Monday, January 30, 2012

Buang Jaim Jauh-jauh

Karena saya tidak mampu mengontrol hati saya, saya mencoba merasionalisasikan perasaan saya. Mencoba menerima bahwa rasa sayang itu ada di dalam hati saya, tapi membuang jauh-jauh obsesi saya untuknya. Saya berusaha melihat dia sebagai salah satu teman saya. Tersenyum kalau ketemu dia misalnya (walaupun masih wagu). Mencoba mengajak ngobrol dia adalah upaya lainnya. Kalau saya bisa ramah pada teman laki-laki yang lain kenapa tidak bisa melakukannya kepada dia? Toh kami sudah beberapa kali sekelas, di kelas yang kecil pula. Malah aneh kalau tetap pura-pura ga kenal.

Kemarin, saya berhasil membuat telinganya memerah. Hari ini saya dimakan habis oleh pandangan matanya yang tajam itu. Dia sepertinya membuang jaim jauh-jauh. Kalau tidak kenapa selama lima menit melakukan presentasi hari ini pandangannya kebanyakan diarahkan ke tempat saya duduk. Dan kami selama beberapa detik sering juga bertatap mata langsung. Saya tahu karena saat dia memberi penjelasan di muka kelas dan saya mengangguk mengerti dia juga ikutan menggangguk puas. Itu ga akan terjadi kalau orangnya tidak sedang memandang saya.Padahal tidak ada alasan untuk dia memandang ke arah kami karena sebagian besar peserta ada di arah yang berlawanan dan pengajar ada di bagian paling belakang.

Dan kini pandangan mata itu masuk ke dalam hati tidak bisa dilupakan lagi. Makanya nasehat nenek adalah tidak boleh memandang mata lawan jenis. Bisa berbahaya. Iya akan berbahaya kalau orangnya tertarik pada saya, kalau tidak tertarik tentu tidak berbahaya kan Nek? Huahauhauha... bandel.

Masak tidak boleh saya merasakan tikaman rasa suka itu? Sedikit saja. Saya tahu, saya bukan untuknya.





Friday, January 27, 2012

Saat Bosan Menyapa

Saat kehilangan inspirasi, imajinasi dan energi, saya akan merasa gelisah dan terpenjara. Mendadak merasakan belenggu tidak kasat mata mengikat semua eksistensi saya. Udara terasa sesak dan dunia seperti mengkerut. Saya tahu keadaan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena energi saya akan terserap ke pusaran tak berdasar dan mood perlahan-lahan akan terjun ke sebuah lubang gelap, nama kerennya "depresi". Dan saya membutuhkan jaring yang mencegah saya terjun bebas. Karenanya saya selalu memaksakan diri untuk datang ke kampus walaupun tidak ada kelas. Sekedar mencari kontak dengan manusia lainnya.

Tapi saya akan merasa terganggu dengan obrolan orang di sekitar saya. Tidak ada yang terasa benar, karena masalahnya sebenarnya ada di dalam diri saya, berawal dari kegelisahan saya.




Thursday, January 26, 2012

Falling in, Falling out

Karena hati saya hanya bisa bernyanyi untuk satu orang.
Karena hati saya selalu degil,
Karena sebelum bara itu mati semua, hati saya akan menghangat lagi pada orang yang sama.
Karena mematikan bara harapan itu hanya terjadi saat saya melihat kenyataan dan bukan ilusi.
Karena air mata tidak lagi mau menetes.
Karena morpheus sedang tidak berminat memeluk saya malam demi malam.
Karena otak saya berusaha mengambil alih kendali tapi selalu kalah.
Karena ... Karena ... Karena ... bla ... bla ... bla ...

Hari ini saya sangat membenci diri sendiri yang tidak pernah mampu mengendalikan hati saya. Si F besar dari INFP, F besar yang membuat saya termasuk 1-5% populasi manusia. Kalau bisa saya ingin mencabik-cabik hati ini, menginjaknya sampai hancur, dan membentuk hati baru. Saya sudah melakukan berbagai upaya untuk mematikan bara itu. Bukan gagal sebenarnya, karena api besar didalam hati sudah tersiram habis di bulan Desember. Sayangnya ada bara kecil yang belum mati, yang perlahan-lahan menghangat dan berusaha membuat api lagi.

Hhhh... mungkin karena saat ini saya belum siap melepaskannya seratus persen. Mungkin saya takut akan mengalami kepedihan yang sama saat hati saya kosong melompong lagi. Karena energi yang membangun antusiasme saya bersumber dari sana. Padahal ada kandidat lain, tapi hati saya dengan angkuhnya menutup rapat-rapat pintu masuknya. Menolak bahkan sebelum melihat orangnya. Bersembunyi ke balik zona amannya dan menyimpan bara untuk lelaki itu.

Yang saya perlu lakukan adalah bersiap menerima tikaman pedih itu. Membuka mata lebar-lebar bahwa saya tidak lebih dari student yang tidak dikenalnya dan tidak ingin dikenalnya. Mengembalikan eksistensi dirinya menjadi salah satu student pria yang tidak saya kenal. Menghapus obsesi saya yang ingin mengetahui semua informasi personalnya.

Ah saya selalu membuat kerumitan yang sebenarnya tidak ada. Masalah yang hanya ada di dalam diri saya, masalah yang hanya bisa dipecahkan oleh diri saya sendiri. Saya bosan dengan pola ini, kenapa sih mesti selalu tertarik sendirian. Pepatah lama bertepuk sebelah tangan. Bodoh banget sih jadi orang.

Sebuah pisau tak kasat mata saya lumuri racun paling mematikan, kemudian tikam hati itu sedalam-dalamnya, tarik dan tikam, tarik dan tikam, tarik dan tikam, sampai semua bagiannya terlumuri racun. Mati kan hati itu, agar bara itu ikut mati bersamanya.

Refleksi hari ini selesai.



Sunday, January 15, 2012

Pelampung

Ada 4 orang laki-laki yang berperan besar dalam urusan percintaan saya. B yang menjadi cinta pertama saya, A yang membuat saya patah hati sekaligus menghancurkan harga diri saya dan membuat saya jadi zombie selama tiga tahun, the Pilot (maaf saya lupa namanya) yang menyembuhkan luka di hati - tapi suami orang, dan C yang selalu memulihkan hati saya dan menjadi pelampung untuk hati saya sejak lima tahun yang lalu.

Chemistry kuat hadir sejak saya pertama kali mengenal C. Tapi dia tipe player, dan teman-teman saya yang mengenalnya juga memperingatkan untuk tidak menyerahkan hati saya pada C. Dan satu teman saya, M, bahkan menyaksikan langsung perubahan saya di depan C. Pertama kalinya M melihat saya yang dikontrol oleh emosi dan menjadi seperti orang terhipnotis. Karena dia tahu reputasi C, dia membuat strategi untuk memisahkan kami malam itu. Sejak pertemuan pertama itu saya dan C tidak pernah bertemu lagi karena dia berada di negara yang ribuan mil jauhnya dari saya.

Satu yang saya kagumi dari C dan membuatnya memiliki tempat istimewa di dalam hati saya adalah loyalitasnya pada teman. C punya networking yang sangat luas, temannya ada dimana-mana, bukan hanya perempuan tapi laki-lakipun banyak. Dan C secara random akan selalu mengirimi saya pesan pendek, email, chatting. Perhatian C lah yang memulihkan harga diri saya sebagai perempuan yang sukses dihancurkan A. Tidak pernah ada kata cinta diucapkan oleh C pada saya. Karena itu saya pun belajar untuk tidak berharap apa-apa, atau menganalisa hubungan saya dengan C. Walaupun kadang-kadang kalau saya membaca statusnya di FB, sering berpikir apakah dia berusaha memancing komentar dari saya.

Pesan C anehnya selalu hadir disaat perasaan saya chaos. Pertama kali A menghubungi saya lagi setelah perpisahan kami adalah di saat saya pertama kali bertemu C. Seandainya tidak ada C saat itu, mungkin saya akan menjadi boneka bodoh yang perasaannya bisa dipermainkan oleh A seenaknya. 

Saat saya sedang galau karena tiba-tiba ada orang yang mencomblangi saya dengan orang yang saya tahu bukan tipe saya, tapi membuat saya merasa bersalah karena memperlakukan orang itu dengan dingin, chatting dari C lah yang membuat perhatian saya teralih. Belakangan kami memakai komunikasi melalui FB dibanding email, tapi dia selalu melakukannya lewat jalur pm. Satu hal yang sangat saya hargai. 

Dan kali ini perasaan saya benar-benar galau, susah sekali menetralkan perasaan saya pada si mata hijau. Ditambah seorang teman ingin mengenalkan saya pada seseorang yang sulit saya tolak, pertama karena ga punya alasan untuk menolak, kedua karena saya penasaran aja, tapi disisi lainpun ada resiko saya tidak tertarik dengan orang itu dan saya mau tidak mau akan menyakiti hati orang. Paling bagus sih kalau orang itu juga tidak tertarik, jadi saya tidak punya masalah. Dan tiba-tiba muncul pesan C di inbox FB, say "happy New Year". Gaaah... perasaan udah tanggal 16 Januari dan tahun lalu dia tidak mengirimi pesan apapun pada saya. C, tau tidak kamu seperti pelampung yang menyelamatkan saya dari tenggelam ke pusaran tak berdasar. 

Saya mesti lebih kasih perhatian nih sama C. Untuk loyalitas dia pada saya. B sudah tidak ada di dunia ini, saya ga pernah lagi berhubungan dengan the pilot. Kalau A sih, saya memilih untuk tidak pernah ketemu lagi, tamat sejarahnya dimasa lalu, sejarah yang tidak layak untuk dicatat.



Type Karakter

Saya sering merasa bahwa tidak mudah untuk orang lain bisa mengerti saya. Jangan kata orang lain, saya sendiri saja sering tidak mengerti diri saya. Beberapa hari yang lalu saya iseng melakukan tes kepribadian berdasarkan typology Carl Jung yang diadaptasi oleh Myers-Briggs. Hasil test kepribadian pertama menggolongkan saya ke INTP, yang sulit dipercaya karena salah satu tokoh terkenalnya adalah Albert Einstein, sedangkan hasil test lainnya bisa memasukan kepribadian saya ke INTP atau INFP, dengan hasil beda tipis 1-2% dalam bagian tersier, tapi lebih cenderung ke INFP. Dan kalau dibaca penjelasannya memang saya merasa lebih masuk ke golongan INFP.

Kebetulan saya lahir di bulan February yang gambaran karakternya mirip dengan INFP, terutama di bagian sosialisasi. Saya tidak pernah mengalami kesulitan jika ada di lingkungan baru sekalipun, tapi tidak mudah untuk dekat dengan saya. Lebih senang jika orang melihat keunikan kepribadian saya. Hanya saja saat dibandingkan dengan sesama orang yang lahir di bulan February, kok banyak yang tidak sama dengan karakter yang saya miliki. Jadi sedikit ga percaya juga dengan pembacaan karakter berdasarkan horoscope. Baru mengerti setelah melakukan test kepribadian. Sempat iseng masuk ke cafe personality test di thread "saya sadar kalau INFP jika ..." dan banyak postingannya yang persis dengan hal-hal yang saya lakukan. Ga heran kalau saya sering merasa aneh sendiri di dalam komunitas dan keluarga, karena menurut para ahli kepribadian INFP hanya sekitar 4-6% dari populasi manusia.

Orangtua saya bisa membaca kepribadian saya, tapi tidak tahu bagaimana cara meresponnya. Ibu saya menjelaskan salah satu sisi dari paradoksnya type INFP. Waktu masih kecil kalau dibawa ke toko dan ditanya mau sepatu yang mana saya akan balik bertanya "Yang mana ya?", dan ibu bilang saya seperti mengharapkan orang bisa membaca keinginan saya. Kalau pilihan ibu saya salah, kekecewaan jelas tergambar di wajah saya. Ibu saya sering bilang, paling sebal kalau harus membawa saya belanja. Yang tahu selera saya adalah nenek, yang tidak pernah menanyakan apa yang saya inginkan, tapi memilih barang yang beliau tahu saya akan suka. Karena bukan hal mudah untuk membuat pilihan, apalagi kalau pilihannya salah, saya akan terbebani bahkan sampai bertahun-tahun. Saat saya mulai hidup sendiri jauh di keluarga saya mulai membuat system untuk memformulasikan pilihan. Bertanya apa yang saya inginkan sebenarnya dan membuat list like and dislike dari satu pilihan, sebelum mengeksekusinya menjadi belanja, yang saya lakukan mungkin lebih dari sehari. Karena itu waktu belanjanya sendiri menjadi sangat singkat, karena tinggal proses sortir dari list saya. Saya selalu punya note wishlist yang akan saya wujudkan satu-satu dengan jangka waktu yang tidak pendek.  

Sifat khas lain dari INFP adalah tidak ingin membebani orang dan independen. Contoh enteng adalah pilihan menu makanan yang membuat ibu saya sampai malas masak. Saya, bapak dan 2 adik kalau ditanya "hari ini mau makan apa?" Akan sepakat menjawab "Tidak tahu". Saya tidak tahu alasan bapak dan adik, tapi jawaban "tidak tahu" saya sebenarnya berasal dari tidak ingin membebani orang lain untuk makan makanan yang hanya saya yang selera. Karena selera kami di rumah berlainan, saya akan sangat sebal kalau melihat ikan asin, pare, pepes atau makanan benyek lainnya tersaji, tapi saya akan merasa tidak enak hati kalau orang serumah jadi tidak selera makan gara-gara hanya ingin makan tahu goreng. Kalau saya yang tidak cocok dengan makanan yang tersedia tinggal bikin telor ceplok aja.

Kerumitan dari kepribadian INFP lainnya adalah komunikasi, tidak gampang untuk mengkomunikasikan perasaan secara verbal. INFP lebih mudah mencurahkan perasaannya dalam bentuk tulisan. Ga heran kalau saya sejak kecil sudah menulis diary. Walaupun isinya kebanyakan sisi romantis saya. Dan bagian ini juga baru jelas setelah membaca penjelasan tentang INFP yang incurably romantic person. INFP tidak emosional, tapi selalu membutuhkan cinta dalam hidupnya. Pantesan ... pantesan ... pantesan.

Sejak saya remaja, saya selalu punya objek untuk dicintai. Dari yang akan saya suka dalam waktu lama sampai yang hanya dalam waktu sementara. Saya sampai memformulasikannya sebagai jatuh cinta pada cinta itu sendiri dan bukan pada orangnya. Karena saya sadar bahwa saya sering mengkhayalkan orang itu sebagai pribadi yang ideal untuk saya, sementara otak saya menyadarkan bahwa pribadi ideal orang tersebut mungkin hanya khayalan saya yang sebenarnya bukan pribadi orang itu. Dan saat saya tidak punya objek nyata untuk dicintai saya akan beralih pada tokoh-tokoh nyata yang tidak nyata seperti aktor (contoh: crush pada BYJ dalam perannya di the Legend misalnya) atau tokoh tidak nyata dari novel seperti Mr Darcy (sampai sekarang dia tetap menjadi karakter yang ingin saya temukan dalam hidup). Gaah... ga heran kalau saya tidak menemukan the Mr Right sampai sekarang. Saya paling ga bisa menerima komentar orang tentang hal ini, yang saya anggap sangat tidak fair. Komentar umum adalah "Jangan pilih-pilih, tidak ada orang yang sempurna di dunia." Itu komentar yang paling menyebalkan, satu: apa alasan saya ga boleh pilih-pilih? Beli sepatu aja milih, apalagi pasangan. dua: saya tahu tidak ada orang yang sempurna di dunia ini dan saya tidak mencari yang sempurna, saya mencari yang pas masuk ke dalam kriteria saya, yang gila mak sulitnya. Komentar lain yang tidak bisa saya terima dan dengan keras kepala saya abaikan adalah: "Rendahkan kualitasnya." Ga masuk akal, udah kepalang tua, malah merendahkan kualitas. No way, mendingan menyiapkan resiko kalau tidak pernah bertemu dengan Mr Right.

Saya kalau melihat orang gelandangan di jalan saat ada di dalam bis misalnya, di otak selalu muncul pertanyaan kenapa dia bisa menjadi gelandangan, bagaimana perasaannya menjadi gelandangan, bagaimana beradaptasi dari orang yang punya rumah menjadi gelandangan. Ditengah-tengah pertanyaan itu, kemudian akan muncul sebuah skenario memberi makanan kepada mereka dengan gratis, kemudian ditayangkan oleh media dan diundang menjadi tamu Oprah Winfrey show. Terus balik ke pertanyaan uang untuk membeli makanan itu dari mana? Bagaimana cara mendistribusikannya. Terus tiba-tiba saya melihat keluar jendela dan srrrtt ... masuk informasi ke otak saya, udah mau nyampe, siap-siap. Dan alur pikiran saya terpotong, saat turun dari bis saya mikir, tadi saya mikirin apa ya? Oh... tentang gelandangan, tapi sepertinya harus ditunda karena sekarang yang penting adalah apa yang saya harus lakukan di tempat tujuan. Itu adalah sepenggal kesibukan di otak saya yang selalu ramai isinya.

Saya tidak sampai punya teman khayalan tapi didalam otak sampai sekarangpun akan selalu ada percakapan. Kadang saking intensnya membuat saya akan sebal jika ada orang yang memotongnya dan bertanya pada saya. Kemudian saya merasa bersalah dengan perasaan sebal itu, karena tidak seharusnya merasa sebal. Hahaha... rumit kan? Dan dari postingan di thread INFP kelakuan itu dimiliki oleh mereka yang tergolong INFP.

Saya kalau sedang zoom out dari dunia luar dan berada didalam dunia diri saya sendiri, sering tidak menyadari kehadiran orang lain di sekitar saya. Pendengaran saya sangat baik, tapi kalau sedang zoom out dibutuhkan lebih dari sekali untuk memanggil saya ke dunia nyata, kadang sampai ditepok orang, yang membuat saya terlonjak terkejut. Keadaan paling parah dilaporkan adik saya saat saya masih di SMA. Kami ada di dalam angkot yang sama, dan menurut adik saya, dia duduk di depan saya, tapi saya tidak sadar sama sekali dengan kehadiran dia karena sedang intens dalam keadaan day dream saya. Dalam kedaan begitu saya tetap mampu menyebrang dengan baik, jalan dengan baik, tapi mengabaikan semua input lain di sekeliling saya. Termasuk kalau sedang mendengarkan kuliah atau ceramah orang, keadaan paling gampang untuk slip-in dan slip out dari dunia nyata ke dunia diri sendiri, karena satu kata atau contoh. Termasuk didalamnya melakukan auto refleksi.

Tidak mudah untuk menjadi orang INFP, karena sering tidak percaya diri, karena sering tidak bisa mengatakan tidak, karena sering menjadi tempat curhatan orang, karena sering dianggap sombong padalah sedang berada di zona zoom out. Karena sering merasa malu dengan kelakuan seperti anak kecil padahal umur sudah banyak. Tapi dengan membaca typology itu saya bisa mengerti kenapa saya sering merasa terkucil di dunia ini. Yah, dengan lebih mengerti diri sendiri mungkin saya bisa menjadi lebih baik lagi.

Wednesday, January 11, 2012

Kelam

Berencana masuk kelas agak pagian, tapi batal karena hujan. Masalah utama bukan pada hujannya tapi dengan kilat yang menyertai. Nyerah kalau sudah ada kilat dan gledek. Begitu hujan reda saya langsung jalan saja dan sampai di kelas sepuluh menit sebelum mulai. Dari luar sih keliatan kosong begitu masuk kelas ... ngek... dia sudah duduk aja. Karena dia menoleh, secara impulsif saya menyapa dia dan ... pertama kalinya terjadi percakapan langsung karena saya iseng nanya apa dia ga bermasalah lagi dengan software. Dan dia menjawabnya sambil tersenyum. Entahlah apa yang mendorong saya untuk assertif seperti ini. Dan hari ini dia pakai kaos polo hitam dan saya memakai sweater hitam, beberapa mahasiswa lain juga pakai hitam, tapi yang pakaiannya berwarna hitam pekat polos tanpa motif apapun. Dan sweater ini juga pilihan kedua, karena tadi malam saya berencana pakai sweater cashmere ungu, tapi pas dipakai kok keliatannya ga kaya orang sakit. Karena ini kebetulan yang ketiga, besok sepertinya tidak akan ada kebetulan.

Saat break siang ngobrol dengan teman yang satu jurusan dengan dia dan duduk di sebelahnya. Teman itu ada masalah dengan koneksi remote wifi, yang saya sarankan untuk dicari solusinya di IT. Waktu temen saya itu masuk kelas, saya berbisik, gimana hasilnya.  Dan setelah temen saya duduk, dia yang nanya ke teman saya "Kalian bicarakan apa?" Hih ... mau tau aja.

Professor saya mengundang kami untuk minum-minum di hari terakhir. Saya ga mau berharap banyak, dan bisa jadi dia ga ikutan. Tapi bisa jadi dia ikut juga. Yah liat aja. Sepertinya malah lebih menyenangkan saat ini setelah saya menetralkan perasaan saya. Ga berharap banyak, jadi ga kecewa. Yang muncul malah semangat flirting hihihi. Kalau ada kemungkinan untuk main-main, kenapa tidak, ga bakal ditolak. Nothing to lose buat saya saat ini. Kalau dia aktif , hayu. Kalau dia tetap pasif, saya juga sedang dalam fase ga mau repot dengan perasaan.






Tentang Pilihan


THE DANCE - Garth Brooks

Looking back on the memory of
The dance we shared 'neath the stars above
For a moment all the world was right
How could I have known that you'd ever say goodbye

And now I'm glad I didn't know
The way it all would end, the way it all would go
Our lives are better left to chance
I could have missed the pain
But I'd have had to miss the dance

Holding you, I held everything
For a moment wasn't I a king
But if I'd only known how the king would fall
Hey who's to say? You know I might have changed it all

And now I'm glad I didn't know
The way it all would end the way it all would go
Our lives are better left to chance
I could have missed the pain
But I'd have had to miss the dance

It's my life, it's better left to chance
I could have missed the pain
But I'd have had to miss the dance


Theme lagu untuk Mata Hijau. Secara umum sih theme untuk semua patah hati yang pernah saya alami. Ganti kata-kata The dance we shared 'neath the stars above dengan kalimat semua kesempatan saya berada di dekat dia dimanapun. But actually it's me who say goodbye. Dan walaupun hati terasa terpilin, dan air mata titik saat di malam hari, saat yang paling rentan untuk mengontrol emosi, saya juga memilih untuk tetap mendengarkan lagu ini.


The Dance versi Garth Brooks ga gampang didapatkan di youtube, dan ga ada download-an original baik di Amazon maupun iTune. Ada versi Westlife, dan versi ini yang membuat saya tahu lagu the Dance, yang iramanya nyangkut di otak tapi ga ingat judulnya. Sampai tadi malam waktu saya mainkan Westlife secara random dan keluarlah lagu ini, langsung dilihat judulnya the Dance. Versi Garth Brooks lebih menyayat hati, karena dia penyanyi country, sampai secara impulsif saya beli aja CDnya. Hanya untuk satu lagu.


Setelah baca penjelasan di wiki, ternyata perasaan saya itu ga salah, ini lagu meratap, when the passionate love end atau untuk orang yang meninggal secara tragis sedang berada di puncak kejayaannya. Contohnya adalah Steve Jobs yang meninggal karena kanker disaat Mac sedang ada di puncak. Apa Steve Jobs menyesali penyakit kanker yang merenggut nyawanya dan menginginkan hidup lebih lama tapi tanpa kesuksesan Mac? Saya rasa jika bisa mengulang hidup lagi Steve Jobs akan memilih kembali hidup yang telah dijalaninya.


Seperti juga saya, walaupun berkali-kali jatuh cinta, berkali-kali kecewa, tapi jika saya bisa kembali ke masa lalu mungkin saya akan tetap jatuh ke pilihan yang sama. Karena akar dari semua kegagalan itu sepertinya kembali pada tidak siapnya saya membuat komitmen. Dan saya tetap memilih untuk mengalami jatuh cinta pada orang-orang itu dibanding tidak merasakan cinta sama sekali. Mungkin ada satu dua kesalahan yang tidak akan saya ulangi lagi. Tapi saya tidak pernah menyesali semua perasaan itu dan saya tidak menyesali pilihan hidup saya yang jauh dari membosankan walaupun dijalani sendirian dan bebas (free-spirit lho), dari pada punya pasangan tapi monoton terbelenggu secara mental. Mimpi saya menemukan soul mate tidak akan  hilang. Naive? Bodoh? Gapapa, karena saya menikmati semua momen romantis, degupan jantung yang riang, dan walaupun harus diakhiri dengan tetesan air mata.


Catatan Tambahan Jan 16: 
Hari Sabtu saya pasang DVDnya Garth Brooks, ada rekaman "The Dance" dan interpretasi Garth Brooks untuk The Dance adalah untuk mereka yang meninggal dengan penuh glory, dan telah memberikan yang terbaik sehingga tidak perlu menyesal meninggalkan dunia fana ini. Saya menangis menontonnya. Kenapa saya pilih lagu ini untuk si mata hijau? Saya rasa tidak ingin lagi mendengarkan berita kematian dari orang yang saya suka untuk kedua kalinya. Tidak masalah kalau dia tidak memilih saya, keberadaannya di dunia ini sudah cukup untuk saya. Tikaman di jantung seperti saat saya tahu B sudah tiada, terlalu pedih untuk saya tanggung lagi.


Karena itu saya memilih theme song lain untuk si mata hijau, masih dari Garth Brooks (dan Ronan Keating dan Adele):



To Make You Feel My Love




When the rain is blowing in your face,

and the whole world is on your case,

I could offer you a warm embrace

to make you feel my love.



When the evening shadows and the stars appear,

and there is no one there to dry your tears,

I could hold you for a million years

to make you feel my love.



I know you haven't made your mind up yet,

but I would never do you wrong.

I've known it from the moment that we met,

no doubt in my mind where you belong.



I'd go hungry; I'd go black and blue,

I'd go crawling down the avenue.

There's nothing that I wouldn't do

to make you feel my love.



The storms are raging on the rolling sea

and on the highway of regret.

Though winds of change are throwing wild and free,

you ain't seen nothing like me yet.



I could make you happy, make your dreams come true.

Ain't Nothing that I wouldn't do.

Go to the ends of the Earth for you,

to make you feel my love






Tuesday, January 10, 2012

Tiga Tak Terduga?

Kejutan tak terduga pertama: enrolled di satu kelas di luar kelas sertifikat

Kejutan hari ini: sama-sama pakai kemeja plaid. Saya warna merah dia warna hijau.

Saya masuk kelas pas detik menunjukan jam sembilan, karena kursi dekat pintu kosong langsung duduk di situ. Sialnya dia duduk di barisan pertama di tengah-tengah. Selama dia ada di posisi itu, skak mat untuk posisi saya, dimanapun saya duduk akan selalu bisa ditarik garis lurus ke arah dia. Dan mau ga mau dia akan selalu kelihatan. ... Tarik nafas dalam-dalam, untuk menurunkan denyut jantung.

Saat pertama saya sadar dia memakai kemeja plaid hijau, saya nyaris ketawa histeris. Selama ini ga pernah melihat dia pakai kemeja plaid seperti itu, dengan motif plaidnya bikin saya ngiler. Dan di kelas itu hanya saya dan dia yang memakai motif plaid. How come? Jadinya kepikiran apa kejutan ketiga? 

Kenapa kejutan ketiga? simple saja karena pepatah Nista Maja Utama. Benarkah pepatah itu? Kita lihat saja besok. Ini anugrah atau test sih, hai Malaikat?  

Monday, January 09, 2012

Tiga kelas

Nasib mempermainkan saya, ... tidak ..., tidak ada yang dipermainkan. Jalinan pertemuan saya dan dia saja yang aneh. Di kelas terakhir di bulan Desember, saya sudah memaksa hati untuk mengucapkan selamat tinggal pada dia. Untuk tidak berharap apapun juga. Snap - snap , saya memotong semua akar benih perasaan saya pada dia, sisanya disiram dengan herbisida supaya tidak tumbuh lagi. Saya buang semuanya di teluk San Fransisco dan kembali ke Atlanta dengan menghapus sisa-sisa cat berwarna pastel di hati saya. Membiarkan dinding hati saya tidak berwarna, biarkan saja dulu sebelum dicat ulang.

---

Saya mendaftar untuk tiga kelas yang tidak biasa di semester ini. Satu kelas berlangsung selama 5 hari, satu kelas khusus 2 hari dan satu kelas spring break untuk diploma sertifikat saya. Untuk kelas diploma sertifikat kemungkinan dia akan mengambilnya sudah saya perhitungkan, tapi saya tidak pernah menyangka dia juga mengambil kelas analisa. Dua alasan: kelas analisa ini merupakan kelas lanjutan, alasan lain: kelas analisa ini merupakan kelas untuk jurusan saya yang tidak sama dengan jurusan dia.

Tidak tahu apa yang ada di dalam otak saya yang membuat saya nyaris mengalami masalah besar dengan kelas analisa ini. Gara-gara tidak periksa email minggu lalu dan jadwal kelas. Dalam otak saya, kelas analisa akan berlangsung minggu depan. Bangun pagi kesiangan, malah ditambah tidur-tidur ayam sampai sejam. Terus pas buka email, hah, langsung membeku melihat banyaknya email yang sudah dikirim professor saya, kalau digetok palu pasti hancur berantakan. Untungnya ini bukan kelas untuk sertifikat, pre-assignmentnya hanya baca dan tidak ada tugas tulis. Langsung mandi dan ngibrit ke kampus, trus nunggu lunch break dan mengaku terus terang pada professornya bahwa saya ga ikut kelas pagi. Bagusnya professor disini ga pernah penasaran kenapa saya tidak masuk kelasnya. Dan kebetulan lainnya materi pagi merupakan ulangan dari materi di kelas sebelumnya. Dan saya diijinkan untuk tetap ikut kelas.

Pas saya balik badan... mata saya pasti rada melotot ngeliat dia ada di pintu belakang sedang ngobrol dengan mahasiswa lain. Pertanyaan pertama: Kenapa dia ada di kelas ini? Pertanyaan kedua: Apa dia mendaftar di kelas ini atau hanya mampir? Dan otak saya langsung membentak "Ga ada urusan! Lu udah janji ga akan mikirin dia lagi!" Duh... galak bener.

Twisted fate, itu istilahnya, di semester lalu saya pasti girang karena bareng tiga kelas dengan dia. Di semester ini hati saya langsung mengerang, gimana bisa menghapus bersih-bersih perasaan itu kalau ada tiga kelas bareng? Huh, masih mending karena kelasnya singkat, bukan satu semester yang bakal ketemu tiap minggu. Nikmati dan syukuri saja pemandangan di depan mata selama memungkinkan dan ga perlu menganalisa atau mikir panjang lebar. Seperti: kenapa dia pakai kemeja warna ungu yang agak mengkilap, sepatu resmi dan rambut di gel rapi hari ini? Karena selama ini saya ga pernah liat dia pakai sepatu pantofel maupun kemeja yang serapi itu walaupun dia tetap menyandang ransel tentara-nya.

Sebagai cowok kenapa dia pakai warna ungu? Gay? -- confirm! (Duh kena getok virtual lagi deh). Atau karena di kelas bulan Desember itu saya selalu memakai smart suit, salah satunya adalah kemeja warna salmon tipis dilapis sweater cashmere warna ungu. Ungu -- catet! (hahaha kebiasaan analisa yang ga mau hilang). So.., what??! bentak ulang benak saya.  Saya melihat salah satu mahasiswa jurusannya yang tahu berapa usia saya ada di kelas yang sama. Jadi, informasi kalau saya tuwir tentu bisa masuk ke teliganya. Mau berharap apa coba? Jadi sepertinya hati saya tidak akan meliuk-liuk, melambai-lambai lagi karena dia. Sudah cukup, sudah selesai dengan semua kebodohan yang saya perbuat itu.

Dan hari ini ada treatment khusus untuk saya, kiriman 2 kemeja pesanan dari LL Bean tiba. Kualitas jahitannya masih dibawah kemeja Ralph Lauren, walaupun sama-sama bisa dibeli karena ada diskonan...hihihi. Pake ah besok, kemeja plaid yang warna merah aja. Ga lucu kalau saya pakai kemeja plaid yang warna ungu, biarpun ga ada yang akan perhatian sebenarnya. Saya aja yang terlalu perhatian dengan detil. Hiks... 

Sunday, January 08, 2012

Eclair dan Kopi

Lagi pengen makan yang manis seperti cake. Tapi berhubung keberadaan bakery yang jual cake sangat terbatas di Atlanta ini terpaksalah saya harus puas dengan yang dijual di Publix atau Kroger. Walaupun hujan sudah reda, jalan ke Publix jauh lebih dekat dibandingkan jarak tempuh ke Kroger.

Saya jadi ingat saat dengan salah satu bakery di sebuah mall di Johannesburg. Selain pastry mereka juga menjual berbagai kroket... whuah surga. Juga jual cakes yang dipotong kecil-kecil dan dilapis dengan fondant.

Di Atlanta? Ngelamun aja deh untuk makan kroket, tapi ada yang jual onde-onde enak dan mochi yang di box dari Jepang maupun Taiwan banyak dijual.

Persediaan camilan saya cuma tinggal shortbread Scotland dan baik minyak goreng, telur, tepung terigu biasa maupun raising flour untuk bikin pancake sudah habis. Tapi ni mulut minta diisi dengan yang manis-manis sambil nyruput kopi instant Starbuck.

Setelah membeli yang harus dibeli saya mampir ke bagian baking dan mencomot sepaket eclair. Nyampe dirumah, saya menikmati secangkir kopi hitam dan eclair.

Manisnya eclair dibasuh dengan pekatnya kopi, hmm ... manis dan hangat. Mau?

Friday, January 06, 2012

Mimpi

Semua bangsa dan ras manusia punya cara sendiri mengartikan mimpi. Walaupun di negara Asia mimpi mengartikan mimpi digeneralisasi dengan simbol, sementara untuk manusia modern di negara barat memilih analisa mimpi ala Freud. Saya walaupun herannya tidak pernah bisa mengartikan mimpi berdasarkan simbol-simbol yang berasal dari budaya sendiri. Karena selalu tidak pas artinya. Dan ribet pula mesti tahu jam berapa kita terbangun karena mimpi.

Mungkin karena kebanyakan membaca buku yang berbasis budaya barat dan ketertarikan saya pada psychiatri. Tapi saya juga tidak menjadi pengikut Freud, karena interpretasi mimpinya juga tidak masuk akal saya. Jadi dibandingkan dengan menganalisa melalui simbolisasi saya biasanya menganalisa dengan melakukan refleksi balik tentang apa yang saya baca, saya tonton dan saya dengar dibeberapa hari terakhir. Dan terutama menggali kekhawatiran saya yang secara saya tekan ke bawah sadar. Lucunya setelah melakukan analisa swalayan ini saya sering menemukan solusi dari masalah saya.

Bottom line: mimpi menjadi salah satu metoda diri saya untuk mencari solusi. Juga mencari tahu masalah yang sedang saya tekan ke bawah sadar. Penting juga untuk mengenali background suasana mimpi. Lucunya saya pernah mimpi berada di sebuah ruangan pertunjukan dan nonton artis tertentu dan beberapa  hari yang lalu saya melihat di salah satu video youtube yang belum pernah saya lihat sama sekali sudut pandang yang saya lihat di mimpi itu walaupun artisnya beda. Sampai takjub sendiri.

Ada juga mimpi-mimpi yang selalu berulang, yang sampai sekarang masih gelap untuk saya artinya. Karena sangat ajaib. Mungkin satu saat saya akan menemukan artinya. Mimpi tidak sekedar bunga tidur untuk saya.

Sunday, January 01, 2012

Iseng Belanja

Hari pertama di tahun 2012. Sekolah tutup, shuttle bis juga ga jalan, toko-toko juga pada tutup. Selain Thanksgiving kayaknya 1 Januari adalah hari raya semua umat di US. Bisa dipahami karena restoran dan kafe buka banyak yang buka sampai subuh, otomatis public transport pun dijalankan lewat tengah malam, jadi hari ini adalah hari istirahat bersama. So, apa yang bisa dilakukan dihari ini, sementara otak masih menolak untuk dipakai mikir yang berat-berat? Beres-beres rumah dong. Walaupun suasana kapal pecahnya ga separah saat saya di Indonesia tapi tetap berantakan. Dengan buku dan catatan bertebaran dimana-mana.

Mulai deh sortir-sortir tas dan backpack. Eh keluarlah dari persembunyian hasil belanja iseng saya di San Fransisco: kalender 2012 dengan repro lukisan Matisse dan notes unik. Kalau di Indonesia udah kena tegor adik saya kalau ketahuan beli notes/journal/diary. Karena banyak yang masih kosong, beli karena tertarik dengan design grafisnya. Walaupun selalu akan saya pakai.

Saya kalau ga punya kerjaan dan bosan seringnya kabur ke mall atau toko buku. Di US stationarynya parah, ga lucu, standar. Masih kalah jauh dengan toko-toko di Indonesia. Untuk stationary saya ngidam belanja di Jepang atau Korea, banyak merek bagus disana. Di London dan Oslo masih lumayan banyak yang unik, biarpun muahalnya ga ketolongan (juga saya masih kere waktu jalan ke Oslo - ga mampu beli). US menangnya di tote bag.... design maupun kualitasnya prima. Ini aja udah terkumpul beberapa tote bag.... kekekeke... yang harus dan kudu dibawa balik.