Monday, January 30, 2012

Buang Jaim Jauh-jauh

Karena saya tidak mampu mengontrol hati saya, saya mencoba merasionalisasikan perasaan saya. Mencoba menerima bahwa rasa sayang itu ada di dalam hati saya, tapi membuang jauh-jauh obsesi saya untuknya. Saya berusaha melihat dia sebagai salah satu teman saya. Tersenyum kalau ketemu dia misalnya (walaupun masih wagu). Mencoba mengajak ngobrol dia adalah upaya lainnya. Kalau saya bisa ramah pada teman laki-laki yang lain kenapa tidak bisa melakukannya kepada dia? Toh kami sudah beberapa kali sekelas, di kelas yang kecil pula. Malah aneh kalau tetap pura-pura ga kenal.

Kemarin, saya berhasil membuat telinganya memerah. Hari ini saya dimakan habis oleh pandangan matanya yang tajam itu. Dia sepertinya membuang jaim jauh-jauh. Kalau tidak kenapa selama lima menit melakukan presentasi hari ini pandangannya kebanyakan diarahkan ke tempat saya duduk. Dan kami selama beberapa detik sering juga bertatap mata langsung. Saya tahu karena saat dia memberi penjelasan di muka kelas dan saya mengangguk mengerti dia juga ikutan menggangguk puas. Itu ga akan terjadi kalau orangnya tidak sedang memandang saya.Padahal tidak ada alasan untuk dia memandang ke arah kami karena sebagian besar peserta ada di arah yang berlawanan dan pengajar ada di bagian paling belakang.

Dan kini pandangan mata itu masuk ke dalam hati tidak bisa dilupakan lagi. Makanya nasehat nenek adalah tidak boleh memandang mata lawan jenis. Bisa berbahaya. Iya akan berbahaya kalau orangnya tertarik pada saya, kalau tidak tertarik tentu tidak berbahaya kan Nek? Huahauhauha... bandel.

Masak tidak boleh saya merasakan tikaman rasa suka itu? Sedikit saja. Saya tahu, saya bukan untuknya.





No comments: