Thursday, December 10, 2009

Curhat pada diri sendiri

Hey saya tahu kalau manusia-si-mahluk-sosial-itu tidak bisa hidup sendiri. Jangan juga dibilang sombong karena saya bisa membiayai hidup saya sendiri tanpa laki-laki. Jangan pula saya dikutuk karena sering menolak lelaki yang mendekati saya. Ada alasan dibalik semua kelakuan saya itu. Hahaha.. ya alasan yang dicari-cari dan dibuat-buat sebenarnya. Alasan utama saya adalah: takut untuk membuat komitmen.

Kenapa saya bisa takut untuk membuat komitmen, adalah karena saya takut ditolak oleh orang lain. Ga masuk akal memang untuk memiliki phobia ditolak dan phobia komitmen. Saya menyebutnya phobia karena ga masuk akal bagi orang kebanyakan. Dan seperti pada umumnya phobia ada trauma psikologis yang cukup berat di latar belakangnya. Sebenarnya bukan karena peristiwa yang luar biasa tapi menjadi sangat berat untuk diri saya yang pengidap kronis Cinderella syndrome plus harga diri terlalu tinggi. Sejak peristiwa itu sulit sekali untuk saya bisa percaya pada ketulusan hati lelaki.

Hati saya tidak mau terbuka kepada lelaki, karena terlalu banyak lelaki ga bener yang mendekati saya, sehingga saya meragukan apakah perasaan mereka tulus. Kenapa saya ragukan perasaan mereka, karena lelaki itu semuanya sedang punya komitmen dengan perempuan lain alias kalau bukan lakor atau player. Hih... harga diri saya tidak mengijinkan untuk membuat hubungan diatas penderitaan perempuan lain. Dan rasanya saya tidak se-desperate itu untuk mendapatkan pasangan.

Sayangnya lelaki bujangan yang mendekati saya bukanlah tipe yang membuat saya tertarik kepada mereka sehingga saya lari menjauh dari keberadaan mereka. Sungguh tidak enak untuk menyakiti hati mereka, tetapi sukar untuk menipu isi hati saya. Saya hanya meminta kepada Yang DiAtas agar dimudahkan saya menyukai lelaki yang tulus mendekati saya.

Banyak orang juga menasihati saya agar jangan terlalu pilih-pilih, ini merupakan nasehat yang paling saya tentang, karena jika saya asal pilih akan berakhir dengan seseorang yang bisa menjengkelkan saya selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan dst. Bisa dibayangkan bagaimana betenya saya? Orang juga berkata alah bisa karena biasa. Phew... tidak semudah yang kau sangka kawanku.

Jadi untuk gampangnya saya memang membuat diri saya agar sanggup hidup sendirian dengan segala resikonya. Bukan memutuskan hidup sendirian lho, beda banget artinya itu. Karena walaupun umur sekarang sudah kepala 4, toh saya masih menyaksikan perempuan dengan usia kepala 5 menikah untuk pertama kalinya. Nah, kita tidak tahu di belokan mana akan bertemu dengan si belahan jiwa yang masih ga diketahui sosoknya itu. Tapi kalau sudah ketemu si belahan jiwa itu, saya yakin kok, tidak sanggup untuk menghindarinya, pasti akan ada magnet yang menarik saya padanya. Begitu...



No comments: