Friday, January 28, 2011

Sekeping masa lalu 1

Masa-masa SMA sudah mendekati akhir. Hanya sedikit waktu tersisa untuk masa remaja. Tapi perempuan itu juga merasakan debar-debar untuk memasuki petualangan baru. Tantangan pertama adalah lulus UMPTN, selanjutnya kuliah. Cinta tidak terlalu dipikirkan oleh perempuan itu, karena dia tahu tidak mudah melupakan satu orang siswa seangkatannya. Juga karena perempuan itu baru masuk usia 18 tahun, dia masih percaya jika mereka berjodoh, satu saat mereka akan bersatu.

Hari itu murid kelas 3 diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik untuk persyaratan UMPTN. Aula sekolah sesak oleh hampir 500 siswa. Perempuan itu sebenarnya paling tidak suka dengan ruangan yang penuh orang. Dan dia sudah menyelesaikan pemeriksaannya, tapi dia tidak segera pulang. Terlalu sedikit waktu yang tersisa untuk bisa memandang laki-laki itu. Dua tahun sudah dia menyembunyikan perasaannya pada lelaki itu, tidak ada hari sekolah tanpa kesempatan melihatnya. Setiap hari perempuan itu akan selalu menunggu sampai melihat lelaki itu barulah dia akan pulang sekolah. Dan hari itupun dia bertekad menunggu sampai lelaki itu pulang barulah dia akan pulang ke rumah.

Tidak pernah sukar untuk perempuan itu mengidentifikasi lelaki pujaannya. Bahkan dia akan mengenali lelaki itu cukup dengan melihat sepatunya, punggungnya. Nyaris seperti stalker tulen. Dan dia dengan cepat melihat lelaki itu ada diruangan dan memulai proses pemeriksaannya. Karena akan lama, perempuan itu mencari tempat strategis dan tidak penuh orang. Podium adalah tempat yang paling cocok, dan ada kursi tinggi didekatnya. Perempuan itu duduk disana dan mengawasi seluruh ruangan terutama posisi lelaki itu. Untuk mengisi waktu diapun bekerja dengan buku contoh soal UMPTN sambil sesekali memandangi lelaki itu.

Sampai satu saat dia tidak bisa melihat lelaki itu, matanya mulai jelalatan keseluruh ruangan tapi tidak ketemu. Apa dia sudah pulang? pikirnya. Tiba-tiba ada orang yang naik ke kursi yang sebagian didudukinya. Tanpa permisi dan basa basi. Dia menengadah dan... lelaki yang dicarinya itulah yang berdiri di kursinya. Dia mengambil foto-foto, mungkin untuk buku kenangan? Perempuan itu kaget dan tidak tahu harus bereaksi apa, berdebar-debar karena dekat dengan lelaki itu. Dia tetap bertahan di kursi sampai lelaki itu turun dan pergi tanpa berkata-kata.

Perempuan itu sampai sekarang tetap menyesali ketidakberaniannya menyampaikan perasaan pada lelaki itu. Dia takut ditolak, akibatnya dia tetap tidak tahu perasaan si lelaki, dan tidak akan pernah tahu karena lelaki itu telah meninggal saat ini.

No comments: