Sunday, October 04, 2009

Merindukan tanah asing itu

Sudah berulangkali saya merenungkan ulang, menelaah, mengobrak-abrik jauh ke dalam sanubari, mempertanyakan ke indonesiaan saya, mempertanyakan patriotisme saya, mempertanyakan kecintaan saya pada negri ini, jawabannya selalu sama, saya tidak punya ikatan kuat terhadap satu bagianpun tanah di negri ini. Bekerja di negri ini dan mengupayakan perubahan ke arah situasi yang lebih baik adalah satu hal, tapi saya tetap merasa tidak dimiliki disini. Berbeda dengan suku tionghoa, memang tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan perlakuan diskriminatif, sehingga wajar jika mereka tidak punya keterikatan terhadap tanah ini.

Indonesia adalah negara yg indah, alamnya akan membuat semua orang tercengang, dan saya telah banyak menapaki daerah2 yg jarang terlihat oleh sebagian besar rakyat disini. Tapi alam yang indah saja tidak cukup untuk membuat saya ingin menetap. Jauh di lubuk hati saya selalu ada keinginan untuk menghirup wangi udara sejuk dingin di daerah2 subtropis. Karena itu saya ingin melakukan tes terakhir yaitu tinggal di sebuah negara subtropis selama beberapa saat. Apakah setelah melakukan itu saya bisa merasakan ikatan dengan Indonesia?

2 kali melakukan perjalanan ke eropa, setiap kali berada di sana saya dengan mudahnya menyesuaikan diri dan sangat jarang tersesat. Hampir tidak kesulitan untuk memahami sistemnya, bahkan tidak merasa kerinduan terhadap makanan indonesia. Yg agak memberatkan hanyalah mahalnya makanan disana. Selain masalah dompet jarang sekali saya mengalami diskriminasi.

Itulah salah satu alasan saya sangat ingin sekolah di sana minimal setahun dan merasakan efeknya pada diri ini. Mungkin tanpa disadari darah ayah saya mengalir terlalu kental di tubuh ini dibanding darah ibu. Ayah saya yang pernah tinggal 2.5 th sekolah di amerika tanpa sekalipun melakukan liburan di indonesia, malah memilih berkeliling disana saat liburan, mungkin secara tidak sadar semangat menjelajah itu terwarisi secara oleh saya melalui DNA. Nenek saya pernah berkata bahwa kaki saya bersayap, tidak bisa diam disatu tempat. Mungkin itu pula sebabnya saya sangat gemar membaca buku dari negara asing hanya untuk bisa meneropong jauh ke sebuah negara asing.

Sekarang ini hanya bisa berdoa mudah2an saya bisa sekolah di salah satu negara subtropis. Mencari ilmu sekaligus memuaskan keinginan menjelajah. Mudah2an, amin.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: