Wednesday, August 22, 2007

Melewatkan satu calon prince charming?

Malam itu cukup ramai pasien yang masuk emergency bedah, aku melihat jadwal residence yang jaga, dan tidak ada dari jenis yang rese… sip..sip. Jaga malam di neuro (cat:neurosurgery) memang berbeda dengan di bagian lain. Tidak ada teman co-ass yang menemani, dan aku benar2 harus memutuskan sendiri akan seperti apa penanganan pasiennya. Sudah serasa kayak dokter beneran dah! Kalau harus naik op, tinggal konsul ke residence yang jaga.
Nyantai dan nyantai, aku nyengir2 melihat teman2 ko-ass yang jaga di bedah umum. Melihat mata mereka memohon pertolongan membersihkan luka dan anamnese pasien, dengan kepala tegak aku menggeleng dan kubisikkan...”sorry, gw di neuro..hehehe”
Tiba-tiba seorang perawat berteriak, ”Mana co-ass neuro? Ada pasien nih!” .... uugh, ternyata malam ini tidak nyantai, pasien pertama sudah datang, dan ada kemungkinan besar akan naik op. Ok, beres periksa aku kirim pasien itu untuk Rontgen kepala.
Oh, my God,.. kok hasil rontgen nya ga meyakinkan gini sih? Aku culak cilek melihat-lihat residence yang bisa dikonsul... tapi semua sedang sibuk. Tiba-tiba aku melihat residence ortho, dr xx yang lagi nyantai, memang aku ga terlalu akrab karena dia pendiam, tapi juga belum dengar tentang ke-rese-an dia. Dengan PD aku dekati dia, ”Dok, saya sedang di neuro, bisa konsul rontgen? Soalnya saya tidak yakin dengan pengamatan saya?” Rasanya sih sopan n to the point, tapi ..gubrak... dia jawab ”Maaf, saya ga biasa?”... ”oh, ok, maaf ganggu dok!” aku mencoba sopan padahal dalam hati... ”grmbsaljkfjafkhuishioja, dia kan udah jadi dokter, masa sih ga bisa ngasih ekspertise” aku ngomel2 dalam hati... Dan ups untunglah ada residence senior yang lagi bebas. Buru-buru aku dekati residence senior itu... ”Dok, konsul yaaaa...” dan dia menjawab...”Eh, maneh... aya naon?” dengan akrab dan baik hati. Hahahaha, kataku dalam hati, lihat aja, ga bakalan lagi aku minta konsul sama dr xx lagi. Dan besoknya aku sharing ke teman-teman lain... ”Hei.. lo2 pada jangan minta konsul ya sama dr xx yg thn ke 2 ortho itu, ga bakal dibantuin” Oh,ya? Kenapa?” teman2ku bertanya... dan kuceritakanlah pengalamanku semalam. Salah satu temanku yang cantik ikutan sharing, ”iya nih aku juga minta tentir, dia ga mau ngasih?” (padahal residence jarang yang nolak kasih tentir sama temanku ini, cuakep sih, yah kita maklum aja, yang penting dia yg minta tentir, ntar kita2 juga pasti ngerubutin si pemberi tentir, hihihi)

Ah, tak terasa 3 bulan sudah di bagian bedah, aku sangat senang di sini, jaganya memang amit-amit, tapi kasusnya juga banyak, tambah trampil dah aku. But, aniwei baswei aku harus minta tanda tangan kasus2 dulu nih supaya bisa ujian. Ok, dr xyz dimana ya jaganya, aku mesti minta tanda tangan dia nih. Ugh, di poli bedah umum rupanya... akupun berjalan kesana. Kuintip ruangan itu, ah itu dia ada disana, pasien sepi pula, kesempatan. Huh, ada dr xx yang giliran jaga poli umum juga rupanya.

Aku: ”dok xyz, sibuk tidak? boleh minta tanda tangannya dan reviewnya dong untuk kasus bedah abdomen, mau ujian nih”
dr xyz: ”eh... emang kamu udah selesai di bagian bedah?”
aku: ” iya nih, hihihi”
dr xyz: ” mau dikasih nilai berapa untuk kasus ini?”
aku: ”berapa aja lah, yang penting bagus. Kan dokter tau kualitas kerja saya.. ya..ya”
dr xyz: ”hahaha, dasar!” dan dia memberikan nilai yg lumayan
aku: ”Ok, dok makasih yaa...! Permisi...!”
Pantatku baru terangkat....
Dr xx: ”Kok ke saya ga minta tanda tangan?” dengan senyum sedikit.
Whaat...? Batinku, tumben baek nih... kesempatan deh
Aku: “ sebenarnya ada kasus ortho yang belum ditanda tangan dok, waktu itu sempat dipegang dokter juga kasusnya, tapi...”
Dr xx potong kalimatku: ”Mana kasusnya?”
Aku: ”Sebentar dok...” Ini...!”
Dan dia menunduk dan membaca... tak lama kemudian dia mencoretkan tanda tangan dan nilai di kasusku, sambil menyerahkan berkas itu dia bertanya, “Ada lagi?”
Aku: ”tidak dok, makasih banyak dr xx. Dr xyz, dr xx, permisi dulu ya”
Dr xyz: ” iya... jangan lupakan kita ya biarpun kamu sudah pindah bagian!”
Dr xx: hanya senyum dan mengangguk.

Waktu aku berkumpul dengan teman2ku satu kelompok,mereka tanya, ”Gimana udah beres kasusnya?”
Aku: ”iya udah semua, eh, tadi aku kaget banget ternyata dr xx baik yah? Tadi dia nawarin untuk review kasus orthoku, dikasih nilai bagus lagi, hehehe...untung deh aku. Kalian minta aja review dia untuk kasus ortho”
Temenku yg cantik: ”ah, berapa hari yg lalu aku udah minta review sama dia, tapi dia ga mau kasih.”
Teman2ku menatapku dengan sedikit aneh. What? Pikirku kok dia nawarin ke aku. Akhirnya aku hanya berkomentar ringan, ”oh... mungkin hari ini dia lupa makan obatnya..” (klo orang ga makan obat kan artinya sakit, sakit bisa juga disebut ga waras, waras=sehat, jw) ”hahaha...” temen2ku tertawa.
Malam itu jantungku berdebar, sebenarnya sejak kejadian dia menolak konsulanku, setiap kali ada kesempatan jaga bareng dia, aku selalu menghindari orang itu, tapi sebenarnya mataku juga selalu mengikuti dia. Kalau kuingat-ingat lagi dia sering berada di sekelilingku. Biasanya kalau sedang senggang aku sering becanda dengan residence2 senior yang gila-gila, dan dia hanya diam dan ikut tersenyum saja, tak pernah berkomentar. Apakah dia ada hati untukku, tapi dia malu mengungkapkannya? Ah jangan ke GR an deh. Tapi boleh dong berharap? Ok, mulai besok aku akan aktif nanya kalau ketemu dia. Hihihi, usaha dong, usaha, siapa tau dia prince charmingku. hehehehe

Setelah pindah bagian, kami beberapa kali bertemu di koridor dan aku selalu menyapa namanya, dia hanya membalasnya dengan bertanya ”kamu di bagian mana sekarang?” Aku pikir untuk bersabar dan menunggu, tapi kemudian aku mendengar bahwa seorang adik kelasku mendeklarasikan bahwa dia naksir dokter itu. Orangnya mungil dan putih dan lebih pintar dari aku. Dan sifat minderku langsung membuat aku mengambil langkah menjauh dari dr xx. Pikirku: kans kecil untuk bersaing dengan adik kelasku. Akupun perlahan-lahan menghapus benih2 perasaanku, apalagi saat itu aku juga tertarik pada orang lain. Tapi akhir-akhir ini seiring dengan tumbuhnya kepercayaan diriku aku berpikir, apakah aku sudah melewatkan suatu kesempatan? Entahlah...

No comments: