Saturday, August 28, 2010

Melamun

Hari ini menginap di rumah kawan dari Indonesia dan sibuk belanja barang untuk melengkapi apartment di Ikea dan Target. Mereka berbaik hati mengantar dengan mobil dan menghabiskan waktu weekendnya, jarang didapat kecuali punya kenalan orang Indonesia. Saya tidak mau menyalahgunakan juga kebaikan hati mereka, jadi harus bisa membalas budinya satu saat kelak.

Sebenarnya ada tujuan lain juga dengan memenuhi ajakan menginap mereka karena saya berusaha membunuh perasaan pada orang itu sesegera mungkin. Semalam setelah menjadi stalker saya menemukan sebuah pribadi yang tampaknya sangat penuh passion pada kesehatan dan masyarakat kurang mampu di sebuah negara di Afrika yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa sehari-hari.

Dia seperti seorang pertapa yang mempunyai tujuan hidup membantu orang lain. Dia disebut sebagai IT guy dikelompoknya saat ini. Dia bisa mengambil foto-foto yang indah. Dan saya terpaku melihat dirinya, menyadari dia adalah pria berkualitas dan menjadi takut karenanya.

Malam saya lalui dengan tidak begitu nyenyak karena berusaha menjinakan perasaan saya kepadanya. Keadaan ini memicu sebuah mimpi yang sama tidak enaknya tentang laki-laki lain di saat saya kuliah dulu. Teman yang diam-diam saya suka ini muncul dalam mimpi dengan istri yang protektif dan anaknya. Ketika pagi tiba mood saya sudah ada diambang cukup rendah.

Saya berusaha mengalihkan perhatian, tapi semua laki-laki yang saya lihat di pertokoan banyak yang mirip dengan dirinya *tabok pipi kiri-kanan buat menyadarkan diri*. Dan saya dilanda kangen kepadanya yang amat sangat. Apalagi ini adalah weekend, dalam otak saya timbul pertanyaan apakah dia menghabiskan waktu weekend sendirian saja atau dengan seorang perempuan lain? Timbul pertanyaan apakah kekasihnya saat ini sedang berada jauh di negri antah berantah? Dan saat saya sedang menunggu teman saya menyelesaikan urusannya, perhatian saya lepas seluruhnya dari dunia sekeliling dan melamun.

Sore tiba dengan guratan pedih di hati timbul pertanyaan apakah saya akan bertemu dia minggu depan? Apakah dia masih tertarik pada diri saya minggu depan? Pertanyaan yang saya tahu menyiksa diri saya. Sabar, adalah kuncinya. Semua ada waktunya adalah jawabannya. Ikhlas adalah jalan keluarnya. Ya Allah, ya Tuhan, betapa tersiksa diri saya karena angan-angan diri semata.

Saya sudah pernah mengalaminya dan saya tahu entitas Yang Tertinggi tetap akan membimbing umatnya dalam menemukan jawaban. Yang perlu saya lakukan adalah bertarung dengan nafsu didalam diri, nafsu dasar yang dimiliki manusia terhadap lawan jenisnya sekaligus godaan terbesar.

Serahkan kepadaNya, yakin, insya Allah...

No comments: