Thursday, November 13, 2008

Rezeki itu sudah ada yg ngatur


Aku percaya banget bahwa rezeki seseorang itu sudah ada yang ngatur. Yang harus kita upayakan untuk mendapatkannya secara halal adalah dengan bekerja sungguh-sungguh disertai passion untuk mengejar target kita. Dijamin kita ga akan kesusahan dalam pekerjaan. Karena itu aku paling ga ngerti dengan orang yang suka menyikut atau menusuk kawan sendiri. Biasanya aku langsung tinggalkan pekerjaan jika ada orang yang seperti itu. Tentunya dengan memberi pelajaran dahulu pada orang yang demikian.


Di Indonesia sikut menyikut teman untuk satu posisi bahkan terjadi bukan hanya di sektor profit bahkan di sektor non profitpun aku menemukan beberapa orang yang seperti itu. Tapi itu hanya kemenangan sesaat saja, karena pada dasarnya mereka tidak punya kemampuan yang memadai sehingga jarang yang bisa mendaki tangga karir yang bagus.


Kasus pertama, cowok yang ingin mempertahankan posisi program coordinatornya, sehingga rela menjilat kepada atasan dan memburuk2an rekan lain yang ada di posisi diatas maupun dibawahnya dengan rapi dan ga keliatan sama orang lain. Sayangnya sepandai-pandainya menyimpan terasi, baunya tercium juga. Secara tidak kebetulan aku mendapatkan info tentang kelakuannya. Walhasil orang tersebut bisa naik ke posisi yg dia incar, tapi setelah tahun2 berlalu dia bergeming di tempat yang sama di lembaga tersebut. Padahal orang2 yg kena aniaya dia semuanya mendapatkan kemajuan setelah berganti organisasi.


Kasus kedua adalah cewek, yg bahkan aku bantu supaya bisa mendapat posisi baru setelah program yg lama habis. Sayang ambisinya membutakan mata, sehingga dia tega menusukku dari belakang. Aku terselamatkan karena hasil kerjaku memang bagus, dan bahkan atasanku yang dilapori cewek itu yang langsung menanyakan sebenarnya ada masalah apa antara aku dan cewek itu, sampai dia ngadu sambil sesenggukan. Hahaha, dasar kutu kupret, ga ada terimakasihnya karena udah ditolong malah nusuk. Setelah aku jelaskan atasanku mengerti, tapi sayang aku jadi ga selera lagi kerja disitu dan kutinggalkan proyek itu karena dapat penawaran baru yang lebih baik. Dan cewek dengan susah payah berhasil mendapatkan posisiku. Tapi setelah tahun lalu programnya berakhir ga jelas lagi kerja dimana sekarang, dan tentu saja aku juga malas memberikan rekomendasi atau memberi tahu posisi yg kosong. Yang bikin aku speechless karena dia berani lho menghubungi aku saat proyeknya ga bisa diperpanjang, mungkin mau nyari gampangnya lagi. Sayang aku orangnya kapokan, jadi ogah bantu dia lagi dah. Sudah waktunya dia mencari dan berusaha sendiri untuk posisi yg dia inginkan.


Kasus ketiga cowok juga, sebenarnya dia terhitung atasanku, tapi dia mencuci tangan saat ada masalah dan berkoar2 ke semua orang seolah aku yang ga pernah konsultasi masalah pekerjaan sama dia. Ajaibnya justru kepala bagian yg lain yang membelaku dan menunjukkan ke big boss kalau atasanku itu yg bermasalah. Nah lo..., ini juga bikin illfill sehingga aku memutuskan untuk tidak meneruskan kontrak biarpun harus nganggur. 6 bulan kemudian aku masuk ke lembagaku yang sekarang dan 1,5 tahun setelah masuk atasanku sudah puas dengan hasil kerjaku. Dia? Males banget ya untuk cari info, tapi organisasi itu walaupun masih exist tapi tidak lagi sebesar dulu.


Walaupun untuk hubungan pekerjaan, atasan-bawahan, antar kolega ga ada masalah berarti, 1 bulan yang lalu aku mendapatkan kejutan ringan, dapat berita bahwa posisiku di-abolished karena ga ada dana. Wetewww, padahal baru setengah jalan, belum orgasme. Ya sudah pasrah aja. Tapi bahkan saat itu aku ditawari posisi di wilayah lain. Sayang dengan pengalamanku sebelumnya di daerah itu aku sedikit malas untuk masuk lagi kesana. Kejutan kedua tadi malam, temenku yg di Jakarta memberi tahu ada posisi di Jakarta, lebih tinggi posisinya, dia rekomendasikan aku untuk melamar ke sana. Tapi aku masih ga PD. Kejutan ketiga adalah pagi ini dengan berita bahwa posisiku tidak dihapus dan dilanjutkan kontraknya... hahahaha... begitulah yg namanya rezeki. Dibawa nyantai aja, tahu-tahu ada.


Karena itu aku bener2 marah sama adikku yang bekerja dengan mengikuti arus pekerja Indonesia, ga punya idealisme, ga punya moral. Buat aku dalam kerja pantang untuk menyuap orang dan tidak mau menerima suap dari orang lain. Haram dapat duit bukan hasil tetesan keringat. Tapi adikku, dengan entengnya menerima "uang suap" dan merasa tidak bersalah karena merasa tidak menerima uang suap dengan alasan bahwa semua orang melakukan hal yang sama. So what? Contoh saja, kalau ada yang dapat komisi hanya dengan membeli barang dan memasukkannya ke dalam kantong sendiri memang sekilas tidak merugikan, tapi gara-gara praktek seperti itulah pada orang yang rakus sering menambah harga (mark-up) atau memilih rekanan yang akan memberinya komisi walaupun kualitas barang/kerja rekanan itu di bawah spesifikasi yang dibutuhkan. Nah, ujung2nya tetap akan merugikan karena negara/institusi harus mengeluarkan biaya lebih banyak yang akhirnya belok ke kantong orang2 yang tidak berhak. Kalau sudah begitu apakah kita berani mengatakan komisi kita itu halal?


Dan dengan kerja jujur, mendapatkan uang yang memang hak kita, tidak pernah membuat pendapatan kita berkurang atau miskin, yang ada setiap kali dapat pekerjaan baru maka gajiku selalu naik. Bahkan saat ini salaryku lebih dari lumayan, halal, jadi enak makenya. Suka sebel aja sama orang yg bilang "iya kamu sih enak, gajimu besar" ...Bo, please deh, gaji besar itu aku dapat karena sudah meluangkan tenaga, waktu dan otak untuk mencapai hasil yg memuaskan. Lo pikir ada puun duit, dimana organisasi bisa metik uang banyak untuk ngegaji pekerja malas?


Jadi bekerjalah dengan idealis. Satu saat kita akan memetik hasilnya, karena rezeki itu sudah ditetapkan saat kita lahir, ga akan kemana, tinggal mencari cara yang baik untuk mendapatkannya.

No comments: