Thursday, April 15, 2010

Dalam derai hujan dan terpaan panas

Setiap malam hujan rutin menyambangi kota kecil ini. Tercurah bak air mata. Entah apa yang ditangisi ibunda pertiwi setiap malam. Apakah karena terlalu banyak orang tamak yang rela memperkaya diri sendiri? Ataukah karena tertumpahnya darah dalam sengketa pembongkaran makam keramat.

Panas menerpa di siang hari seakan tidak pernah hujan turun. Seolah ibu sedang menghukum anaknya. Pedih dan perihnya sengatan mentari. Entah murka apa yang dipendam di hati ibunda pertiwi. Apakah karena orang sudah tidak peduli lagi nasib rakyat kecil dengan balita kurang gizi, atau program pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan alam.

Ibu, maafkan putra-putrimu yang terlalu menurutkan nafsu duniawi. Melupakan hal hakiki.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: