Sunday, January 15, 2012

Type Karakter

Saya sering merasa bahwa tidak mudah untuk orang lain bisa mengerti saya. Jangan kata orang lain, saya sendiri saja sering tidak mengerti diri saya. Beberapa hari yang lalu saya iseng melakukan tes kepribadian berdasarkan typology Carl Jung yang diadaptasi oleh Myers-Briggs. Hasil test kepribadian pertama menggolongkan saya ke INTP, yang sulit dipercaya karena salah satu tokoh terkenalnya adalah Albert Einstein, sedangkan hasil test lainnya bisa memasukan kepribadian saya ke INTP atau INFP, dengan hasil beda tipis 1-2% dalam bagian tersier, tapi lebih cenderung ke INFP. Dan kalau dibaca penjelasannya memang saya merasa lebih masuk ke golongan INFP.

Kebetulan saya lahir di bulan February yang gambaran karakternya mirip dengan INFP, terutama di bagian sosialisasi. Saya tidak pernah mengalami kesulitan jika ada di lingkungan baru sekalipun, tapi tidak mudah untuk dekat dengan saya. Lebih senang jika orang melihat keunikan kepribadian saya. Hanya saja saat dibandingkan dengan sesama orang yang lahir di bulan February, kok banyak yang tidak sama dengan karakter yang saya miliki. Jadi sedikit ga percaya juga dengan pembacaan karakter berdasarkan horoscope. Baru mengerti setelah melakukan test kepribadian. Sempat iseng masuk ke cafe personality test di thread "saya sadar kalau INFP jika ..." dan banyak postingannya yang persis dengan hal-hal yang saya lakukan. Ga heran kalau saya sering merasa aneh sendiri di dalam komunitas dan keluarga, karena menurut para ahli kepribadian INFP hanya sekitar 4-6% dari populasi manusia.

Orangtua saya bisa membaca kepribadian saya, tapi tidak tahu bagaimana cara meresponnya. Ibu saya menjelaskan salah satu sisi dari paradoksnya type INFP. Waktu masih kecil kalau dibawa ke toko dan ditanya mau sepatu yang mana saya akan balik bertanya "Yang mana ya?", dan ibu bilang saya seperti mengharapkan orang bisa membaca keinginan saya. Kalau pilihan ibu saya salah, kekecewaan jelas tergambar di wajah saya. Ibu saya sering bilang, paling sebal kalau harus membawa saya belanja. Yang tahu selera saya adalah nenek, yang tidak pernah menanyakan apa yang saya inginkan, tapi memilih barang yang beliau tahu saya akan suka. Karena bukan hal mudah untuk membuat pilihan, apalagi kalau pilihannya salah, saya akan terbebani bahkan sampai bertahun-tahun. Saat saya mulai hidup sendiri jauh di keluarga saya mulai membuat system untuk memformulasikan pilihan. Bertanya apa yang saya inginkan sebenarnya dan membuat list like and dislike dari satu pilihan, sebelum mengeksekusinya menjadi belanja, yang saya lakukan mungkin lebih dari sehari. Karena itu waktu belanjanya sendiri menjadi sangat singkat, karena tinggal proses sortir dari list saya. Saya selalu punya note wishlist yang akan saya wujudkan satu-satu dengan jangka waktu yang tidak pendek.  

Sifat khas lain dari INFP adalah tidak ingin membebani orang dan independen. Contoh enteng adalah pilihan menu makanan yang membuat ibu saya sampai malas masak. Saya, bapak dan 2 adik kalau ditanya "hari ini mau makan apa?" Akan sepakat menjawab "Tidak tahu". Saya tidak tahu alasan bapak dan adik, tapi jawaban "tidak tahu" saya sebenarnya berasal dari tidak ingin membebani orang lain untuk makan makanan yang hanya saya yang selera. Karena selera kami di rumah berlainan, saya akan sangat sebal kalau melihat ikan asin, pare, pepes atau makanan benyek lainnya tersaji, tapi saya akan merasa tidak enak hati kalau orang serumah jadi tidak selera makan gara-gara hanya ingin makan tahu goreng. Kalau saya yang tidak cocok dengan makanan yang tersedia tinggal bikin telor ceplok aja.

Kerumitan dari kepribadian INFP lainnya adalah komunikasi, tidak gampang untuk mengkomunikasikan perasaan secara verbal. INFP lebih mudah mencurahkan perasaannya dalam bentuk tulisan. Ga heran kalau saya sejak kecil sudah menulis diary. Walaupun isinya kebanyakan sisi romantis saya. Dan bagian ini juga baru jelas setelah membaca penjelasan tentang INFP yang incurably romantic person. INFP tidak emosional, tapi selalu membutuhkan cinta dalam hidupnya. Pantesan ... pantesan ... pantesan.

Sejak saya remaja, saya selalu punya objek untuk dicintai. Dari yang akan saya suka dalam waktu lama sampai yang hanya dalam waktu sementara. Saya sampai memformulasikannya sebagai jatuh cinta pada cinta itu sendiri dan bukan pada orangnya. Karena saya sadar bahwa saya sering mengkhayalkan orang itu sebagai pribadi yang ideal untuk saya, sementara otak saya menyadarkan bahwa pribadi ideal orang tersebut mungkin hanya khayalan saya yang sebenarnya bukan pribadi orang itu. Dan saat saya tidak punya objek nyata untuk dicintai saya akan beralih pada tokoh-tokoh nyata yang tidak nyata seperti aktor (contoh: crush pada BYJ dalam perannya di the Legend misalnya) atau tokoh tidak nyata dari novel seperti Mr Darcy (sampai sekarang dia tetap menjadi karakter yang ingin saya temukan dalam hidup). Gaah... ga heran kalau saya tidak menemukan the Mr Right sampai sekarang. Saya paling ga bisa menerima komentar orang tentang hal ini, yang saya anggap sangat tidak fair. Komentar umum adalah "Jangan pilih-pilih, tidak ada orang yang sempurna di dunia." Itu komentar yang paling menyebalkan, satu: apa alasan saya ga boleh pilih-pilih? Beli sepatu aja milih, apalagi pasangan. dua: saya tahu tidak ada orang yang sempurna di dunia ini dan saya tidak mencari yang sempurna, saya mencari yang pas masuk ke dalam kriteria saya, yang gila mak sulitnya. Komentar lain yang tidak bisa saya terima dan dengan keras kepala saya abaikan adalah: "Rendahkan kualitasnya." Ga masuk akal, udah kepalang tua, malah merendahkan kualitas. No way, mendingan menyiapkan resiko kalau tidak pernah bertemu dengan Mr Right.

Saya kalau melihat orang gelandangan di jalan saat ada di dalam bis misalnya, di otak selalu muncul pertanyaan kenapa dia bisa menjadi gelandangan, bagaimana perasaannya menjadi gelandangan, bagaimana beradaptasi dari orang yang punya rumah menjadi gelandangan. Ditengah-tengah pertanyaan itu, kemudian akan muncul sebuah skenario memberi makanan kepada mereka dengan gratis, kemudian ditayangkan oleh media dan diundang menjadi tamu Oprah Winfrey show. Terus balik ke pertanyaan uang untuk membeli makanan itu dari mana? Bagaimana cara mendistribusikannya. Terus tiba-tiba saya melihat keluar jendela dan srrrtt ... masuk informasi ke otak saya, udah mau nyampe, siap-siap. Dan alur pikiran saya terpotong, saat turun dari bis saya mikir, tadi saya mikirin apa ya? Oh... tentang gelandangan, tapi sepertinya harus ditunda karena sekarang yang penting adalah apa yang saya harus lakukan di tempat tujuan. Itu adalah sepenggal kesibukan di otak saya yang selalu ramai isinya.

Saya tidak sampai punya teman khayalan tapi didalam otak sampai sekarangpun akan selalu ada percakapan. Kadang saking intensnya membuat saya akan sebal jika ada orang yang memotongnya dan bertanya pada saya. Kemudian saya merasa bersalah dengan perasaan sebal itu, karena tidak seharusnya merasa sebal. Hahaha... rumit kan? Dan dari postingan di thread INFP kelakuan itu dimiliki oleh mereka yang tergolong INFP.

Saya kalau sedang zoom out dari dunia luar dan berada didalam dunia diri saya sendiri, sering tidak menyadari kehadiran orang lain di sekitar saya. Pendengaran saya sangat baik, tapi kalau sedang zoom out dibutuhkan lebih dari sekali untuk memanggil saya ke dunia nyata, kadang sampai ditepok orang, yang membuat saya terlonjak terkejut. Keadaan paling parah dilaporkan adik saya saat saya masih di SMA. Kami ada di dalam angkot yang sama, dan menurut adik saya, dia duduk di depan saya, tapi saya tidak sadar sama sekali dengan kehadiran dia karena sedang intens dalam keadaan day dream saya. Dalam kedaan begitu saya tetap mampu menyebrang dengan baik, jalan dengan baik, tapi mengabaikan semua input lain di sekeliling saya. Termasuk kalau sedang mendengarkan kuliah atau ceramah orang, keadaan paling gampang untuk slip-in dan slip out dari dunia nyata ke dunia diri sendiri, karena satu kata atau contoh. Termasuk didalamnya melakukan auto refleksi.

Tidak mudah untuk menjadi orang INFP, karena sering tidak percaya diri, karena sering tidak bisa mengatakan tidak, karena sering menjadi tempat curhatan orang, karena sering dianggap sombong padalah sedang berada di zona zoom out. Karena sering merasa malu dengan kelakuan seperti anak kecil padahal umur sudah banyak. Tapi dengan membaca typology itu saya bisa mengerti kenapa saya sering merasa terkucil di dunia ini. Yah, dengan lebih mengerti diri sendiri mungkin saya bisa menjadi lebih baik lagi.

10 comments:

Verda.M. said...

wah...detil banget ya...hehehe
saya juga INFP...
hal2 detil yg berhubungan dengan emosi/perasaan saya bisa ingat betul.. tapi saya pelupa kalo soal angka dan nama.

lebih gampang ingat visual dan nada daripada nama/angka dan lirik lagu.

saya juga sering bilang "terserah" dan "enaknya yang mana ya?", "terserah kemana" :p

juga lebih suka menulis daripada bicara.

tapi saya kurang suka menulis diari, walopun juga jarang bicara. nggak suka basa-basi, bahkan kepada camer sekalipun. kalo memang nggak ada yang bisa dibicarakan, ya diem aja. untung camer nya mengerti.

INFP, dan karakter lain yg ada "NF"nya, biasa masuk ke HSP (Highly Sensitive Person/People)

Dari 4 elemen, kelihatannya dirimu lebih dominan ke elemen air dan tanah (melankolis dan plegmatis).
Apakah orang sering menyebut bahwa kamu jarang berekspresi? (muka tanpa ekspresi)

btw salam kenal ya.. :)

momo

wind rider said...

Hi Momo, salam kenal juga sesama INFP, emang betul saya sering dikira orang ga berperasaan, dan ekspresi jarang bisa terbaca orang.
Kalau sudah dekat sekali barulah mereka tahu dan bisa menebak ekspresi saya.

Imam Hidayah Usman said...

kita mungkin memang nyasar ya. mestinya gak di bumi.

di mars, saturnus, uranus, pluto, atau mana lah.

noeyagungbsband said...

Salam kenal juga y,.. Noey Agung Bsband kontak FB Saya, semoga bisa ngobrol banyak lagi disana, thx.

Zeyn Sound System said...

saya sering banget di bilang tidak peka dan tidak sensitif, tapi yah itu memang tuhan sudah menjadikan kepribadian saya sebagai seorang INFP gimana juga bisa di rubah hehehe....

Anonymous said...

Hai, slam kenal makhluk langka ddunia

Unknown said...

Salam kenal, saya juga INFP
Pas dirumah kalau ditanya mau dimasakin apa hari ini selalu bilang terserah atau coba tanya yg lain, dan kalau ga sesuai selera saya biasa beli makan sendiri di luar atau masak mie^^

Sering sekali dibilang poker face juga sama temen, dan memang expresiin sesuatu lbh ke arah tulisan ketimbang verbal

Unknown said...

Hahaha saya setuju skali.... Saya jg suka INFP bener banget. Saya pernah wktu lg msh SMA baca buku harry potter saya merasa saya lg ada di dalam buku.. Dipanggil2 ga denger.. Butuh wktu beberap detik lamanya utk menghilangkan imajinasi saya... Saya jg suka nulis buku diary .. Setujuu bangett

Unknown said...

Hahaha saya setuju skali.... Saya jg suka INFP bener banget. Saya pernah wktu lg msh SMA baca buku harry potter saya merasa saya lg ada di dalam buku.. Dipanggil2 ga denger.. Butuh wktu beberap detik lamanya utk menghilangkan imajinasi saya... Saya jg suka nulis buku diary .. Setujuu bangett

Unknown said...

iya bener bgt, kadang tuh suka mikir bnyak bgt dikepala. dan temen yg liat itu mlh bilang kalau saya org yg suka melamun, padahal kalu melamun kn pikirannya kosong y beda sama mikir. hadeh,, mungkin ini jawaban knp saya lbh suka nyebut diri saya sendiri itu unik yg mana org mungkin akan bilang saya aneh.