Saturday, November 07, 2009

Nat King Cole n lonely me

Saya bukan penggemar blues atau jazz mainstream, saya hanya penggemar Nat King Cole. Lagu2nya sering menemani kesendirian saya. Dengarkan lagunya dan yang terbayang di otak saya adalah film2 bersetting thn 50-an, dengan kipas angin besar, pintu kassa, lemari es gendut dan orang2 berbahasa inggris dengan aksen selatan. Film2 hollywood bersetting thn 50-an biasanya bertema depresi sangat berlawanan dengan syair2 Nat King Cole yg penuh cinta, tapi entah kenapa keduanya selalu hadir bersamaan di otak saya.
Hari minggu dari jaman baheula selalu menjadi hari tersepi, perkecualian di jaman smp-sma. Maka hari minggu yg panas terik paling cocok mendengarkan nat king cole yg mendayu-dayu dan merana. Yeah, sebenarnya jiwa melankolis saya cocok mendengarkan balada, mendayu-dayu dan merana, asal bukan dangdut, hehehehe, entahlah kenapa ga bisa menerima dangdut. Apa yg ga klik di musik dangdut dengan selera musik saya? Kenapa selalu terasa kasar di telinga ini?

Yang saya ingat saat kecil dulu memang steril dari lagu dangdut, tampaknya nenek saya sudah mencuci otak saya dengan seleranya. I missed her so much. Selera kami memang sama, dulu yang rajin nonton keroncong atau orkestra klasik jaman tv hanya tvri hanya saya dan nenek, sementara ibu saya sudah tidur, idem dito dengan adik laki2 saya. Dan kaset yg sering kami putar dulu kalau tdk andy williams, serenade mandolin (isinya lagu2 klasik yg dimainkan dengan mandolin) atau lagu2 barat th 50-an. Hih, selera tua jadinya. Tapi semua itu membuat saya akhirnya lebih senang dengan musik barat. Mungkin tanpa disadari saya benar2 menjadi copy-an dari nenek saya.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: