Friday, August 19, 2011

Nyaman dengan diri sendiri

Saya tumbuh dengan kompleks rendah diri, istilah jaman baheulanya minder wardeg (maaphh... ga tau spellingnya bener ato salah). Ditambah dengan kelakuan tomboy, dan kantong kempes, saya tidak pernah dandan atau memakai baju yang sedang trend untuk anak perempuan. Modalnya cuma t-shirt+jeans atau kemeja+jeans. Pergaulan sih luas, teman dekat ada, tapi saya terbiasa menyimpan semua perasaan sendiri saja ga pernah curhat atau sharing dengan teman perempuan. Sementara dengan teman laki-laki, karena kelakuan saya yang ga ada femininnya sama sekali, menjadikan saya ga sensitif terhadap lawan jenis. Kalaupun suka dengan salah satu dari mereka, paling nulis di buku harian. Menyampaikan rasa suka sama sekali bukan sifat saya, karena ga tahan kalau sampai ditolak, dan saya merasa tidak ada yang akan tertarik dengan saya.

Baru setelah saya kerja dan punya penghasilan sendiri, saya bisa membeli pakaian yang saya suka dan pelan-pelan mulai melakukan perawatan diri. Gunting rambut di salon yang lumayan, walaupun tetap ga percaya diri atau suka dengan diri sendiri.

Padahal ada beberapa yang suka dengan saya, tapi entah kenapa saya tetap tidak merasa diri menarik. Flirting dengan laki-laki? Beuuh... jauh, ga punya modal sama sekali. Lewat usia 25 mulai banyak yang menanyakan mau ga saya jadi menantunya, mau ga dikenalkan dengan adiknya. Tapi ga ada respon dari saya kecuali cengar-cengir dan memberikan berbagai alasan. Karena saya mikir, iya sih kakak dan orangtuanya suka dengan saya, tapi adiknya atau anaknya kan belum tentu suka. Lagian saya ga mau beli kucing dalam karung.

Belum lagi karena kulit saya yang sawo matang dan tanpa perawatan, laki-laki cenderung menganggap saya tidak manis. Beberapa komentar yang tidak seharusnya saya dengar menambah kompleks rendah diri saya. Pokoknya kalau dipikir-pikir bego 101.

Yang membuat saya mulai merasa saya menarik justru datang dari laki-laki bule. Dia langsung melakukan direct approach. Pertama kalinya saya mulai merasa bahwa saya menarik juga. Pulang ke Indonesia saya mulai memperhatikan penampilan saya. Walaupun ga setahun kemudian kepercayaan diri yang sukar saya dapatkan itu diinjak-injak sampai remuk oleh seorang lelaki j*h*n*m yang tidak bisa saya lupakan sampai sekarang.

Sekarang sih saya bisa melihat, mereview masa lalu tanpa harus berderai air mata. Tapi 1.5 tahun menjadi zombie yang tidak mempedulikan penampilan, harga diri saya dipulihkan oleh beberapa laki-laki. Mereka tidak tahu bahwa mereka telah membuat saya menjadi manusia kembali dengan perhatian tulus mereka. Lelaki pertama pada masa zombie saya jauh lebih muda, single, bertampang seperti Nobita (bahkan kelakuannya mirip dengan Nobita, the loser, yang tidak memiliki Doraemon). Dia memperlakukan saya seperti Nobita memperlakukan Suzuka. Sayang Suzuka-nya tidak berhati, mudah-mudahan dia mendapatkan istri yang baik dan mencintai dia dengan tulus. Lelaki kedua (sayangnya suami orang), karena dialah hati saya menghangat kembali, dia yang mengembalikan denyut jantung saya dalam merespon lelaki, dia yang membuat saya bisa menyukai wajah yang saya miliki, dia lelaki pertama yang terdengar tulus mengatakan saya cantik. Dia yang membuat saya merasa cantik. Lelaki ketiga, datang pada periode yang sama dengan lelaki kedua, nyaris membuat saya menyerahkan hati seutuhnya seandainya dia tidak terbongkar fakta dia sudah menikah.

Setelah masa itu saya mulai bisa menampilkan kefemininan saya (diusia 30-ish, kebayang ga telatnya? hahahaha). Dan mulai bisa membaca bahasa tubuh lelaki apakah mereka tertarik dengan saya atau tidak. Mulai senang dengan perhatian lelaki yang tertarik pada saya. Flirting dengan mereka walaupun belum bisa membuka hati pada mereka.

Saya suka bingung kalau ditanya kenapa belum menikah. Bohong kalau bilang tidak ada yang mendekati saya dengan serius, tapi ini alasan yang paling enak dilemparkan, alasan yang tidak bertanggung jawab. Sekarang saya sudah mahir untuk tersenyum dengan manis. Walaupun masih senang dengan jeans dan t-shirt/kemeja, tapi saya sudah bisa memilih t-shirt dan kemeja seperti apa yang bisa membuat saya tampak feminin. Sudah pintar memilih model potongan rambut, dan kelebihan saya adalah di postur tegak saya. Dengan sepatu yang menarik saya bisa tampil manis kok. Tinggal menunggu pada lelaki seperti apa hati saya akan membuka pintunya. Kalaupun saya tetap harus single saya tahu itu adalah kesalahan saya sendiri, dan tidak menggugat atau merengek pada Yang DiAtas. Saya hanya bisa memohon ampunanNya karena hati saya tidak tergerak untuk terbuka pada lelaki-lelaki yang datang pada saya. Saya hanya bisa berdoa seandainya memang ada jodoh saya, mohon agar hati saya dilunakan untuk menerima lelaki itu. Itu saja doa saya sekarang.

No comments: