Wednesday, January 06, 2010

Jalan Hidup

Karir seseorang memang berbeda-beda. Tapi perbedaan saya dengan teman-teman kuliah dulu amat sangat lebar sekali. Masalahnya mereka semua mengikuti jalur karir normal pendidikan yang kami ikuti sementara saya melenceng jauh. Masalah lainnya sementara mereka semua sudah mempunyai keluarga dan saya masih menjadi atom radikal bebas. Susah juga nyambungnya kalau begini.

Jika hidup bisa diulang sekali lagi tebak jalur mana yang akan saya ikuti? Tetep jalur sekarang dong. Saya betul-betul mencintai pekerjaan saat ini. Sesuai dengan jiwa dan tarikan batin. Kalau mengikuti jalur normal, mungkin saya akan kaya tapi sekaligus menjadi robot yang melakukan hal-hal normal. Tidak ada itu hidup diatas roller coaster. Kadang naik-kadang turun. Ga bakalan bisa marah sampai teriak-teriak dan pengen nangis karena birokrasi. Ga bakalan bisa diskusi mempertahankan pendapat sampai dorong-dorong jidat (hiperbola ini sih). Dan saya rasa gaji dari kerja saya sekarang ini lebih dari lumayan.

Kalau saya masih belum tampak mapan (ga punya rumah, ga punya mobil) alasannya bukan karena tidak mampu tapi karena malas bertanggung jawab. Lha rumah kan perlu dirawat, mobil juga perlu dipiara juga. Padahal sampai sekarang kan masih belum jelas saya mau tinggal dimana. Lagian kalau melihat lalu lintas saat ini rasanya masih sangat mengerikan untuk membawa kendaraan sendiri. Sadis deh tingkah laku pengemudi yang ga mau kasih kesempatan pada pengemudi lain. Jadi beginilah saya, kemana-mana masih suka pakai angkot murmer.

Keadaan lain yang suka bikin saya tidak nyaman adalah kalau orang menanyakan berapa gaji saya. Iihhh... itu privacy kaleee. Bukan sesuatu yang layak untuk diberitahukan pada orang-orang, ga enak hati aja sama yang gajinya jauh dibawah saya. Yang saya syukuri bukan gaji besar, tapi karena saya ga punya hutang pada orang lain. Yah bebas hutang dan tidak punya kreditan adalah hal yang menyenangkan.

Ngomong-ngomong kreditan, kalau pas saya lagi belanja di kota-kota besar biasanya orang-orang tuh banyak yang bayar pakai kartu kredit ya. Paling lucu deh kalau mereka sudah membuka dompetnya, jreng-jreng.... CC dari berbagai bank terpampang di sana. Suka speechless aja. Gile bener, kalau memiliki 3 CC aja udah 500 ribu-an melayang tiap tahun. Sayang banget uang keanggotaannya...pedit deh lo.

Pernah dulu saya tanyakan sama temen yg punya banyak CC apa ga berat buat keuangan mereka dengan memiliki CC sebanyak itu tp mereka bilang kan cicilannya kecil tiap bulannya. Apaaa??? Cicilan sih kecil, tapi utang pokoknya gimana? Makanya saya tuh baru belakangan aja punya CC, itupun bayar langsung 100%, jadi seperti dapat penangguhan bayar aja gitu (penting kalau gaji belum keluar). Dan ga berani apply lebih dari satu bank.

Begitulah dijaman yang penuh perhitungan ini kita mesti bijak dalam memilih pekerjaan, membelanjakan uang, tutup kuping sama komentar orang yang menyuruh kita mengikuti arus utama manusia hidup.

No comments: