Thursday, October 21, 2010

Kisah hari ini

Sumpah saya ngantuk banget hari ini. Bosan dan ga tahu apa yang harus dilakukan. Saya hanya ingin minggu ini segera selesai. Walaupun ada beberapa assigment yang seharusnya saya kerjakan. Jadi saya memaksakan diri untuk tetap tinggal di sekolah, walaupun hati ngebet ngajak pulang. Tapi kalau pulang peluang belajar saya akan drop sampai ketitik nol, karena saya hanya akan membuka internet dan tidak melakukan apa-apa dan tidur.

Hari ini entah apa yang merasuki saya, sehingga keluar semua sarkasme saya. Mungkin kopi, mungkin seperti biasa kalau sedang ingin melupakan hal yang tidak enak, saya menjadi sangat nekad, melakukan tindakan-tindakan impulsif. Dan hari ini saya tidak menemukan lelaki itu. Karena hampir tidak ada tempat yang sepi dari student (termasuk perpustakaan yang sudah terlalu penuh orang itu) akhirnya saya kembali meja saya di kantor jurusan. Ah bodo amat dengan lelaki itu, dia ada atau tidak seharusnya tidak ada pengaruh lagi untuk saya. Dia menyapa atau tidak juga seharusnya ga pengaruh lagi, karena saya tahu dia sudah punya kekasih.

Dan saya bersenang-senang dengan sesama student international lain yg kebetulan semuanya laki-laki (unavailable tapi, hahaha), tapi dengan mereka hubungan saya malah enak banget, setara, cuek, saling menghargai, ga ada intrik atau saling gosip. Dan karena hati saya tidak terlibat, jadi sayanya nyantai. Dan lelaki itu tidak hadir sampai saat waktu makan siang. Sedikit bertanya-tanya kemana dia, tapi saya ga peduli lagi. Namanya juga student terserah dia mau kemana dong.

Bahkan sampai sore dia tidak hadir ke lantai 7. Malah lega jadinya. Saya merasa jadi orang aneh, dan bertanya pada diri sendiri "Udah? Segitu aja perasaannya?" Akhirnya saya belajar epidemiologi walaupun ngantuk bukan kepalang. Tetapi dia ternyata muncul di sore hari lewat jam 5. Karena saya pakai earphone dan mendengarkan penjelasan dari CD, dan yang jelas dari luar hanya akan keliatan punggung saya doang, maka saya pikir saya ga akan tahu kapan dia akan pulang. Biasanya sih dia pulang jam 6-7 malam. Dan saya akan tahu karena dia selalu ribut menutup lockernya. Tapi dengan kuping disumpal, ga bakalan tahu apa-apa.

Teman saya udah pergi karena mereka ada lab, student tahun kedua juga udah pada balik, dan saya meneruskan catatan kuliah, saya tahu seorang teman saya ada disana dan kemungkinan dia bakalan pulang malam, saya belum memastikan mau balik jam berapa dengan dia, ntar aja kalau udah selesai saya ajak dia pulang. Lagi tenang-tenangnya nyatet, saya dengar dia menyapa saya dan masuk ke ruangan. Kebiasaan banget sih, ngajak ngobrol kalau ga ada orang lain hadir, dan deketin saya. Dia malah nanya apa rencana makan malam saya. Hiii... pertanyaan aneh, saya bilang aja belum tahu, malah tadinya mau bilang ga akan makan, karena siang saya baru ditraktir makan makanan china di Cox Hall. Tapi memang rasa penasaran saya itu seperti kucing, pengen tahu aja dia mau ngapain nanya gitu. Dan memang benar dia ngajak saya datang ke acara dinner yang dimasak ibu-ibu refugee di Atlanta. Selain saya dia ngajak temen laki-laki satu beasiswa dengan saya. Penasaran dengan acaranya, kegiatan refugee disini memang menjadi sasaran kegiatan volunteer Emory, saya cuma nanya jam berapa dan dimana, dan dia bilang dia bawa mobil jadi bisa datang kesana bareng. Ok lah kalau begitu. Dan kenapa dia selalu penasaran dengan apa yang saya lakukan dan berdiri disamping saya untuk tahu apa yang saya lakukan... cowok aneh.

Daan... dia langsung cerita tentang pacarnya, huahahaha... to the point nih? Untung saya udah dapat bocoran hari Sabtu kemarin, klo nggak, beuuu... bisa sedikit shock juga deh. Jadi malah nyantai aja, dan ngobrol dengan lancar. Saya malah tahu kalau dia ternyata mau ngelanjutin ke kedokteran. Hiyaa... bukannya terbalik tuh atau kenapa ga ambil dual degree aja, tapi pertanyaan itu saya simpan aja di dalam hati. Dia ingin seperti salah satu dosen saya, menjadi peneliti dan mengajar sekalian praktek. Banyak banget maunya. Kembali saya mengenali sifat-sifatnya yang sama dengan saya. Baunya sama dengan saya, itu yang saya tahu. Dan saya yakin dia ingin kuliah di kedokteran semata-mata karena tertarik dengan ilmunya dan juga jalan ngebantu orang dengan cara yang mudah, mirip dengan saya saat masuk kuliah dulu.

Singkat kata kami makan malam, dan dia sebenarnya mesti jemput pacarnya yang baru balik dari Washington DC di stasiun. Karena itu saya makan cepat banget, ogah jadi penyebab terlambat, eh malah dianya yang nyantai-nyantai, diomelin pacar baru tahu rasa deh. Kami akhirnya balik sekitar jam 8 dari lokasi makan, dan saya nanya apa ga telat jemput pacarnya. Dia bilang mau nelpon, daaan... pacarnya ngomel deh, karena mungkin udah tiba di stasiun, wuakakaka..rasain! Dia malah bilang, kadang-kadang cewek suka aneh. Saya dengan tenangnya ngomong, You late... dan dia cuma bilang I know. Pacarnya udah nunggu di pinggir jalan, makanya ngamuk karena dia terlambat. Dan kami berkenalan, sebenarnya saya yang ambil inisiatif, dan pacarnya sebenarnya tertarik dengan Sierra Leone negara tempat teman saya berasal. Dia memang cari mati ya ngajak saya makan, sebenarnya kan ga perlu, cukup ngajak teman saya aja. Saya sih kebayang aja pacarnya juga pasti ga enak dengan kehadiran saya yang ga diundang ini. Karena paling ga enak kalau ada di sekitar pasangan yang sedang bertengkar, saya minta di drop di toko buku di depan North Decatur aja. Daripada saya didrop belakangan, ogaaah.

Dia sendiri malah nanya acara kami saat weekend mau ngapain? Saya cuma bilang belajar lah... dan dia malah mau ngundang kita ke rumahnya. Weks... tidaaak... kalau lo baik-baik aja dengan pacar lo, mungkin saya dengan senang hati menerimanya, tapi tidak saat ini. Sebelum ngundang orang, mending lo ngomong dulu dengan pacarmu itu, dia baru balik dari luar kota, terlambat dijemput, dan ujug-ujug kamu bikin rencana mau ngundang orang saat weekend. Masih mending tuh kalau di rumah ga dipunggungin, kenapa sih cowok suka bego kayak gitu? Cewek tu paling ga suka kalau cowoknya mendadak ngundang orang tanpa bilang dulu ke orang rumah. Untung besok saya emang rencana mau bolos seminar, karena dia bilang mau ngomongin rencananya besok. Feeling so good, ga boleh meremehkan suara hati lho.

Dia hanya mengundang kami berdua, masih beralasan, karena dia yang bayarin kita. Dia ngajak saya, ini yang paling bias alasannya. Pertama dia ngajak saya sore banget, dan sebenarnya dia ga ngajak saya, saya juga ga bakalan tahu event ini. Dia juga ngundang teman saya diam-diam. Dan teman saya bilang ke ceweknya bahwa mereka dia sering jalan bareng. Ga aneh sih kalau dia tertarik dengan teman saya karena sang kekasih toh sudah bilang sangat senang dengan Sierra Leone. Tapi sebenarnya ga ada alasan sama sekali untuk ngajak saya. Kedua, bisa aja dia ngajak teman afrika saya yang lain, yang sore itu juga kerja lembur, dan temen saya itu juga gedebukan hatinya karena disapa dan diajak senyum. Tiga, ga ada perlunya ngundang saya kerumahnya mendadak begitu. Karena saya bukan objek untuk dikasihani kok.

Ngedenger dia menjelaskan tentang saya di depan pacarnya membuat saya ngeri, ga ada perlunya deh ngejelasin seperti itu. Kedengarannya seperti sedang mencari alasan aja untuk ngajak saya. Biarkan aja ceweknya nanya baru ngejelasin. Karena kalaupun dia ada rasa tertarik pada saya, diantara kami toh tidak ada sesuatu. Aah... entahlah, yang jelas kalau dia ngundang saya, maka saya ga punya alasan untuk nolak. Tapi kalau besok ga ketemu dan dia tidak mencari tahu no hp saya untuk menelpon saya, juga ga jadi masalah. Lebih lega mungkin.

No comments: