Thursday, October 20, 2011

Holiday season

Saat bulan Oktober sudah mendekati ke akhir, berarti holiday season sudah mendekat. Waktunya shopping... ehmmm bukan buat saya, tapi buat orang US...hihihi... selain karena pergantian musim. (kubur baju musim panas dan beli mantel baru untuk winter, sekali lagi ini tidak berlaku untuk saya). Tapi berhubung saya akan ke NY, tidak ada salahnya beli satu dua barang, kalau ada yang menarik disana. Ok, stop ngelanturnya. Akhir bulan ada Halloween, November adalah Thanksgiving, Desember ada Natal dan Tahun Baru. Toko-toko mulai giat promosi supaya barangnya laku. Untung juga di Atlanta rada jauh ke pusat pertokoan, jadi godaan buka dompet mengecil. Lagipula saya sudah belanja tiket pesawat, hahaha.... Dan sekarang pusing muter otak buat nyari dana bayar hotel di San Francisco, bulan December nanti. Ah yang penting tiket udah ditangan, jadi harus pergi... lagian bego aja kalau ga sampai jalan-jalan disini. Mau ga mau mesti mengorek tabungan nih.

Karena ini tahun terakhir saya disini, saya mau menikmati suasanya sepenuhnya. Lagian saya utang hadiah buat teman saya, duh... beli apa ya buat dia? Biarpun saya ga natalan tahun lalu dia kasih hadiah yang lumayan ada harganya. Sedangkan saya cuma kasih dia buku masak karena ga nyangka aja dia bakal kasih hadiah. Puter otak!! Makanya besok di NYC mau sekalian lihat-lihat barang siapa tau ada yang menarik.

Buat saya sendiri, dengan melihat harga Kindle yang turun drastis, jadi pengen beli, dan akan bisa beli banyak buku tanpa kuatir bawanya, tinggal nyari versi Kindle. Sekarang sih saya benar-benar membatasi beli buku, karena ga mau repot saat pulang nanti. Kalau buku novel yang tidak menarik sih tinggal dibuang aja. Tapi textbook dan buku yang menarik lainnya sayang kalau ditinggalkan. Dikirim via pos, mahal, jadi bagus ga beli buku...sigh!

Saya jadi inget percakapan saya dengan ibu di masa lalu saat saya sudah mau lulus kuliah. Ibu menanyakan rencana saya kalau sudah lulus, saya waktu itu sudah bilang tidak mau jadi pegawai negri, tapi mau kerja di swasta saja. Terus tidak akan beli rumah dulu tapi mau menabung untuk jalan-jalan ke luar negri. Sebenarnya jarang banget saya ditanya rencana di masa depan oleh orang tua, mereka membebaskan saya untuk memilih jalan yang saya inginkan. Dan begitu ibu mendengar omongan saya, dia tahu anaknya pemimpi ulung yang tidak tahan diam di satu tempat. Balasannya singkat, iya didoakan supaya terkabul katanya. Sekarang saya mikir, kira-kira orangtua saya menyesal tidak membiarkan anaknya hidup bebas seenaknya. Sampai sekarangpun saya masih nebeng alamat permanen di rumah orangtua, walaupun kerja dimana-mana tetap tidak punya alamat tetap, karena hanya nge-kost atau ngontrak rumah saja. Dan diantara keluarga inti sayalah yang paling banyak jalan di tingkat nasional maupun internasional. Adik bungsu saya, baru berani jalan akhir-akhir ini. Dan masih level p Jawa, duh padahal dia cowok lho. Semangat jalan saya diturunkan dari kedua belah pihak. Ayah saya sendiri waktu mudanya sering tiba-tiba ngabur jalan sendirian sampai ke Jawa Tengah, sedangkan dari pihak ibu: kakek, nenek dan kakek buyut juga merantau dari tempat tinggal mereka menjelajah nyaris semua provinsi di Sumatra. Gimana saya ga jadi gatal kaki dan mengikuti jejak mereka. Saya suka membayangkan seandainya saya sempat ketemu kakek buyut sekarang (pakai mesin waktu misalnya) mungkin kami punya banyak hal yang sama untuk diperbincangkan, dan saya juga membayangkan betapa serunya menceritakan perjalanan saya pada nenek. Hiks... kangen dengan alm. nenek.

No comments: