diri menarik. Flirting dengan laki-laki? Beuuh... jauh, ga punya modal sama sekali. Lewat usia 25 mulai banyak yang menanyakan mau ga saya jadi menantunya, mau ga dikenalkan dengan adiknya. Tapi ga ada respon dari saya kecuali cengar-cengir dan memberikan berbagai alasan. Karena saya mikir, iya sih kakak dan orangtuanya suka dengan saya, tapi adiknya atau anaknya kan belum tentu suka. Lagian saya ga mau beli kucing dalam karung.

Belum lagi karena kulit saya yang sawo matang dan tanpa perawatan, laki-laki cenderung menganggap saya tidak manis. Beberapa komentar yang tidak seharusnya saya dengar menambah kompleks rendah diri saya. Pokoknya kalau dipikir-pikir bego 101.

Yang membuat saya mulai merasa saya menarik justru datang dari laki-laki bule. Dia langsung melakukan direct approach. Pertama kalinya saya mulai merasa bahwa saya menarik juga. Pulang ke Indonesia saya mulai memperhatikan penampilan saya. Walaupun ga setahun kemudian kepercayaan diri yang sukar saya dapatkan itu diinjak-injak sampai remuk oleh seorang lelaki j*h*n*m yang tidak bisa saya lupakan sampai sekarang.

Sekarang sih saya bisa melihat, mereview masa lalu tanpa harus berderai air mata. Tapi 1.5 tahun menjadi zombie yang tidak mempedulikan penampilan, harga diri saya dipulihkan oleh beberapa laki-laki. Mereka tidak tahu bahwa mereka telah membuat saya menjadi manusia kembali dengan perhatian tulus mereka. Lelaki pertama pada masa zombie saya jauh lebih muda, single, bertampang seperti Nobita (bahkan kelakuannya mirip dengan Nobita, the loser, yang tidak memiliki Doraemon). Dia memperlakukan saya seperti Nobita memperlakukan Suzuka. Sayang Suzuka-nya tidak berhati, mudah-mudahan dia mendapatkan istri yang baik dan mencintai dia dengan tulus. Lelaki kedua (sayangnya suami orang), karena dialah hati saya menghangat kembali, dia yang mengembalikan denyut jantung saya dalam merespon lelaki, dia yang membuat saya bisa menyukai wajah yang saya miliki, dia lelaki pertama yang terdengar tulus mengatakan saya cantik. Dia yang membuat saya merasa cantik. Lelaki ketiga, datang pada periode yang sama dengan lelaki kedua, nyaris membuat saya menyerahkan hati seutuhnya seandainya dia tidak terbongkar fakta dia sudah menikah.

Setelah masa itu saya mulai bisa menampilkan kefemininan saya (diusia 30-ish, kebayang ga telatnya? hahahaha). Dan mulai bisa membaca bahasa tubuh lelaki apakah mereka tertarik dengan saya atau tidak. Mulai senang dengan perhatian lelaki yang tertarik pada saya. Flirting dengan mereka walaupun belum bisa membuka hati pada mereka.

Saya suka bingung kalau ditanya kenapa belum menikah. Bohong kalau bilang tidak ada yang mendekati saya dengan serius, tapi ini alasan yang paling enak dilemparkan, alasan yang tidak bertanggung jawab. Sekarang saya sudah mahir untuk tersenyum dengan manis. Walaupun masih senang dengan jeans dan t-shirt/kemeja, tapi saya sudah bisa memilih t-shirt dan kemeja seperti apa yang bisa membuat saya tampak feminin. Sudah pintar memilih model potongan rambut, dan kelebihan saya adalah di postur tegak saya. Dengan sepatu yang menarik saya bisa tampil manis kok. Tinggal menunggu pada lelaki seperti apa hati saya akan membuka pintunya. Kalaupun saya tetap harus single saya tahu itu adalah kesalahan saya sendiri, dan tidak menggugat atau merengek pada Yang DiAtas. Saya hanya bisa memohon ampunanNya karena hati saya tidak tergerak untuk terbuka pada lelaki-lelaki yang datang pada saya. Saya hanya bisa berdoa seandainya memang ada jodoh saya, mohon agar hati saya dilunakan untuk menerima lelaki itu. Itu saja doa saya sekarang.

Wednesday, August 17, 2011

Blue mood

Someone like you nya Adele bukan lagu untuk saya. Masa lalu hanya berada di masa lalu. Saya tidak punya keinginan untuk bertemu lagi dengan mereka yang telah selesai urusannya dengan saya. Bukan karena dendam, tapi karena orang itu mengingatkan saya pada hal yang tidak menyenangkan.

Fair saja kalau orang tidak bisa mencintai saya. Saya juga tidak segitunya mengejar laki-laki. Tapi kalau dipermainkan perasaan untuk dihancurkan harga diri saya dengan tikaman kata-kata setajam belati, siapapun pasti tidak ingin mengalami. Saya tidak akan terluka sedemikian dalam seandainya bukan dia yang mulai mendekati saya. Seandainya saya yang melanggar batas pertemanan saat itu. Seandainya saat dia menginginkan perempuan lain yang menjadi tipe idealnya dia tidak memakai kata-kata yang menghancurkan diri saya.

Saya juga salah, terlalu percaya bahwa kalau saya tulus orang lain juga akan tulus pada saya. Dan dia tidak pernah merasa bersalah, tidak pernah meminta maaf dengan tulus. Ahh... masa lalu, setiap kali saya teringat namanya, beberapa kali dia ingin membuka lembaran pertemanan baru, luka itu berdarah lagi. Tahukah dia kalau perbuatannya membuat saya sulit sekali percaya orang menyukai saya dengan tulus.

Karena itu lirik Some one like you nya Adele menjadi tidak saya banget. Tidak pernah saya ingin bertemu lagi dengan orang seperti dia. Hush--hush-- jauh, jauh dari saya.

Insting? Indra ke 6?

Logika merupakan andalan saya dalam menjalani hidup. Dan secara otomatis, logika saya akan menyisihkan emosi. Sehingga dalam keadaan emergency pun saya relatif tenang. Tapi tubuh saya memiliki kemampuan prediksi yang cukup hebat, jika berkaitan dengan orang-orang yang dekat seperti keluarga. Insting terpenting tentu berkaitan dengan diri saya sendiri. Saya cukup pandai membaca bahasa tubuh seseorang tapi tidak pernah merasa percaya dengan kemampuan itu.

Hari ini menjadi salah satu contoh lainnya. Saya janjian dengan teman untuk ketemu di kampus. Siap berangkat, saya cek email dulu dan nge-print pesan dari satu teman saya untuk disisipkan ke dalam titipan dia yang harus saya sampaikan pada staff kampus. Tiba-tiba entah kenapa jantung saya berdebar-debar dengan kencang sampai terasa sesak nafas. Sebuah perasaan yang mengatakan saya akan mendapat surprise ketemu seseorang yang tidak akan saya sangka. Bagi saya saat ini paling menyenangkan kalau bisa ketemu dengan si Mata biru. Tapi ga mungkin deh... karena kuliah baru mulai minggu depan. Sekarang masih masa orientasi.

Kampus terasa seperti tidak pernah saya tinggalkan. Tapi wajah-wajah asing yang terlihat, nyaris tidak ada wajah yang saya kenal. Hmm... anak-anak itu belum pada balik, masih menikmati liburan mereka rupanya. Di lantai 7 saya ketemu dengan staff dan dosen yang saya kenal baik. Dan akhirnya ketemu dengan salah satu teman baik saya. Kami sempat ngobrol sejenak, cerita ini - itu. Jam 3 bubar, pulang, karena urusan sewa apartment baru tidak bisa ditunda lagi.

Saat keluar dari bangunan, mata saya tertumbuk pada sesosok yang saya kenal baik. Dia sedang berbincang dengan 2 orang mahasiswa baru. Kekekeke... siapa lagi kalau bukan si mata biru. Ahh... hati kenapa bertingkah seperti remaja lagi? Kenapa harus memasang radar pada orang yang sukar saya raih? Sudah ga pantas untuk orang seumur saya bertingkah seperti ini. Dan kejadian ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi pada saya. Setiap kali hati saya bertingkah dengan berdebar tidak karuan, pasti beberapa saat kemudian saya akan ketemu dengan si mata biru. Gaaahhhhh.... !

Dan satu hal lagi terungkap, alasan saya begitu tertarik dengan Changmin, adalah salah satu bentuk pertahanan diri alami saya untuk si mata biru. Hati saya yang bandel itu tetap mempunyai bemper untuk mengurangi luka jika saya patah hati, dengan nge-fans pada Changmin hari-hari saya tidak terlalu terpaku pada si mata biru, walaupun entah kenapa radar di otak saya dengan mudahnya memprediksi apakah saya akan ketemu si mata biru atau tidak. Bahkan untuk saat-saat yang sangat tidak terduga.

Si mata biru mengingatkan saya pada dia yang sudah tiada. Melihat bahasa tubuhnya dia sepertinya mempunyai perasaan yang sama dengan saya. Melihat gelagat radar dalam tubuh yang bisa memprediksi pertemuan dengannya, saya merasa kami ada di sebuah gelombang otak yang sama. Padahal saya menekan rasa ini jauh-jauh supaya tidak membesar, tidak ingin berharap lagi untuk kemudian kecewa. Arrghhh... jadi kesal dengan diri sendiri.
Tuhan Yang Maha Baik, dekatkan si mata biru pada saya kalau memang dia memang belahan jiwa yang sudah lama saya cari. Kalau bukan, saya memohon bantuan untuk menjinakan hati saya sendiri yang sering berlaku seenaknya. Amin.

PS: tanggal 9 saya pasti melihatnya lagi karena kami ada di program sertifikat yang sama.... ihik, senangnya!!

Friday, August 12, 2011

Gap

Di dunia kerja tidak ada perbedaan antara single dan yang sudah menikah untuk mendapatkan promosi saat ini. Tapi pernah ada masa hanya mereka yang menikah yang lebih disukai untuk mendapat promosi ke posisi leader. Alasannya bahwa mereka yang sudah menikah lebih bertanggung jawab dalam pekerjaan. Tapi makin lama makin terasa bahwa mereka yang single dapat diperas tenaganya lebih dari yang sudah menikah karena tidak ada beban keluarga. Tapi ini hanya teori iseng dari saya saja.

Hari ini saya melihat foto teman-teman seangkatan kuliah yang mendapat promosi Doktor. Bukan hanya teman kuliah tapi teman-teman SMP dan SMA, komentar dan foto mereka menunjukan bahwa mereka sudah beralih satu generasi diatas saya. Menjadi orang tua yang anak-anaknya menginjak remaja. Bahkan ada teman SMP yang sudah menjadi nenek, mungkin karena dia menikah muda dan anaknya juga menikah muda. Sementara saya masih haha hihi, cengar-cengir dengan teman-teman yang 10 tahun lebih muda. Masih stuck di usia 10 tahun lebih muda dari usia sebenarnya. Saya sih ga mengalami kesulitan gabung dengan mereka yang masih muda-muda itu. Malah mereka suka pada kaget dengan usia saya yang sebenarnya. Hahahaha...

Tapi gap antara saya dan teman-teman itu terasa sangat jauh sekali. Hanya sedikit sekali yang masih sejalan gebleknya dengan saya. Dan saya merasa lebih enak bergabung dengan mereka. Sesekali suka malu, kebanyakan sih nikmati aja lah kehidupan yang hanya sekali ini. Ga tau kapan kita akan mati.

Kemudian mikir lagi, mungkin beda fokus saja. Sementara saya masih dipenuhi dengan semangat petualangan dan tetap pro ketidakmapanan, kebanyakan orang merasa nyaman jika mapan. Yang berarti punya keluarga, membesarkan anak, punya karir tetap dan teman-teman yang mapan pula. Saya tidak akan merasa nyaman dengan mereka yang mapan karena terasa terlalu membosankan, mereka juga tidak akan merasa nyaman dengan saya karena saya mengancam kemapanan mereka. Hahahaha... lucu.

Sekarang aja dalam otak saya sedang berusaha untuk bisa mewujudkan agar bisa travel ke Eropa mulai dari wilayah selatan Perancis, Yunani, Venice dan Spanyol di summer tahun depan. Mengambil foto amatir di tempat-tempat itu sepertinya akan menyenangkan sekali. Daerah lain yang ingin saya jelajah adalah Jepang dan Korea, tapi solo traveling membutuhkan kemampuan bahasa, yang tentunya harus didukung paling tidak dengan basic conversation untuk survive supaya ga lost in translation. Lebih menyenangkan lagi kalau bisa kerja di Bangkok atau di Nepal.

Beda sekali kan dengan semangat teman-teman seangkatan saya? Khkhkkhkhkhk... mudah-mudahan terwujud, amin.

Wednesday, August 10, 2011

Jodoh itu ...

Sampai ke penjuru dunia manapun, pertanyaan tentang kenapa masih belum menikah tetap mengejar saya. Sampai bosan menjawabnya dan akhirnya hanya dibalas "Ya gitu deh". Sangat sulit menjawabnya, dijawab dengan jujur, biasanya memancing pertanyaan lainnya. Sialnya saya tidak pandai berbohong lagi. Pertanyaan memojokan yang lain: "Apakah saya masih mau punya anak?" Huahahahaha... yang ini lebih gampang dijawab. Siapa yang ga pengen punya anak? Tapi membuat anak tentu harus ada bapaknya bukan? Dan mencari bapaknya ini yang sulit.

Bolehkah saya menyerah mencari seorang bapaknya anak-anak? Saya tidak tahu kenapa hati ini sangat sukar ditaklukan. Padahal jam biologis sudah mendekati akhirnya. Saya sudah lelah untuk mencari dan mencari tetapi selalu berujung kekecewaan.

Orang berkata rendahkan kriterianya. Memangnya saya punya kriteria? Sebenarnya tidak ada kriteria khusus, yang saya andalkan adalah chemistry saya dan orang itu. Kalau dalam pertemuan pertama saya tidak merasa kikuk, terasa nyaman menerima perhatiannya, sebenarnya tinggal satu langkah untuk bisa masuk ke dalam hati saya yaitu statusnya. Status apakah dia memiliki orang lain atau tidak? Saya tidak akan pernah bisa menerima orang yang punya kekasih atau punya istri, tidak peduli semenarik apa orang itu untuk saya.

Hhhh... sepertinya saya jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Saya sangat percaya dengan ayat Allah menciptakan semua mahluknya berpasangan. Jadi sayapun pasti punya pasangan, dan yang saya cari adalah pasangan saya itu. Sehingga nasihat untuk merendahkan kriteria sangat tidak bertentangan dengan apa yang saya percayai tentang jodoh. Bukan sekedar dalam pekerjaan saja saya mengambil jalan yang sulit, dalam jodohpun saya ngambil jalan yang sulit. Grrhhh....

Sekarang apa yang bisa saya lakukan, diam menunggu atau menyerah saja? Mungkin jodoh saya tidak ingat lagi pada saat kami tercipta, mungkin jodoh saya dilahirkan sebelum atau sesudah saya, mungkin jodoh saya sudah kembali ke sisiNya, sehingga kami hanya akan bertemu di alam yang abadi nanti. Mungkin...


Sunday, August 07, 2011

Tuntutan atau aturan fans?

Saya masih tidak mengerti dengan kelakuan fans artis Korea yang kadang-kadang sangat posesif atau punya loyalitas yang membuta terhadap artisnya. Hanya dunia entertainment Asia yang sepertinya memiliki fans dan anti-fans. Yang paling ekstrim adalah fans di South Korea, mereka kadang tidak segan mencelakai artisnya sampai ke keadaan berbahaya.

Kasus unik dan menyebalkan adalah fans ekstrim DBSK yang bias JYJ. Kelakuannya ga masuk akal sehat. Topik terakhir adalah cacian mereka terhadap Yunho dan Changmin, TVXQ new version, yang menyanyikan lagu lama mereka di acara tahunan A-Nation Jepang. Padahal dibanding yang tidak suka dengan TVXQ duo masih lebih banyak yang sukanya. Tapi komentar fans ekstrim ini terasa seperti gigitan kutu busuk yang gatalnya luar biasa dan bisa membuat kita jadi ingin memaki.

Apa hak mereka mengkritik pilihan lagu yang dibawakan Changmin dan Yunho. Apalagi 2 orang tersebut membawakannya dengan baik di Fukuoka. Lagipula selama tidak melanggar hak cipta orang lain, artis bisa membawakan lagu apa saja, dari penyanyi mana saja. Seandainya Changmin dan Yunho menyanyikan lagu Michael Jackson pun sah-sah saja asal membayar royalti pada pemegang hak ciptanya. Sedangkan Changmin dan Yunho sendiri berhak tuh mengaransir lagu lama mereka dan menyanyikannya kembali sebagai duo. Saya bahkan punya keinginan terpendam supaya mereka bisa merekam ulang lagu-lagu lama itu dan mengaransirnya untuk dibawakan oleh 2 orang saja. Mudah-mudahan harapan saya akan terwujud, walaupun ga tau gimana caranya.

Friday, August 05, 2011

Definisi cantik?

Selama sebulan setengah di Afrika yang membuat saya kangen berat adalah nge-blog. Kenapa bisa nyandu dengan blog? Karena tulisan kita ada kemungkinan dibaca oleh orang lain, jadi tertantang untuk membuat tulisan yang menyenangkan. Hohoho... sejak kapan saya jadi tukang pamer begini?

Di sebuah negri berbahasa Portugis, ego saya terlambungkan karena beberapa orang mengatakan saya cantik. Heh? jadinya mikir lagi, ini muka sepertinya memenuhi kriteria cantik untuk orang kulit hitam tampaknya. Karena bukan hanya di sana saja, di Atlanta sendiri beberapa kali saya dikatakan cantik.

Tentu saja mereka melemparkan rayuan ala playboy cap duren tiga. Tapi menyenangkan juga saat ada orang yang mengatakan kita cantik. Ga heran kalau sebagian besar perempuan melakukan segala hal untuk tampil cantik dan menarik bagi pasangannya. Tidak berlaku untuk pemalas seperti saya. Untuk saya kalau ada yang memuji ibarat dapat bonus, ga ada yang muji juga ga merasa kehilangan. Saya nyaman menjadi diri saya sendiri kok.

Dibanding melakukan usaha untuk membuat diri ini cantik, saya lebih memilih perawatan dan kesehatan tubuh. Makanya penampilan konstan saya adalah rambut diikat ekor kuda, kalau nggak bisa megar alias ngawigwig siga jurig, wajah yang terlindungi oleh sunscreen dan kulit yang lembab oleh body lotion, ga bau ketek/bau badan/bau mulut. Cukup begitu saja. Ga heran kalau ga banyak laki-laki yang menganggap saya cantik. Malah suka heran kalau ada yang muji cantik, imajinasi orang itu hebat banget. Karena jujur saja saat melihat foto diri sendiri, ga bisa dikatakan cantik, walaupun juga tidak jelek, biasa saja.

Reaksi saya sendiri sangat cool saat mereka memuji, bilang terimakasih dan lempar senyum kecil. Karena saya tahu mereka tidak mampu menebak usia saya. Begitu tahu usia saya sebenarnya, pasti pada kebingungan dan kikuk, malu karena telah memuji perempuan yang sudah berumur.

Selama disana saya juga sering merenung, mengintrospeksi diri yang masih suka berharap akan menemukan soulmate, sampai tiba pada kesimpulan untuk menerima bahwa kesendirian saya diakibatkan oleh kesalahan sendiri, bahwa kesendirian saya tidak akan berakhir sampai saya bisa menerima laki-laki yang tidak memenuhi kriteria ideal saya.

Bahkan beberapa saat si mata biru menjadi fokus lamunan saya, tapi tidak lama karena saya sadar gap usia hampir 10 tahun bukanlah rentang yang pendek untuk dijembatani. Apalagi si mata biru itu juga tidak ada niat mendekati saya dengan serius. Sampai saya tidak yakin apa arti tatapan matanya dulu itu. Pertanyaan yang tidak perlu dijawab bukan?