Saturday, June 22, 2013

Kangen pada lelakiku

Komunikasi memang perlu banget ya, dan bener juga pendapat lebih baik dinyatakan, karena kalau tidak dinyatakan mana orang tahu perasaan kita. Dan memang lelaki saya itu sepertinya juga sedikit terintimidasi oleh kemandirian saya. Yang membuat dia istimewa adalah keberaniannya. Berbeda dengan lelaki lain yang akan mundur menjauh jika terintimidasi oleh kemandirian saya, dia malah bertanya kok saya tidak pernah kangen akan dirinya. Dan komunikasi tentang perasaan saya tersampaikan padanya. Dan responnya membuat saya percaya diri kalau dia tidak bermasalah jika saya menyatakan isi hati saya padanya.

Dan perpisahan singkat kami ini juga sama menyiksanya bagi dia, mesti menahankan kangen kami satu sama lain. Padahal komunikasi melalui sms kami lakukan tiap hari. Trauma masa lalu saya memang tidak mudah untuk ditaklukan, walaupun dia sudah mengatakan berkali-kali kalau saya memiliki dia sekarang, tidak mudah untuk percaya diri akan perasaannya.

Tapi selalu ada yang  baru dalam hubugan kami, selalu ada yang berkembang dan tidak berjalan statis. Saya tidak pernah menyesal karena baru benar-benar mengenalnya sekarang dan bukan saat kami masih sangat muda dulu. Karena kepribadian saya sudah cukup dewasa untuk bisa menerima kelebihan dirinya yang sudah dewasa juga. Walaupun dahulu saya hanya memandangnya sebagai teman, tapi dia tidak menempati posisi teman yang biasa. Berpuluh tahun berlalu, saat pertama bertemu kembali hati kami masih merasakan kedekatan khusus yang kami rasakan sama seperti saat SMA dahulu. Saat teman-teman yang dulu terasa dekat pada diri saya menjadi sosok yang asing. Saya menemukan seseorang yang tidak berubah dari masa lalu. Tidak heran kalau keakraban itu langsung terjalin dalam hati saya, dan tidak perlu heran kalau saya langsung bisa membuka diri saya padanya. Sebuah sosok yang akrab yang telah lama saya cari, sedikit nakal, cerdas, risk taker, tapi tahu cara memperlakukan perempuan yang mandiri.

Yang tersayang, tidak sabar untuk ketemu kamu lagi.

Thursday, June 20, 2013

Cemburu deh

Foto-foto mereka yang memangku sang buah hati dengan bangga oleh pasangannya, sungguh membuat saya cemburu. Siapapun akan melihat tatapan kosong di mata saya. Dan saya tersenyum pada entitas tertinggi sambil berbisik "saya cemburu.. karena tidak bisa memiliki semua pengalaman mereka. Sepertinya membahagiakan sekali memangku si buah hati." Saya tahu entitas tertinggi memandang saya dengan rahasianya, yang tidak boleh saya tahu saat ini. FB itu saya tutup, membelai hati saya yang terasa sedikit pedih.

Dan dimana dirimu berada, sang belahan jiwa yang akan menatap saya dengan penuh damba?

Tidak boleh membiarkan diri ini larut dikubangan emosi melankolis yang akan memberikan nada sendu. Perlahan saya mengalihkan pikiran pada tugas-tugas yang ada dihadapan saya. Mari kita hadapi hidup ini detik demi detik saja, semua kehidupan itu indah, kita harus bisa mensyukurinya.

Hiruk pikuk dunia nyata menyergap saya kembali dan membawa saya ke kerasnya hidup di dunia ini. Tawa dan tangis, sayang dan benci, keserakahan dan nafsu membelai manusia-manusia, berusaha melilit sebanyak mungkin insan di godaan tak berdasar.

Tuesday, June 18, 2013

Chatting dengan teman lama

Hari ini saya terpaksa memakai gmail karena email kantor saya error. Dan langsung dikontak oleh teman lama saya, kami chatting sambil tidak lupa sedikit saling meledek. Dia cerita tentang si mata hijau yang katanya ambil MBA, haha... sinting tu anak. Waktu saya bilang kalau si mata hijau kerja di salah satu lembaga riset di DC, dia bilang "you tracking his progress, impressive"... gaahhh... sialan, kena deh saya.

Tentu saja berat untuk bilang ke dia kalau saya sekarang sudah ada si abang. Mematikan pasaran saya itu... biarin aja, hukuman buat si abang yang suka angin-anginan. Ga berani cerita sama si abang tentang sahabat-sahabat lelaki saya, karena dia menyimpan semua informasi itu dan satu saat akan mengeluarkannya dalam bentuk sindiran. Padahal kalau si abang cerita teman perempuannya saya ga permasalahkan. Lelaki memang diskriminatif.

Sahabat saya yang Pakistan itu juga agak ajaib orangnya, minderan banget, padahal dia seorang dokter anak, dan kalau dia mau berusaha sebenarnya dia bisa menggaet salah satu perempuan yang ada disekitarnya. Tapi itulah dia sama pickynya dengan saya. Saya sebenarnya pernah berpikir untuk gebet dia, tapi sifatnya yg terlalu serius, penampilannya yang super rapi, tidak ada kesan ugal-ugalan membuat saya berpikir ulang. Saya memang lebih cocok dengan tipe seperti si abang, yg sedikit slengean, bandel, risk taker, tapi ga kasar pada perempuan.

Tapi begitulah, buat saya dia lumayan enak diajak temenan. Jadi ya saya tetep dong temenan, tanpa perlu kasih tau si abang bukan, ga ada gunanya memancing kecemburuan yang ga perlu. Karena orang dengan mudah menganggap saya ada apa2 dengan teman Pakistan ini, kami sama-sama single dengan background yang sama, sayang level chemistry diantara kami benar-benar ada di level 0.