Saturday, April 14, 2012

Airmata



Aura melankolis menyergap tubuh ini sejak hari kemarin, tanpa bisa menjelaskan asalnya. Mungkin karena tangan-tangan yang menjalar dari perasaan kesendirian. Mungkin karena eksistensi si Mata Hijau sebenarnya lebih dalam dari yang saya sangka? Setelah lebih dari seminggu saya tidak pernah melihat lagi bayangannya di sekolah. Dan karena hati saya sudah menyerah, saya tidak lagi melemparkan signal-signal ke angkasa raya mencari frekuensi untuk menjangkau perasaannya.

Tiba-tiba rasa sepi menyergap begitu kuatnya. Kehidupan terasa tidak berarti, orang-orang yang begitu berarti untuk saya sudah tidak ada di dunia ini. Bahkan berharap untuk melihat merekapun sudah tidak lagi saya miliki. Dan saya hidup karena belum saatnya ajal menjemput. Hidup seperti cangkang kosong, hidup karena tubuh ini secara otomatis melakukan semua fungsi biologisnya. Air mata pun terkumpul dan akhirnya jatuh satu-satu.


Saya masuk ke kelas dan duduk di beberapa baris di belakang si Mata Hijau. Paling tidak saya akan bisa melihatnya selama di kelas. Tiba-tiba teman satu grup mengatakan ada tugas yang harus di submit hari ini yang belum saya buat. Saya dengan paniknya membuka laptop dan berusaha mengetikan baris-baris kalimat itu. Mata Hijau bangkit dari tempat duduknya dan dia pergi entah kemana. Saya panik, ingin mengejarnya tapi prioritas utama adalah tugas ini. Saya mencari-cari kemana si Mata Hijau pergi? Kenapa dia tidak kembali kelas, bukannya kelas sudah mau dimulai? --- Sampai disana, kesadaran membangkitkan saya dari alam mimpi. Itu hanya mimpi, tapi saya sadar dialam nyata pun keberadaan si Mata Hijau menguap secara mendadak. Tidak pernah lagi saya melihatnya di sekolah.


Tuhan, maafkan saya yang seperti tidak bersyukur atas karunia hidup yang Kau berikan. Maafkan saya karena terjerat di lembah duka yang beracun. Biarkan saya berhenti sejenak, menangisi diri sendiri melepaskan duka. Rasanya berat beban sepi yang kali ini menyergap diri. Saya tahu tidak ada cobaan yang Kau berikan diluar batas manusia untuk menerimanya. Tolong kuatkan diri saya.




No comments: