Saturday, October 16, 2010

Luka hati

Bahasa Indonesia punya istilah seperti disayat sembilu saat orang patah hati. Padahal tidak ada luka fisik tetapi kenapa ada rasa sakit di dalam jantung saat tahu kita akan kehilangan orang yang kita suka? Dan rasa sakit itu nyata terasa. Dan kenapa mata ini seperti magnet saat melihat orang yang kita suka. Tidak bisa melepas pandang darinya dan terus terpaku pada dirinya.

Saat ini saya sadar akan kebodohan saya, sadar akan kebegoan diri ini. Cinta itu seperti rumput, mudah tumbuh hanya dengan sepercik air, tapi begitus sukar untuk dibasmi. Orang yang gemar berkebun akan merasakan betapa sukarnya membasmi rumput. Kadang pada saat sudah sangat tidak memungkinkan lagi ditangani secara manual jalan terakhir adalah membasminya dengan herbisida. Bagi saya herbisida itu adalah tahu dengan pasti bahwa seseorang yang saya suka sudah memiliki pasangan. Habis cerita, saya tidak akan berharap lagi dan cinta saya perlahan-lahan akan mati. Proses matinya kadang lambat, kadang cepat, tergantung jenis herbisidanya.

Sekarang biarkan saya menuliskan kebodohan saya untuk terakhir kali, dan setelah itu saya akan menghapus namanya dari dalam kehidupan saya. Minggu lalu sebelum liburan fall, sebenarnya saya sudah memutuskan untuk menyerah saja, karena mood dia yang turun naik, kadang baik, kadang cuek. Ditambah dengan pertengkaran saya dengan seorang teman, dan saya membuat resolusi untuk menjauhi lantai 7. Tapi setelah libur 2 hari, harapan saya bangkit kembali di hari Rabu. Dengan mood depresi karena nilai ujian yang tidak bagus, saya masuk kelas pagi. Saya tahu untuk hari rabu dia akan masuk pagi, jam 8, sementara saya 30 menit setelahnya. Tidak ada keinginan saya untuk melihat dia, karena itu saya juga tidak peduli. Selesai kelas jam 10, sayapun pergi ke perpustakaan dan ngendon disana untuk belajar sambil menunggu saat makan siang untuk ikut satu presentasi dan setelahnya saya masuk kelas lain. Sampai jam makan siang saya lega karena berhasil menjalani resolusi itu.

Sehabis kelas kedua, mau tidak mau, suka tidak suka saya harus naik ke lantai 7 karena ada urusan administrasi yang harus saya selesaikan. Dan saya harus menghubungi staff yang cubiclenya ada disebelah cubicle dia. Bagusnya saat saya masuk ke lantai 7, seorang humprey fellow menyapa saya dan dalam saat yang bersamaan saya melakukan scan ruangan dan tahu dia duduk di meja dimana ada student lain yang juga sedang melakukan pekerjaannya. Saya menunduk dengan cepat dan berpura-pura sangat terlibat dengan percakapan student humprey itu. Saya dan student humprey berpisah begitu saya melewati mejanya dan langsung menuju ke meja staff yang harus saya temui.

Selesai urusan saya tidak masuk ke ruangan yang disediakan untuk kami, walaupun sempat mengobrol dengan seorang student tahun kedua sebentar dan saya langsung keluar lagi dari ruangan di lantai 7, tapi berhubung saya menunggu lab, sayapun duduk di sofa yang disediakan diluar ruangan lantai 7. Tersembunyi dari pandangan semua orang yang keluar dari pintu utama maupun dari WC. Tidak lama saya duduk disitu, sayapun mendengar suaranya berbincang dengan student lain. Ah... suara itu, begitu khas. Saya berusaha tidak membuat suara, sampai beberapa saat kemudian mereka berpisah dan dia pergi entah kemana, masuk ke ruangan lagi atau turun dengan lift... entah, dan saya tidak mencari tahu.

Saya pun tetap duduk disitu berusaha belajar, tapi setiap kali ada orang yang datang melewati saya, jantung terkaget-kaget, berharap dia yang muncul sekaligus berharap bukan dia yang muncul. Sejam kemudian kekhawatiran saya terbukti, seseorang muncul tiba-tiba dan menyapa saya. Sambil berusaha untuk tenang saya pun tersenyum padanya, dan diluar kebiasaan jika ketemu di lantai 7, dimana hampir selalu saya yang menyapa dia, (dia mendekati saya seperti dimalam itu) dekat banget dan jelas banget sengaja ngajak ngobrol. Membuat saya ke ge-er an bahwa dia sengaja berjalan memutar untuk mencari saya, walaupun setengah kemungkinan lain bahwa itu benar-benar kebetulan belaka. Tapi saya yakin dia tahu jadwal saya seperti saya juga tahu secara umum jadwal dirinya.

Kelas dia akan dimulai jam 5, dan biasanya dia akan melalui pintu utama untuk menghindari saya(?). Karena lab akan dimulai jam 5 satu lantai dibawah saya, 15 menit sebelum jam 5 saya masih duduk disitu dengan teman sekelas. Dan saat pintu terbuka, teman sayapun menyapanya. Dan saat dia ada dibelakang teman saya dia memandang saya sambil mengedipkan sebelah matanya, dan saya membalasnya dengan lambaian tangan. Saat ada teman saya dia mengambil jarak, tapi kenapa saat teman saya tidak bisa melihatnya dia sengaja me-recognize saya.

Hari kamis, saya kembali tidak ke ruangan saya tapi bekerja di meja panjang di dekat dapur. Dan menjelang jam makan siang dia berjalan melewati meja saya. Karena saya ada dipojok, tentu dia tidak tahu saya ada disitu. Tapi dari caranya berjalan, saya merasa dia sebenarnya mencari di tempat kemarin. Karena biasanya hari kamis saya akan ada di lantai 7.  Walaupun tujuan utamanya adalah menghubungi student lain yang ada di cubicle belakang.

Saya tahu saat dia membuat U turn dia melihat saya ada di pojok meja. Dan setelah urusannya selesai dan dia pergi ke dapur, kembali dia menyapa saya dengan ramah. Bahkan beneran penasaran dengan apa yang saya lakukan, sampai dia sengaja deketin saya banget. Dan ngeliat buku saya. Kembali hati saya terlambung, dan saya yakin ekspresi saya sebodoh ekspresi sapi yang mau disembelih. Saya bahkan tahu kalau dia akan ujian malam itu. Saya hanya bisa mengatakan good luck. Jam 1 kelas hari Kamis saya mulai. Dan selesai kelas saya kembali ke lantai 7 untuk membuat tugas kelas dengan bantuan seorang teman. Dan dia 2 kali bolak-balik ke belakang, sementara saya menunduk abis berakting beneran terfokus pada tugas. Tapi karena range pandangan saya 135 derajat, maka saya tahu banget kalau dia memandang ke arah saya. Karena dia ada ujian dan sangat fokus dengan pelajarannya, sayapun tidak menyapanya.

Hari Jum'at saya tahu dia tidak akan datang pagi karena sangat menghabiskan energi kalau ujian dilakukan dimalam hari dan pasti besoknya malas banget untuk kesekolah kecuali memang ada tugas. Tapi saya tahu kalau jam 3 dia harus ada di kampus, tapi belum tentu ketemu. Pas dihari jum'at ada acara makan-makan gratis lewas convos on the tap. Saya sudah janjian dengan seorang teman untuk ikut acara itu dulu baru kemudian bekerja di lantai 7. Kami antri sesegera mungkin karena banyak orang pasti antri, jadi harus dipastikan sudah di depan meja pada jam 5pm.

Kegiatan dia sendiri berlangsung sampai jam 5, tapi the 4 gods tidak muncul sampai jam 5.30. Sementara saya udah nongkrong sambil ngunyah dan ngobrol. Daaaannn.... dia berdiri di dekat tong bir tepat dalam garis lurus ada di hadapan saya. Jarak, 10 meter lebih. Geblek, dia menyediakan dirinya untuk saya pandang... sialan-sialan-sialan. Dan setiap kali ngobrol dengan orang dia selalu menghadap saya. Jam 6 dia ngambil makanan dan duduk dengan anak-anak peace corps, miring dihadapan saya, jarak 3 meter. Hey... kamu tidak menyapa saya, tapi menyediakan diri ada dimuka saya. sama sekali tidak memunggungi saya. kalau pake penggaris akan bisa ditarik garis tegak lurus. Gimana gw kagak geer. Tapi sebelah hati saya mengatakan dia tidak ingin kedekatannya dengan saya diketahui oleh orang banyak.

Dan malamnya saya mendengar dari kawan saya kalau pacar/kekasih dia kerja di CDC. OK...selesai semua dan hati saya tersayat. Kecurigaan saya, mimpi saya sudah memberikan petunjuk yang jelas. Semua membuktikan bahwa saya hanyalah perempuan bodoh yang mudah dimanipulasi perasaan.

Hari senin lusa, saya tidak akan ke lantai 7, ga ada urusan, biarin aja.  Saya udah ge-er iya bener, tapi apakah saya beneran salah membaca bahasa tubuhnya? nggak tahu dan nggak mau tau. Sudah cukup pengetahuan yang ada membimbing kesadaran saya.

Shopping season akan kembali kepada hidup saya. Dan terimakasih untuk sambungan internet, karena saya bisa nonton kembali drama korea, dan menangisi kisah cinta rekaan, tapi tidak terbodohi.

Minggu depan dan seterusnya tidak tahu cerita nyata apa yang akan saya hadapi. Mungkin menyakitkan, mungkin membuat galau, mungkin juga melambungkan hati ini. Entah....

No comments: