Tuesday, September 29, 2009

Salam perpisahan

Saat mulut terkunci dan tak bisa mengungkapkan isi hati pada orang yang berarti bagimu, yang tersisa hanya perbuatan. Kasih, tak terhingga rasaku untukmu, tak ingin kupergi darimu. Berada disisimu dan melihat tawamu, melepaskan kerisauanmu adalah kewajibanku setiap hari. Tapi aku tidak bisa lagi ada disisimu, katanya aku akan menjadi bencana untukmu.

Melepasmu pergi tidak mudah untukku, tapi aku harus pergi. Jadi biarkan aku membantu memasang baju zirah di badanmu untuk terakhir kali dan ijinkan aku bermimpi sejenak.

Aku memelukmu dan membiarkan pipiku bersandar di punggung lebarmu, kuhirup harum tubuhmu sampai paru-paruku tak kuat lagi mengembang dan air mata jatuh satu-satu. Kata-kata perpisahan tercekat di tenggorokanku, selamat tinggal junjunganku, mungkin kita akan berjodoh di kehidupan berikutnya.

Dan aku mengeratkan pelukanku sebelum mengurainya dan pergi menjauh darimu. "Kenapa kau memelukku begitu erat? Aku rajamu, lupakah kau?" Pertanyaanmu adalah pertanda bagiku untuk pergi, salam perpisahan sudah kusampaikan, kuharap kau mengerti. Kau pun membalik badanmu dan sudah kusiapkan senyum termanis untukmu. Kutundukan kepala kepada rajaku dan mengundurkan diri....

------------------
Itulah penjelasan saya jika dibiarkan menceritakan salah satu adegan dari the Legend, dimana Sujini harus meninggalkan Dam Duk, sang raja, untuk mencegah dirinya berubah menjadi black phoenix. Sangat mendalam cinta Sujini kepada Dam Duk, tapi tak akan mampu terungkap. Memeluk Dam Duk dari belakang sebagai salam terakhir adalah pernyataan cinta Sujini yang paling telanjang. Saya bisa merasakan perasaan itu, karena karakter itulah yang saya rasakan saat mencintai seseorang. Kadang cukup hanya memandangnya dari jauh dan memeluk erat untuk terakhir kali jika saya memutuskan untuk pergi saja daripada menjadi beban dalam hidupnya.

Aaah cinta, begitu rumit tapi indah.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: