Sunday, September 16, 2012

Menantikan Kehadiran D600

Beberapa tahun silam saya pilih EOS 450D sebagai kamera SLR pertama. Type itu masih kategori entry level karena ga punya pengalaman pegang kamera SLR. Walaupun saya puas dengan type ini, yang tidak pernah memberikan masalah, keinginan untuk upgrade ke full frame tetap ada.

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan info bahwa Nikon mengeluarkan kamera baru full frame dengan harga terjangkau yaitu D600. Langsung ngences sehabis baca, dan setelah ngobrol dengan seorang teman yang punya hobby sama, keinginan saya makin kuat. Wah sepertinya saya akan menambah kamera satu lagi nih.

Saya bersyukur juga karena obsesi saya akan lensa bercincin merah Canon bisa menghilang tanpa banyak memberi kerusakan pada dompet. Lensa bercincin merah Canon memang hanya cocok untuk dipasang di kamera full frame dan bukan di entry level. Ga kebayang aja gondoknya kalau sempat beli lensa-lensa mahal berujung denga terpincut hati oleh D600, tadinya masih berencana mau naik ke kelasnya 5D.

Bagusnya dengan Nikon adalah harga lensanya jauh lebih murah dibanding dengan Canon. Bisa beli tele beneran kalau pakai Nikon, bukannya pakai tele setengah hati.

Setelah sebelumnya saya membeli kamera pocket LX5 dan sekarang malah pengen D600, bikin saya sadar kalau saya ga punya loyalitas pada brand. Yang penting spec dan harga cocok di kantong. Haha

Saturday, September 08, 2012

Pada hari minggu

Merasa konyol karena merindukan orang yang jauh di sebrang tanpa bisa menyampaikan perasaan pada orangnya. Jadi merasa tidak ada gunanya juga untuk curhat pada teman-teman yang sebenarnya tidak keberatan untuk dicurhati. Tetapi saat semua perasaan itu dipendam juga berasa tidak nyaman. Entah bagaimana harus mengakhirinya.

Untuk mengungkapkan pada orang yang jauh itu juga merasa konyol aja karena tidak memiliki keyakinan diri bahwa perasaan saya akan bersambut. Dan saya juga tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya dengan baik.

Dan karena masalah ini bukanlah masalah besar jadi berjalanlah hidup sebagaimana hidup itu selalu berjalan. Saya hanya merasakan tumpukan kebosanan semakin menggunung.

Beruntung karena tempat tinggal saya sekarang dekat dengan mall, sehingga saya terbiasa untuk duduk di kafenya dan memperhatikan orang-orang, bisa mengusir depresi, walaupun hidup terasa tak begitu berwarna. Kemana passion yang biasa mengisi hari-hari saya menghilang? Bahkan saya tidak merasa keinginan untuk membaca. Apa yang saya inginkan saat ini sangatlah tidak produktif dan tidak berarti.

Jika saja ada satu kalimat dari orang jauh itu tersampaikan pada saya menyampaikan rasanya pada saya mungkin saya akan merasa jauh lebih baik. Masih berasa lebih enakan juga jika tahu orang jauh itu punya kekasih, karena perasaan saya padanya pasti akan menghilang walaupun terasa perih. Saya tak pernah bisa menyukai orang yang sudah punya pasangan kok.

Hey Sunshine... how i'm missing you. Now I'm sitting alone with a cup of coffee observing each couple that passing by. What are you doing now? I'm guessing you're sleeping. Sweet dream Sunshine!

Wednesday, September 05, 2012

Dijemput B

Jam setengah lima alarm membangunkan saya. Setelah menyetel ulang, saya kembali ke pelukan mimpi. Dan setelah berpuluh tahun B tidak hadir di mimpi saya, tadi pagi bayangannya menyelusup masuk ke alam bawah sadar saya.

Dalam mimpi itu saya mengucapkan selamat tinggal pada orang tua saya dan menaiki sebuah taxi. Ketika saya membuka pintuk taxi saya melihat B dan merasa surprise penuh rasa bahagia saya pindah ke bangku depan.

"Ngapain kamu bawa taxi?" tanya saya padanya.
"Yah... daripada tidak ada kerjaan, lebih baik antar jemput kamu." katanya sambil tersenyum

Saya lupa apa yang saya katakan padanya, tapi saya ingat otak saya langsung mengirimkan informasi. B kan sudah tiada, kok saya masih terus mencari eksistensinya di semua orang yang saya lihat.

Senyum B yang tampak damai itu, apakah hanya khayalan saya semata? Adakah arti lain dari kehadirannya di mimpi saya. Satu yang tidak akan saya sesali, jika ini merupakan salah satu tanda bahwa kehadiran saya di dunia ini sudah mendekati akhir, saya tidak merasakan keberatan sama sekali.

Kalau bukan menjemput dalam arti sebenarnya menjemput, lantas apa arti mimpi ini? Setelah sekian lama bayangannya menghilang, dia tampak sangat nyata di mimpi itu.

Kangen B, ...kangen-kangen!