Wednesday, November 17, 2010

Tanah air, tanah dan air.

Saat saya dapat kepastian untuk sekolah di negri mas Obama ini, ayah saya membongkar pengalaman masa lalunya sekolah disini. Ternyata beliyaw sempat berniat untuk balik kandang setelah satu semester, karena nilainya yang jelek. Yang saya ingat, saat ayah saya balik ke Indonesia, beliyaw jadi perhatian banget sama keluarga, juga sering banget nulis surat, tiap minggu satu surat nyampe, berlembar-lembar pulak, mana setiap anak pasti dapat surat khusus. Bujubuneng dah, rasanya saya dapat PR mengarang waktu itu.

Sahabat saya mendapat beasiswa di negri Kanguru 2 tahun lalu, dan dia sempat punya niat tidak menerima karena ga ada dukungan dari pacar. Dan setiap kali ada kesempatan (dapat tiket gratis maksudnya), sahabat saya akan selalu pulang ke Indonesia. Sempat juga dia mempertanyakan apakah akan diteruskan sekolahnya atau mengundurkan diri.

Teman saya yang dapat beasiswa ke New Zealand juga berencana untuk pulang kampung setiap libur. Dia bela-belain nabung stipend. Faktor pendukung utama adalah hobbynya berenang dan diving.

Dan saya, si orang aneh ini, merasa heran karena sama sekali tidak memikili perasaan kangen untuk pulang ke Indonesia sementara sekolah. Nanti aja kalau udah lulus juga balik ke Indonesia. Pertanyaannya kenapa saya ga ada rasa kangen sama tanah air. Biasa-biasa aja tuh. Jawabannya adalah: karena saya sudah terlalu mengglobal. Saya akan tetap survive di sudut manapun di dunia ini, setahun-dua tahun dan melangkah lagi ke negri yang lain. Dan karena saya independen, dan karena saya tidak pernah mengikatkan diri pada tanah manapun di dunia ini, dan karena saya tidak punya komitmen pada seseorang.

Saya bisa hidup di daerah urban sekaligus menikmati daerah rural. Batasan saya cuma satu, setelah 2 atau tiga tahun saya akan bosan dan menginginkan suasana baru. Tanah air...seluruh bumi ini tertutup tanah dan air, semua tempat bisa menjadi tanah air... hauahahaha

No comments: