Sunday, November 20, 2011

Headphone

Headphone sering dianggap mainannya cowok, bukan hanya di Indonesia tapi di US juga. Saya termasuk minoritas, sebagai perempuan yang tertarik dengan banyak mainan cowok. Banyak perempuan punya iPod atau headphone yang ada mp3 player, jadi mendengarkan musik dan lagu jelas tidak untuk laki-laki saja, tapi ... perempuan tidak mempermasalahkan kualitas suara yang keluar dari playernya. Sebagian besar perempuan puas, misalnya dengan in-ear earphone merek apa saja asal ada suaranya. Tapi laki-laki kadang beli headphone mahal yang mungkin lebih mahal dari playernya, atau malah membangun deck amplifier yang ga murah untuk mendapatkan kualitasa suara yang ok. Giliran istri atau pacar mereka ngamuk-ngamuk saat melihat receiptnya...hihihi.

Tapi sebenarnya ga salah-salah amat. Saya sejak punya headphone menengah dari Sennheisser, udah ga bisa lagi mendengarkan iTune dari Sebastian - macbook saya, tanpa pakai headphone. Suara yang dikeluarkannya jauh lebih kaya dari default Sebastian. Kenapa saya milih Sennheisser? Karena Bose kemahalan... huahahahaha... dan earphone default Apple yang walaupun jauh lebih baik dibanding beberapa in-ear-earphone merek lain tetap kalah suaranya dibanding Sennheisser. 

Pertamanya malu pake earphone yang walaupun ga segede gaban, tetap aja gede. Kalau cowok kan udah biasa menggantungkan headphone di lehernya, tapi perempuan biasa (yang bukan pemusik) termasuk pemandangan langka. Tapi akhirnya cuek aja, yang penting saya bisa mendengarkan musik yang saya suka tanpa mengganggu orang. Dan kalau ada yang ngomonginpun ga kedengeran tuh...hihihi...

Walhasil tas saya jadi penuh kabel dibanding peralatan perempuan yang seharusnya. Apalagi kalau travel, ada tas kecil khusus kabel, mulai dari charger untuk laptop, hp, kamera, iPod dan kabel transfer untuk kamera sekarang ditambah dengan charger buat kindle. Saya bukan penggemar peralatan yang digabung menjadi satu seperti iPad. Ntahlah nantinya.

Udara sudah semakin dingin dan mulai banyak bangunan didekorasi untuk Natal, Atlanta termasuk kota yang religius, di setiap belokan ada gereja, jadinya ga heran kalau mereka udah dekor mulai sekarang. Yang paling saya suka adalah pemandangan penuh lampu dimalam hari. 

No comments: