Friday, April 27, 2012

Ini yang disebut lelaki

Saya tidak ingat saat pertama kali mengenalnya. Saya sering melupakan detail dari hal-hal yang tidak menarik untuk saya. Sepertinya saya satu kelas dengannya di semester musim panas, karena itu wajahnya familiar untuk saya, dan baru mengetahui namanya kemudian setelah berada dalam satu kelas emergensi. Satu-dua kali segroup dengannya membuat kami familiar. Dan dia memberikan respon aktif kalau saya memberikan opini pada tugas kelompok. Dan semester terakhir ini saya memang ada satu kelas reguler yang sama dengannya.

Di kelas reguler dia menyapa saya dengan ramah, saya tadinya berpikir karena dia memang orangnya ramah. Ga heran kalau banyak perempuan tertarik dengannya, tapi karena dia bukan tipe saya, enak-enak aja berhai-hai. Dia ramah menyapa bukan hanya dengan teman perempuan tapi dengan teman lelaki pun begitu. Dan saat saya bekerja di basement dia selalu menyapa saya, padahal kadang-kadang saya ga sadar kalau dia ada. Dia juga tidak segan memeluk bahu saya, hal yang sangat jarang dilakukan siswa-siswa cowok terhadap saya. Saya ga punya pikiran aneh, mungkin dia memang pribadi yang ramah dan terbuka saja.

Kemarin saat presentasi di kelas, dia memberikan senyuman memberi semangat saat saya sedang presentasi. Tapi ga menggetarkan hati karena buat saya lelaki yang punya pasangan tidak menarik. Sebagai teman sih ga masalah. Tapi tak akan membuat hati saya kesetrum.

Malam ini ada pesta perpisahan untuk yang mau lulus, tapi yang hadir nyampur mahasiswa tahun kedua dan tahun pertama. Dan saat saya sedang berdiri sendirian dia tiba-tiba mendekati saya. Dan karena kenal basa-basilah, "Hi how are you?" dan peluk biasa. Dan setelah basa-basi sekedarnya dia ngomong "I'm really want to know you. You're so cool."
...what?

"Really?" saya cuma bilang "thanks!" Tapi obrolan kami ga nyambung karena banyak student lain yang mengenalnya dan mendekat, terus ada satu student perempuan yang berdiri di sebelahnya, curiga ini pacarnya...hahaha... akhirnya setelah basa-basi saya kabur dari dia.

Saya ga nyangka ternyata dia beneran pengen kenal saya. Apapun juga yang menarik saya untuk dia, jelas saya tersanjung. Ga nyangka aja. Dan terus terang saya kagum sifat jantannya, kalau tertarik datang mendekat dan bilang memang tertarik. Ga seperti dua lelaki yang menarik perhatian saya tapi ga ada yang bilang terus terang ingin mengenal saya lebih jauh.

Huh, kenapa yang saya suka kenapa tidak ada yang menunjukan keberanian seperti ini ya? Sebbelll...

Thursday, April 26, 2012

Lelaki Jepangkah?

Saya punya bakat stalker, dan lelaki berambut panjang yang selalu seperti melihat hantu kalau ketemu saya itu akhirnya membangkitkan minat saya untuk mencari tahu, siapa sih dia sebenarnya.

Gara-gara kejadian lucu hari rabu kemarin. Saya ada di lift di gedung sekolah yang lama, mau ke lantai delapan. Ada penumpang lift lain didalamnya tapi cuma sampai ke lantai 3. Di lantai satu lift berhenti dan ada penumpang baru. Saya lempeng ke depan aja sih, walaupun sempat melirik ke orang yang baru masuk. Dan begitu orangnya melihat saya, asli dia shock dan membeku. Kalau dia ga sendirian, pasti dia batal masuk lift. Dia si lelaki berambut panjang itu.

Begitu masuk dia langsung nyempil ke depan panel tombol, saya jadi geli sendiri ngeliat reaksinya melihat saya seperti melihat hantu aja, atau mau saya makan aja. Jadinya saya pasang tampang lempeng lagi, walaupun dia sempat kok memandang saya. Ketika penumpang satu keluar dilantai 3 tinggal saya sama dia. Dan dia beberapa kali memandang saya. Buset ni orang, pernah salah apa saya sama dia, kok dapat perlakuan kayak gini. Seandainya saya pernah ngejar-ngejar dia, atau berbuat gimana gitu, mungkin masih bisa dipahami. Lha ini, kenal aja kagak, tau namanya juga tidak, kebangsaannya apa lagi. Pokoknya di sekitar Asia Timur deh klo ga Jepang, Tibet, Korea, Cina. Itu tebakan saya.

Dia keluar di lantai enam tanpa ngomong apapun pada saya, tinggalah saya sendirian ngapung ke lantai 8.  Setelah urusan di lantai 8 saya mondar-mandir ke beberapa tempat dan akhirnya cek mailbox saya, karena katanya ada satu tugas yang udah dinilai dan dikembalikan, saat jalan ke arah jembatan, ada yang keluar di lift. Eh dia lagi, yang berambut panjang. Kalau dari jauh dia berani tuh memandang saya. Dan karena dia jalan ke arah yang sama dengan saya, akhirnya di detik terakhir saya dengan tenangnya mengambil putaran yang berlawanan.

Hati kecil saya bilang sebenarnya orang ini tertarik sama saya, tapi kenapa reaksinya seperti anak remaja yang baru jatuh cinta ya? Kedua dia tidak melakukan upaya pendekatan, kalau tandanya seperti ini biasanya dia sudah punya pasangan, jadi ga layak dikejar sama sekali.

Akhirnya saya iseng, ngebrowsing anak-anak sekolah saya, wajahnya memper seorang mahasiswa jepang. Apa itu memang accountnya dia? Ga tahu. Tapi jangan dikira saya ga bisa jadi stalker ya!

Kenapa banyak yang nyari info the legend?

Di statistik blog nge-link ke postingan Damduk dan Sujini dan search enginenya google Indonesia lagi. Ada apa gerangan? Baru dipasang ya seriesnya... duh ketinggalan jaman banget sih. The moon that embraces the sun adalah series sageuk terakhir, nonton deh, bagus lho.

The Legend emang bagus, tapi udah lama banget bukan? Spoiler: endingnya ngabuntut bangkong kata orang sunda... hahihu... udah ga usah ditonton deh, mendingan nonton series baru Lee Seung Gi the King 2 Hearts. Nambah spoiler: Kiha mati, dia yang jadi black phoenix karena anaknya terancam. DamDuk masuk ke lingkaran ajaib yang muncul setelah memunahkan black phoenix dan meninggalkan Sujini serta anaknya. Udah selesai ditutup dengan sejarah asli dari DamDuk... hehehe... nyebelin kan?

Tapi emang sih the Legend itu bagus!-- haha, ga konsisten ni pernyataan.


Saturday, April 21, 2012

Selamat Hari Kartini


Disclaimer: Foto bukan mikik saya,  saya download dari FB kawan, jadi ga tahu sumbernya dari mana.

Kaget melihat gap usia antara Kartini dan suaminya. Halah ga peduli dengan titel bupatinya, kalau saya jadi Kartini, saya pasti melakukan hal lebih ekstrim daripada harus menikah dengan laki-laki dengan gap usia selebar itu. Yah, saat saya di usia yang sama dengan Kartini, diliatin laki-laki seumur suaminya Kartini aja udah berasa creepy banget, boro-boro mau dinikahkan paksa lagi. Belum lagi penampilan secara fisik... duh nenek saya sebenarnya beruntung dinikahkan paksa dengan kakek yang penampilan fisiknya menarik (Tinggi, kurus dan lumayan ganteng). Huahahaha... yeah mata saya memang tidak bisa ditipu, kalau dinikahkan secara paksa diusia semuda itu, saya memilih minimal dengan lelaki bertampang seperti Kim Nam Gil deh.... mungkin saya tidak akan menolak hehehehe, mungkin malah maksa dinikahkan cepat-cepat.

Yang lebih membuat sengsara lagi dalam pernikahannya itu adalah posisi suaminya yang bupati, satu konsep yang salah adalah pendapat bahwa perempuan harus bersyukur dengan suami berpangkat tinggi. Are you kidding? It's disaster! Alasannya karena lelaki seperti itu (apalagi di jaman Kartini) sangat terbiasa dengan autoritas maksimal, jadi tidak akan bisa membiarkan perempuan bebas berpendapat. Ini faktor yang menurut saya sangat berpengaruh terhadap manusia yang punya jiwa bebas, free spirit seperti Kartini. Makanya beliau passionya dalam mengedukasi perempuan sangat tinggi. Karena cuma itu satu-satunya pelarian untuk jiwa bebasnya. (Duh ngomong apa sih gw?).

Dan satu-satunya cara untuk mematahkan jiwa bebas Kartini adalah memutuskan edukasinya. Hmm... ga kebayang akan menjadi perempuan seperti apa, kalau Kartini diijinkan ayahnya meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi?

Saturday, April 14, 2012

Menyelami Hati Yang Berdarah

Banjir darah di dalam hati saya, ditikam lagu-lagu patah hati dari tahun 70-an. Pernah dengar nama Susan Jacks? Suaranya bening indah, penyanyi lawas dari Kanada. Tapi musik dan suaranya familiar untuk saya, walaupun saya tidak pernah merasa mendengarkan lagu-lagunya. Tapi untuk orang yang menjadi balita di awal 70-an, mungkin lagu-lagu itu pernah saya dengarkan dan masuk ke dalam bawah sadar saya untuk kemudian terlupa. Tapi file nya tersimpan di salah satu sudut di otak saya, membuatnya menjadi nadanya menjadi familiar.

Lagu-lagu Susan Jacks, yang membuat hati saya yang sempat koma menjadi hidup lagi, merasakan pedihnya tikaman luka, membuat saya menangis dari hati yang terdalam. Kadang-kadang kita perlu mengeluarkan semua perasaan itu, agar tidak membusuk dan meracuni kehidupan.

Saya tidak perlu merasa malu karena mencintai seseorang, tidak perlu merasa malu pula saat cinta saya bertepuk sebelah tangan, tidak perlu merasa malu karena hati saya menjadi remuk, dan tidak perlu merasa malu pula meneteskan airmata mengasihani diri sendiri. Karena dari 7 trilliun manusia di bumi ini, saya bukan menjadi satu-satunya kasus perasaan. Sekarang nanah dari hati yang luka itu sudah terbasuh dengan air mata. Pedihnya masih terasa tapi sudah mulai dengan proses penyembuhan.

Kadang saya suka merasa lucu sendiri, karena lagu-lagu sangat mempengaruhi perasaan saya. Setiap saat setiap kejadian penting punya theme song masing-masing. Mendengarkan lagu-lagunya akan membuat saya mampu mengingat perasaan yang pernah saya miliki. Walaupun mungkin tidak lagi berarti.

Airmata



Aura melankolis menyergap tubuh ini sejak hari kemarin, tanpa bisa menjelaskan asalnya. Mungkin karena tangan-tangan yang menjalar dari perasaan kesendirian. Mungkin karena eksistensi si Mata Hijau sebenarnya lebih dalam dari yang saya sangka? Setelah lebih dari seminggu saya tidak pernah melihat lagi bayangannya di sekolah. Dan karena hati saya sudah menyerah, saya tidak lagi melemparkan signal-signal ke angkasa raya mencari frekuensi untuk menjangkau perasaannya.

Tiba-tiba rasa sepi menyergap begitu kuatnya. Kehidupan terasa tidak berarti, orang-orang yang begitu berarti untuk saya sudah tidak ada di dunia ini. Bahkan berharap untuk melihat merekapun sudah tidak lagi saya miliki. Dan saya hidup karena belum saatnya ajal menjemput. Hidup seperti cangkang kosong, hidup karena tubuh ini secara otomatis melakukan semua fungsi biologisnya. Air mata pun terkumpul dan akhirnya jatuh satu-satu.


Saya masuk ke kelas dan duduk di beberapa baris di belakang si Mata Hijau. Paling tidak saya akan bisa melihatnya selama di kelas. Tiba-tiba teman satu grup mengatakan ada tugas yang harus di submit hari ini yang belum saya buat. Saya dengan paniknya membuka laptop dan berusaha mengetikan baris-baris kalimat itu. Mata Hijau bangkit dari tempat duduknya dan dia pergi entah kemana. Saya panik, ingin mengejarnya tapi prioritas utama adalah tugas ini. Saya mencari-cari kemana si Mata Hijau pergi? Kenapa dia tidak kembali kelas, bukannya kelas sudah mau dimulai? --- Sampai disana, kesadaran membangkitkan saya dari alam mimpi. Itu hanya mimpi, tapi saya sadar dialam nyata pun keberadaan si Mata Hijau menguap secara mendadak. Tidak pernah lagi saya melihatnya di sekolah.


Tuhan, maafkan saya yang seperti tidak bersyukur atas karunia hidup yang Kau berikan. Maafkan saya karena terjerat di lembah duka yang beracun. Biarkan saya berhenti sejenak, menangisi diri sendiri melepaskan duka. Rasanya berat beban sepi yang kali ini menyergap diri. Saya tahu tidak ada cobaan yang Kau berikan diluar batas manusia untuk menerimanya. Tolong kuatkan diri saya.




Thursday, April 12, 2012

Maksudnya?

Maunya tinggal dan ngetik di sekolah, tapi terpaksa pulang karena harus rely kamera ke teman se-grup. Turunlah saya ke plaza dan ... menemukan makanan gratis yang disediakan oleh lembaga riset kanker. Lebih enak daripada yang biasa disajikan oleh sekolah saya hihihi.

Setelah ngambil minum, saya nongkrong disalah satu meja menghadap ke salah satu poster riset, dan tulisannya besar sehingga bisa dibaca dari jauh. Pandangan mata saya lurus ke depan, tahu-tahu ada sesosok tubuh yang bergerak dengan kecepatan super pelan... - ok, hiperbola, ga pelan amat sih tapi lebih pelan dari jalan normal.

Siapa dia? Lelaki berambut panjang yang tidak saya tahu namanya itu. Hari ini mukanya bersih, setelah beberapa hari kemarin dia membiarkan brewoknya memanjang. Atau mereka kembar? Karena saya selalu melihat orang ini kadang wajahnya bersih, kadang brewokan. Dan yang brewokan itu kalau ga salah lebih tinggi dari saya dan agak kurus. Huh, ga tau deh, mungkin mata saya aja yang eror, kalau dia pakai jaket keliatan lebih kurus.

Ga jelas maksud dia apa dengan jalan super lambat. Kalau sambil ngeliatin poster, kenapa dia jalan di belakang orang-orang. Kalau sengaja jalan super lambat karena pengen saya sapa... lebih ga masuk akal. Karena saya ga akan menyapa orang yang tidak saya kenal, hey be a man, datang ke meja saya dan ngomong basa-basi deh. Ambil minuman trus mampir ke meja saya dan mulai dengan can I? untuk minta ijin share meja yang sedang saya pakai. Huh....!

Lucu... ya, saya ga merasakan hormon itu bergejolak sekencang pada si mata hijau, yang ga pernah kelihatan lagi. Tapi saya menyadari kok eksistensi dia. hehehe... Tapi saya ga akan pernah bisa menjadi perempuan yang akan nyosor laki-laki, Tuhan..., jadi minta maaf kalau saya belum menemukan siapa orang yang Kau tentukan untuk saya. Kalau sampai menutup mata selama-lamanya tetap sendiri, tolong jangan hukum saya.