Friday, August 05, 2011

Definisi cantik?

Selama sebulan setengah di Afrika yang membuat saya kangen berat adalah nge-blog. Kenapa bisa nyandu dengan blog? Karena tulisan kita ada kemungkinan dibaca oleh orang lain, jadi tertantang untuk membuat tulisan yang menyenangkan. Hohoho... sejak kapan saya jadi tukang pamer begini?

Di sebuah negri berbahasa Portugis, ego saya terlambungkan karena beberapa orang mengatakan saya cantik. Heh? jadinya mikir lagi, ini muka sepertinya memenuhi kriteria cantik untuk orang kulit hitam tampaknya. Karena bukan hanya di sana saja, di Atlanta sendiri beberapa kali saya dikatakan cantik.

Tentu saja mereka melemparkan rayuan ala playboy cap duren tiga. Tapi menyenangkan juga saat ada orang yang mengatakan kita cantik. Ga heran kalau sebagian besar perempuan melakukan segala hal untuk tampil cantik dan menarik bagi pasangannya. Tidak berlaku untuk pemalas seperti saya. Untuk saya kalau ada yang memuji ibarat dapat bonus, ga ada yang muji juga ga merasa kehilangan. Saya nyaman menjadi diri saya sendiri kok.

Dibanding melakukan usaha untuk membuat diri ini cantik, saya lebih memilih perawatan dan kesehatan tubuh. Makanya penampilan konstan saya adalah rambut diikat ekor kuda, kalau nggak bisa megar alias ngawigwig siga jurig, wajah yang terlindungi oleh sunscreen dan kulit yang lembab oleh body lotion, ga bau ketek/bau badan/bau mulut. Cukup begitu saja. Ga heran kalau ga banyak laki-laki yang menganggap saya cantik. Malah suka heran kalau ada yang muji cantik, imajinasi orang itu hebat banget. Karena jujur saja saat melihat foto diri sendiri, ga bisa dikatakan cantik, walaupun juga tidak jelek, biasa saja.

Reaksi saya sendiri sangat cool saat mereka memuji, bilang terimakasih dan lempar senyum kecil. Karena saya tahu mereka tidak mampu menebak usia saya. Begitu tahu usia saya sebenarnya, pasti pada kebingungan dan kikuk, malu karena telah memuji perempuan yang sudah berumur.

Selama disana saya juga sering merenung, mengintrospeksi diri yang masih suka berharap akan menemukan soulmate, sampai tiba pada kesimpulan untuk menerima bahwa kesendirian saya diakibatkan oleh kesalahan sendiri, bahwa kesendirian saya tidak akan berakhir sampai saya bisa menerima laki-laki yang tidak memenuhi kriteria ideal saya.

Bahkan beberapa saat si mata biru menjadi fokus lamunan saya, tapi tidak lama karena saya sadar gap usia hampir 10 tahun bukanlah rentang yang pendek untuk dijembatani. Apalagi si mata biru itu juga tidak ada niat mendekati saya dengan serius. Sampai saya tidak yakin apa arti tatapan matanya dulu itu. Pertanyaan yang tidak perlu dijawab bukan?

No comments: